FORGIVE ME
.
.
.
.
HAPPY READING
Melamun di pagi hari yang langitnya terlihat menggelap sudah menjadi kebiasaan Meyna selama beberapa hari terakhir. Membuka celah jendela yang ada di sampingnya sembari terus menatap kosong ke arah depan. Meyna, merindukan temannya.Bukan hanya itu. Meyna juga memikirkan dirinya sendiri. Tetapi ia dilanda bingung dengan pemikirannya sendiri. Entahlah, Meyna hanya merasa lelah saja. Dibandingkan hari-hari biasanya, hari ini Meyna paling tidak semangat untuk menjalani sekolah.
Suara bising dari anak-anak kelas yang sudah mulai berdatangan membuat Meyna menghela napas sembari memutar bola matanya malas. Meyna memang tidak begitu suka keramaian, dan itu sangat membuatnya kelelahan karena harus membiasakan diri dengan suasana ini.
Menolehkan pandangan ke arah Reyhan yang perlahan berjalan ke arahnya, Meyna tersenyum tipis. Sudut bibir Reyhan pun ikut tertarik lantas membalas senyuman Meyna.
"Lo udah dari lama, Mey Mey?" tanya Reyhan sembari duduk tepat di hadapannya.
Meyna perlahan menganggukkan kepala sembari menatap Reyhan cukup datar. "Udah, Rey."
Merasa ada yang berbeda, Reyhan menyangga dagunya menggunakan tangannya. Ia tatap Meyna penuh sayu. Yang ditatap seperti itu pun hanya terdiam dan mengalihkan pandangan ke arah pemandangan yang ada di luar.
"Lo kenapa sih, Mey? Lo kangen Kila ya?" tanya Reyhan.
Dengan wajah yang tak menoleh sedikit pun ke arah Reyhan, Meyna kembali mengangguk. "Iya," jawabnya singkat.
Reyhan menghela napas kasar tatkala mendengar itu. Tak tahu sebenarnya apa yang sedang Meyna pikirkan di dalam hati, Reyhan tidak yakin dengan jawaban yang Meyna berikan tadi. Reyhan, penasaran dengan apa yang sedang terjadi dengan Meyna.
Baru saja menolehkan pandangan ke arah Reyhan, Meyna dibuat kesal dengan Keynan yang melempar buku tepat ke wajahnya.
Reyhan bangkit karena kesal. Ia raih kerah Keynan lantas mencengkeram kuat kerah pakaian Keynan.
"Bisa nggak sih, nggak usah kasar kalau sama perempuan?!" Reyhan memberikan tatapan tajam pada Keynan yang kini tengah tersenyum tengil.
Keynan perlahan mendecih. "Cih, emangnya masalah buat lo? Meyna juga biasa aja, kok."
"Meyna lagi banyak pikiran! Nggak usah buat masalah bisa, kan?!"
Keynan tertawa remeh. "Paling mikirin temennya yang hamidun, kan?! Udah meninggal aja dipikirin mulu!"
Mendengar itu Meyna bangkit dan langsung menampar pipi Keynan cukup keras. Perlakuan Meyna barusan mengundang atensi buruk dari teman-teman sekelasnya termasuk Jovan yang kini tengah berdiri tepat di belakang Keynan.
Kenapa sih tuh anak mikirin si Kila terus? batin Jovan.
Tatapan Meyna cukup tajam. Rahangnya sudah mulai terlihat tegas lantaran menahan seluruh emosi. Kesabaran setiap manusia itu ada batasnya. Meyna tidak masalah jika dirinya terus dibully bahkan di caci maki oleh orang-orang. Tetapi ketika sudah membahas temannya, Meyna tidak akan tinggal diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive Me
Teen FictionPerihal gadis yang menjadi bahan untuk meluapkan emosi. Gadis yang menahan emosinya sendiri. Gadis yang selalu bingung harus berpulang ke mana. Ketenangan seolah tak pernah berpihak pada gadis itu. Masalah keluarga, teman, dan masalah yang lainnnya...