Pantai

500 89 15
                                    

Jika Biu ditanya mengenai perasaannya. Ia tidak bisa menjawab. Terlalu gegabah memberikan kepercayaan pada pria asing yang sialnya begitu tampan.

Tetapi, sikap Bible yang lembut dan penyayang, membuat ia merasa betah berada disampingnya.

Meski tanpa makanan mewah, keduanya bisa menikmati suasana pantai dengan beberapa camilan yang didapatkan dari minimarket yang mereka lewati.

Dua kaleng soda, beberapa bungkus camilan yang sudah pria itu buka. Bible menggelar sebuah karpet putih tipis tepat dibawah pohon besar yang rindang. "Duduklah." Ucapnya pada Biu yang hanya berdiri melihat apa yang pria itu lakukan.

"Kau suka membaca?" Tanya si montir sembari mengeluarkan beberapa buku dari tasnya.

"Tidak juga." Biu akhirnya duduk, di dekat Bible yang sudah bersandar kebatang pohon.

"Aku suka."

"Oh ya?" Tanya Biu seadanya.

"Membaca dipinggir pantai seperti ini menyenangkan." Bible menepuk kepala Biu beberapa kali. "Kau pasti belum pernah."

"Betul. Aku tidak punya waktu."

"Orang sibuk."

"Begitulah." Biu menatap sekelilingnya, tidak banyak orang yang berada dipantai sepagi itu.

Bible mengulurkan tangannya untuk membelai rambut Biu yang tertiup angin. "Biasanya kamu menghabiskan waktu untuk apa saja? Bekerja?"

"Iya. Aku terpaksa melakukannya. Demi keluarga."

"Hebat."

"Apa?"

"Aku bahkan tidak punya kesempatan membalas kebaikan orang tuaku. Padahal mereka membesarkan aku, bajingan. Haha, aku seorang bajingan." Biu membuka bukunya setelah membagi sedikit kelam yang ada dihidupnya.

"Bible, apa kau baik-baik saja?" Biu menyentuh bahunya. Ia melihat ada kilatan sedih di wajah pria itu.

"Aku baik." Bible tersenyum kembali, pria itu kemudian menepuk pahanya. "Kau bisa beristirahat di sini."

"Duduk dipangkuanmu maksudnya?" Biu menatap sangsi. "Tidak mau."

"Maksudku, baringkan kepalamu di sini." Bible kembali menepuk pahanya. "Aku akan membacakan buku ini. Kemari."

"Memang aku bayi dibacakan dongeng? Lagi pula aku baru bangun tidur."

"Ini kisah seru dari timur tengah, kau akan suka." Bible pada akhirnya harus menarik si manis, membantunya berbaring. "Selamat datang Biu.."

"Hah?"

"Ini kencan yang aku sukai. Membaca dibawah pohon ditemani ombak dan senyumanmu."

Biu mendongkak, menatap pada wajah Bible yang mulai tertutup buku.

Kencan macam apa ini?

Suara berat Bible mulai terdengar, menceritakan apa yang ada dibuku novelnya.

Lembar demi lembar berhasil dilewati, Biu awalnya mengira ia akan jatuh tertidur dengan mudah. Tetapi suara Bible terus memaksanya untuk mendengarkan bait demi bait kata. Tangan besar pria itu yang sesekali membelai kepalanya, membuat Biu merasa tenang. Deburan ombak menelusup ke dalam telinganya, aneh tapi nyata, ia nyaman tiada dua.

Entah karena berbaring dipaha Bible, atau justru karena kisah pengembara timur tengah yang menemukan cintanya digubuk derita. Entah yang mana yang menjadi penyebab mata Biu menolak kantuk, menjadi jauh lebih segar dan tidak ingin ketinggalan satu kalimat pun.

TreffenWhere stories live. Discover now