Forgive Me; 15

57 8 0
                                    

FORGIVE ME
.
.
.
.
HAPPY READING










Di sore hari yang cerah, Meyna berjalan menyusuri jalanan ramai selepas mencari-cari pekerjaan demi menambah uang saku. Meyna sedikit lelah karena lagi dan lagi, ia gagal untuk mendapatkan pekerjaan yang cocok untuk anak sekolah. Ingin mengeluh, tetapi tak bisa. Ia harus selalu bersemangat mencari pekerjaan itu demi membiayai sekolah serta menambah uang saku.

Meyna menghentikan langkahnya lalu duduk di bangku taman di tengah kota yang tampak ramai. Senyuman tipis terbit di bibir Meyna kala melihat langit yang kini telah berubah menjadi warna oranye.

Meyna menghela napas pelan ketika merasakan hatinya terasa tidak tenang. Uang bulanan yang diberikan kini telah habis lantaran dipakai untuk kebutuhan. Meyna tak tahu harus meminta pertolongan siapa. Meyna terlalu takut untuk meminta banyak hal yang akhirnya tidak akan diberi.

Meyna tak tahan dengan amarah yang terus menerobos masuk ke dalam telinga. Meyna tak tahan dengan pukulan demi pukulan yang selalu mengenai punggungnya. Begitu banyak ketakutan yang ia tahan. Maka dari itu, Meyna selalu tidak berani untuk menceritakan bahwa uangnya telah habis. Terkadang, Meyna lebih rela jika ia tidak jajan di sekolah dari pada ia harus dimarahi oleh orang tuanya.

Rasanya begitu sakit merasakan penderitaan yang tak kunjung selesai. Namun, setelah dipikirkan lagi, mengapa ia dilahirkan jika tidak akan ada hal bahagia yang terjadi di dalam hidupnya?

"Ngeluh mulu, kapan semangatnya? Harusnya kalau ada impian maupun keinginan yang dikejar, lo harus semangat Meyna. Bukannya harus mengeluh ke sana ke sini tanpa pernah tau ujungnya gimana. Lebih baik cari cara biar cepet dapet kerja. Soal uang jajan, lo bisa tahan sebelum tanggal selanjutnya lo dikasih uang sama papa."

Setelahnya, Meyna bangkit dengan kembali memunculkan secercah senyuman di bibirnya. Hatinya tiba-tiba terasa menghangat setelah mengucapkan kalimat tadi. Ketakutan yang tadi Meyna rasakan, perlahan melebur begitu saja. Meskipun tak bertahan lama, tapi setidaknya hari ini Meyna bisa memunculkan senyuman di bibirnya.

Terkadang, menyemangati diri sendiri itu memang perlu dilakukan. Tidak perlu orang lain yang menyemangati diri kita. Karena terkadang, orang-orang tidak mengucapkan kata semangat pada kita dengan hati yang tulus.

Meyna bangkit dari duduknya ketika langit berubah menjadi kehitaman. Meyna hanya tak ingin ia mendapatkan pukulan karena pulang terlambat.

Meyna melangkahkan kakinya cepat mencoba untuk berjalan kaki dari tengah kota hingga ke rumahnya. Jarak yang ditempuh mungkin membutuhkan waktu dua puluh menit. Meyna tak masalah jika harus berjalan sejauh itu, karena mau bagaimanapun, ia harus menghemat uang.

Namun, ketika ia tengah fokus berjalan sembari melihat kendaraan yang berlalu-lalang, tiba-tiba saja ia merasakan ada seseorang yang menarik lengannya. Dengan cepat, Meyna menoleh ke arah pelaku. Ia sedikit terkejut ketika melihat Darren yang kini tengah menatapnya datar.

"Da-darren? Kenapa lo ada di sini?" tanya Meyna dengan wajah yang terlihat kebingungan.

Darren tersenyum tipis. "Lo mau pulang, kan? Gue anter pulang mau?" ucapnya.

Meyna mengangkat salah satu alisnya. Ia tak tahu apa maksud yang akan dilakukan oleh Darren nantinya. Namun, sedikit aneh saja seseorang yang awalnya bersikap cuek sekali, kini ingin mengantarnya pulang.

Forgive MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang