FORGIVE ME
.
.
.
.
HAPPY READINGPagi hari sekali, Meyna bangkit dari tempat tidurnya lantas berjalan keluar dari kamarnya. Saat membuka pintu, Meyna melihat dengan jelas sang adik tengah disuapi penuh kasih sayang di ruang keluarga. Meyna menghela napas panjang menahan rasa iri yang begitu menggebu di dalam hati.
Meyna berjalan mendekat ke arah dapur demi mencari segelas air minum dingin di dalam kulkas. Meyna merasa begitu panas melihat keluarganya tampak baik-baik saja tanpa adanya sosok Meyna di sana.
Melewati sang mama yang tengah fokus menyuapi sang adik pun hanya membuat Meyna menundukkan kepala. Namun, Meyna sama sekali tidak mau berbicara ataupun berkata bahwa dirinya tengah merasa iri saat ini.
Sesampainya di dapur, Meyna melihat ada abangnya yang tengah kesulitan membuat kopi. Meyna menggelengkan kepala ketika ia menyadari bahwa abangnya sangat bodoh dalam hal membuat kopi. Padahal, itu hannyalah kopi yang sangat mudah untuk dibuat.
Meyna berdiri tepat di samping abangnya membuat Kaivan sontak menoleh ke arahnya dengan tatapan tajam yang mendominasi.
"Ngapain lo di sini?!" tanya Kaivan dengan nada yang ketus.
Meyna menunjuk menggunakan jari telunjuk ke arah gelas yang tengah Kaivan pegang. "Itu, Abang nggak bisa buatnya. Biar Meyna yang buat aja, Abang ke depan aja, nanti Meyna yang antar."
Kaivan mendecih ketika mendengar itu. "Nggak usah! Nggak butuh bantuan lo," ucap Kaivan lantas meletakkan kopi itu tanpa mau membuatnya. Setelahnya, Kaivan pergi dari hadapan Meyna tanpa berbicara apa pun lagi.
Meyna menghela napas sembari meremat kuat ujung piyama yang masih ia pakai. "Kenapa sih, keliatan banget bencinya? Aku salah apa coba? Kenapa benci banget sama aku?"
Beberapa detik Meyna mengangkat kedua bahunya lantas beralih membuka kulkas untuk meraih botol minum. Setelahnya, Meyna meneguk air itu dengan tergesa. Tepat setelah ia meminum air dingin, ia memegang gelas yang tadi pegang oleh abangnya, ia berniat untuk membuat kopi untuk abangnya karena tadi ia sudah menggagalkan itu.
Beberapa menit setelah itu, meyna tersenyum simpul ketika telah berhasil membuat kopi. Lantas, ia berniat untuk mengantar kopi itu ke kamar abangnya yang letaknya di samping kamarnya.
Sesampainya di depan pintu, Meyna menghela napas sejenak ketika melihat pintu terbuka sedikit. Dan di sana, ia melihat abangnya tengah duduk melamun sembari menatap ke arah luar jendela.
Tanpa permisi terlebih dahulu, Meyna langsung saja masuk ke dalam kamar abangnya. Ia menaruh kopi itu di meja yang letaknya tepat di samping abangnya duduk saat ini.
Kaivan yang mendengar ada suara pun sontak menoleh ke arah Meyna dengan tatapan datar. "Lo ngapain ke sini?" tanya Kaivan dengan ketus.
Meyna menundukkan kepala sejenak, lantas satu detik setelahnya ia mengangkat wajah dan menatap abangnya. "Cuma mau anter kopi yang tadi Abang mau buat, soalnya Abang nggak jadi buat karena ada Meyna, jadi Meyna buatin aja."
Kaivan tersenyum smirk ketika mendengar itu. "Gue nggak butuh kopi buatan lo! Gue kan udah bilang tadi!"
"Tapi aku nggak enak kalau Abang nggak jadi minum itu karena aku, jadi aku buatin aja."
![](https://img.wattpad.com/cover/361977993-288-k335628.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive Me
Teen FictionPerihal gadis yang menjadi bahan untuk meluapkan emosi. Gadis yang menahan emosinya sendiri. Gadis yang selalu bingung harus berpulang ke mana. Ketenangan seolah tak pernah berpihak pada gadis itu. Masalah keluarga, teman, dan masalah yang lainnnya...