Sunset

436 71 19
                                    

Ternyata naik motor tidak seburuk yang ada dipikirannya. Angin sore yang sejuk, ditambah hangatnya matahari yang mulai turun, membuat suasana hati calon CEO muda itu riang gembira.

Bible melajukan motor tua itu dengan lihai, sementara dibelakangnya, Biu menatap kiri kanan. Pada pemandangan indah sepanjang pantai yang dilalui keduanya. Tangan mungil pria kecil memeluk pinggangnya, membuat senyuman si montir tidak bisa ia sembunyikan.

"Ngomong-ngomong, kita akan ke pantai mana?" Biu mencondongkan tubuhnya agar ia bisa mendengar jawaban Bible dengan lebih jelas.

"Pantai tersembunyi.." Jawab Bible lantang. Ditengah deru motor tua milik paman Edy.

"Pantai tersembunyi?" Kedua alis Biu bertaut. "Pantai tersembunyi di mana?"

"Kau akan tahu nanti. Yang pasti tidak akan mengecewakan."

"Benarkah?"

"Tentu saja. Kau percaya padaku, kan?"

"Percaya." Kedua sudut bibir Biu melengkung sempurna. "Aku percaya." Pelukannya pada Bible mengerat. Biu menyandarkan kepalanya dibahu pria itu.

***

"Masih jauh?" Biu terenggah-enggah. Nyatanya pantai tersembunyi yang dikatakan Bible itu benar-benar tersembunyi dalam artian nyata.

Ia sudah berjalan sekitar dua puluh menit masuk ke dalam hutan namun belum kunjung sampai ke tempat tujuan.

Ah, dah ya, harus digaris bawahi bahwa jalan yang dilalui keduanya juga cukup terjal. Melewati tebing bebatuan dan tak jarang tanjakan super terjal.

Motor tua yang Bible pinjam, mereka tinggalkan dibawah sana, sebab tidak mungkin melewati setapak kecil yang hanya bisa dilalui dengan jalan kaki.

"Sebentar lagi." Bible mengusap peluh yang ada dikening Biu. "Mau aku gendong?"

Mata Biu berbinar, sebelum sedetik kemudian logikanya kembali bekerja. "Tidak, tidak. Bagaimana bisa aku membiarkanmu menggendongku di sini? Kau akan kelelahan." Biu menarik nafasnya dalam-dalam. "Aku masih kuat. Ayo."

Hati Bible menghangat. Disaat seperti ini pun Biu masih sangat memikirkannya.

"Kalau sudah tidak kuat, bilang padaku ya. Aku tidak akan kelelahan hanya karena menggendongmu yang seringan kapas."

"Huh! Gombal." Biu memukul tangan Bible.

Keduanya kembali melanjutkan perjalanan.

Perjalanan melelahkan yang diam-diam Biu rekam dalam hatinya.

Ketika Bible begitu menjaganya, bahkan dari ranting pohon kecil sekali pun.

Pria itu, membersihkan jalan untuknya. Menyingkirkan ilalang tanpa melepas gengaman pada tangannya.

***

"Waw.." Si pria kecil begitu takjub. Diujung rasa lelahnya telah menanti pemandangan indah tiada duanya. Memanjakan mata Biu yang telah berpergian ke banyak negara. "Bible, ini indah sekali."

Bible menggelar alas untuk duduk mereka. "Sebentar lagi akan lebih indah."

Biu tak bisa menyembunyikan tatapan takjubnya, di bawah sana, laut membentang begitu luasnya. Sementara di atas sana, langit tiada ujungnya.

TreffenWhere stories live. Discover now