Forgive Me; 03

92 10 1
                                    

FORGIVE ME
.
.
.
.
HAPPY READING



Mencoba baik-baik saja ketika melihat salah satu temannya kini sudah tidak lagi ada di dunia membuat Meyna merasa kesulitan. Keadaan di rumah serta di sekolah membuat Meyna merasa lelah. Temannya tega meninggalkan dirinya ketika ia belum menemukan secercah kebahagiaan sedikit pun.

Kila dikabarkan meninggal dunia malam tadi, sehingga seluruh teman-teman datang ke pemakaman termasuk Meyna. Meyna menatap gundukan tanah yang ada di hadapannya dengan pandangan kosong. Di antara orang-orang yang ada di sini, hanya Meyna yang paling terlihat terluka.

Ketika teringat sesuatu, netra Meyna mencari seseorang yang tak nampak sama sekali di sini. Ya, ayah dari Kila. Mengapa tidak ada di sini? Padahal ini adalah pemakaman anaknya sendiri.

Dan perihal kehamilan dari Kila, berita itu benar adanya dan sudah dikonfirmasi oleh dokter yang menangani Kila. Meyna bahkan tidak menyangka Kila menutupi masalah sebesar itu sendirian. Mencoba kuat dengan keadaan, sehingga keadaan itu sendiri membawa Kila pergi dari dunia ini.

Tangan Meyna digenggam oleh Reyhan yang setia menemani. Reyhan memang salah satu orang yang tak peduli dengan omongan orang-orang. Sedari kecil, Reyhan selalu ada untuk Meyna.

"Kila beneran pergi dari hidup gue, Rey." Pandangan Meyna mengarah ke makam Kila. Namun, tatapan Meyna tetap terlihat kosong seolah tak memiliki gairah hidup.

"Kila udah capek hidup di dunia, Mey. Gue harap lo jangan kayak Kila, Mey. Gue nggak mau lo pergi." Reyhan menatap Meyna sayu.

"Kila udah janji mau bahagia bareng gue, mau sukses bareng gue, tapi dia justru pergi sebelum itu tercapai. Dan ... kemarin Kila kirim pesan ke gue, tapi gue belum berani baca, Rey."

Reyhan menautkan alisnya. "Pesan apa?"

"Nggak tau, Rey. Gue belum baca."

"Ya udah, nanti baca bareng-bareng kalau udah pada pergi, ya?"

Meyna menganggukkan kepala pelan. "Iya, Rey."

Beberapa menit setelah itu, perlahan orang-orang mulai berpergian dari makam Kila. Meyna yang melihat itu justru melangkahkan kakinya untuk mendekati makam Kila. Meyna memegangi batu nisan yang bertuliskan nama temannya itu. Ingin menitikkan air mata, namun ia merasa lelah dengan itu. Karena semalaman pun, Meyna menangisi kepergian dari temannya itu.

Meyna menundukkan kepala sejenak untuk mempersiapkan diri mengucapkan kata-kata. Reyhan yang melihat itu hanya diam saja, membiarkan Meyna untuk menenangkan sejenak pikirannya.

Meyna mengangkat wajah lantas menatap ke arah rumah baru milik temannya itu. "Kenapa lo pergi sih, Kila?" Air mata Meyna sudah menggenang di pelupuk mata dan hampir saja terjatuh jika ia tidak cepat-cepat menyeka.

"Siapa yang udah buat lo kayak gini, La? Kenapa nggak ngomong sama gue?" Air mata Meyna perlahan mengalir di pipi. Meyna tak kuat lagi menahan tangisannya.

"Harusnya lo cerita sama gue, La ...."

Reyhan usap punggung Meyna pelan. Ia tak tega melihat sahabatnya sedih seperti ini. Hatinya terasa sakit ketika melihat senyuman Meyna luntur. Meyna jarang sekali menangis, tetapi ketika dia menangis, membuat seluruh orang turut merasakan kesedihan yang sama.

Forgive MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang