"Waw apa-apaan ini?!" Biu melempar tas yang ia bawa, bukan sambutan hangat yang diterimanya ketika kembali ke rumah Bible. Justru pemandangan pria itu tengah memangku seorang wanita asing.
"Kau, turun!" Biu menunjuk wajah wanita itu, berjalan cepat hingga dirinya ada dihadapan dua manusia yang nampak tidak kaget itu. "Sialan. Bible lepaskan dia!"
Biu hendak menarik si wanita, namun gagal karena Bible menangkis tangannya. "Berisik sekali." Ucap si montir tajam.
"Berisik? Kau ingin lihat apa itu berisik sebenarnya?!" Biu benar-benar marah, pria kecil itu gelap mata dan mengambil apa saja yang ada didekatnya. Kebetulan ada dua buah botol minuman beralkohol diatas meja.
Prang
Satu botol pecah berhamburan dilantai. Satu botol lainnya Biu pegang erat-erat. Bersiap memecahkannya dikepala Bible atau mungkin wanita itu.
"Hei astaga.." Si wanita yang awalnya duduk manja memeluk mesra leher Bible segera turun, kalang kabut ketakutan dirinya akan terluka.
Pria kecil itu menakutkan, seperti harimau lapar.
Melihat si wanita telah beranjak dari pangkuan Bible, Biu kemudian melempar botol ditangannya ke atas meja. Membuat kaca beradu dengan kaca, menimbulkan suara pecahan yang lebih keras dari sebelumnya.
Bible ikut melompat, jika tidak tubuhnya pasti akan terkena pecahan kaca. "Gila." Desisnya melihat kelakuan Biu.
"Beraninya kalian!" Si pria kecil belum merasa puas, ia berjalan menuju sudut ruangan. Pada nakas kayu yang ada di sana, membuka salah satu lacinya. Ia mengambil raket tenis milik Bible, tanpa banyak bicara, Biu kemudian mengejar si pria besar. Memukulinya brutal.
"Sial. Bajingan Bible!"
"Akh Biu, kau apa-apaan?! Berhenti! Berhenti!" Bible kesakitan karena pukulan Biu tidak main-main, sementara si wanita yang merasa ngeri melihat pemandangan kacau di depannya, mundur perlahan. Bersiap kabur. "Biu! Gila kau! Berhenti." Bible terus mencoba menghindar namun gagal karena Biu begitu lincah mengejarnya. Tak ada satupun pukulan yang meleset, semuanya tepat sasaran dan membuat si pria besar kesakitan. Bible mencoba melindungi kepalanya dengan tangan, berharap Biu berhenti menyiksanya.
"Rasakan! Pria jahat. Aku di rumah sakit dan kau malah bermesraan dengan jalang itu?! Sialan. Mati kau."
Bible mengaduh, ia tidak berpikir si pria kecil akan begitu tangguh melawannya. Ia kira Biu akan menangis dan menyerah dengan mudah.
Apa yang terjadi sekarang sama sekali tidak ada dalam prediksinya.
Bible, salah langkah.
"Jalang, mau ke mana kau?!" Melihat wanita yang sebelumnya berada dipangkuan Bible hampir mencapai pintu, Biu melepaskan raket dari tangannya.
"Aku, aku, aku itu—" Wanita itu gemetaran.
Sementara itu Biu segera melompat kearah si wanita, menjambak rambutnya segera.
"Akh hei lepaskan. Hei!" Wanita itu memegang kepalan tangan Biu yang menjambak dirinya tanpa ampun.
"Kau tahu, jangan main-main denganku. Dia priaku. Berani sekali."
"Tidak, tidak. Lepas. Lepaskan aku. Rambutku. Lepaskan." Wanita itu hampir menangis.
"Tidak akan, biar saja rambutmu rontok. Jalang."
"Aku dibayar. Aku dibayar." Wanita itu menangkupkan kedua tangan didada. "Aku dibayar oleh pria itu untuk menipumu. Berpura-pura menjadi kekasihnya. Tolong lepaskan aku. Aku tidak ada hubungannya."
Biu melepaskan cengkramannya pada rambut si wanita. "Apa kau bilang?"
"Aku teman sekolah Bible. Aku hanya dibayar untuk membantunya menyinkirkanmu." Si wanita memegang kepalanya yang terasa panas, rambutnya rontok cukup banyak. Ia mendesis kesakitan.
"Emma, kenapa kau memberitahu dia?" Bible melihat wanita itu dengan tidak percaya.
"Kau bahkan tidak menolongku dari amukannya. Seharusnya aku tidak bekerja sama denganmu." Wanita bernama Emma itu memutar bola matanya pada Bible. "Aku boleh pergi?" Tanyanya pada Biu dengan wajah memelas.
Biu meremas tangannya, hatinya terasa ditancap benda tajam. Perih sekali.
"Berapa dia membayarmu?" Tanya Biu dengan suara rendah. "Aku akan memberimu sepuluh kali lipat asal kau tampar wajahnya."
"Apa?" Emma sepertinya tidak percaya.
"Tampar dia sekarang."
Emma melangkah maju, Bible melotot ketika teman sekolahnya itu melakukan apa yang Biu inginkan.
Plak
"Akh.."
"Sekali lagi."
"BIU!" Bible merasa murka.
Plak
"Kau bisa meminta uangmu pada asistenku yang ada diluar. Minta sepuluh, dua puluh bahkan seratus kali lipat."
"Terimakasih." Wanita itu segera melangkah pergi meninggalkan Biu dan Bible.
"Tidak cukup kah kau memukuliku, kau juga meminta Emma menamparku?" Bible memegang pipinya yang terasa panas. Emma tidak main-main menamparnya. "Gila."
"Karena aku tidak akan bisa melakukannya sendiri." Biu bergumam kecil. Tak lama tawanya mengudara, terdengar sumbang tanpa irama. "Karena aku tidak mau lagi bersentuhan denganmu bahkan ketika aku ingin sekali menamparmu."
Bible menatapnya lurus. "Baguslah. Itu artinya kau akan pergi dari hidupku dan berhenti menjadi pengacau yang menyebalkan."
"Ya, aku memang akan pergi." Biu menahan air matanya. Ia datang dengan kejutan, tak menyangka bahwa justru Bible juga menyiapkan kejutan untuk mengusirnya. Membuat ia menyerah dengan cara kotor yang menjijikan. "Aku tidak mau lagi melihatmu, orang jahat yang bahkan membayar orang agar aku mundur? Kau pikir siapa dirimu Bible?"
Apa yang Bible lakukan melukai dirinya, melukai harga diri Biu.
"Seperti apa yang selalu kamu katakan. Lupakan semuanya. Baiklah, aku akan melupakan semuanya."
Bible tak mengeluarkan sepatah kata pun, pria itu hanya mendengarkan apa yang Biu ucapkan.
"Kita benar-benar harus selesai kan, katamu. Tapi menurutku lebih baik lagi jika kita anggap semuanya tidak pernah terjadi. Kebersamaan kita di Phuket, aku akan menganggapnya sebagai mimpi." Biu lagi-lagi tertawa, sebab hanya tawa yang bisa menyembunyikan lukanya. "Bagaimana pun, terimakasih bajingan. Untuk waktu dan hadiah darimu. Selamat tinggal."
Biu berbalik, tanpa menoleh kebelakang lagi. Tanpa ia tahu Bible meneteskan air mata melihatnya melangkah pergi.
Sementara Bible tidak berniat mengejar pria kecil itu, sebab memang jalan terbaik bagi mereka—menurutnya—hanyalah perpisahan.
"Ya, selamat tinggal Biu." Bisiknya begitu dentum pintu terdengar. "Akhirnya, kau benar-benar pergi." Bible jatuh ke lantai, tak peduli kakinya akan terluka oleh pecahan kaca. Di sana ia menangis tanpa suara.
Melepaskan Biu sama beratnya seperti pria kecil itu melepaskannya. Mereka dua orang asing yang terlanjur mencintai satu sama lain.
Tetapi hidup bukan hanya tentang cinta. Bukankah begitu?
Sneak peek 5 end
Halo teman-teman 👋🏻
Bagi yang berminat untuk memiliki versi lengkap Treffen bisa hubungi aku secara pribadi via dm wattpad, ig dan twitter (user : estcasse_)
Sampai bertemu disneak peek selanjutnya.
50 kuota sudah penuh. Aku membuka kembali 10 kuota untuk teman-teman semua. Terakhir yaa!
Silahkan hubungi aku secepatnya. Begitu kuota tambahan penuh maka PO pdf akan ditutup.
Terimakasih, salam hangat, estcasse.
🥰✨
YOU ARE READING
Treffen
FanfictionLiburan terakhir yang ia lakukan sebelum menjabat menjadi CEO, disalah satu perusahaan keluarganya, berakhir tidak baik. Biu justru malah harus merasakan patah hati akibat pertemuannya dengan Bible, pria asing yang membuatnya jatuh cinta dalam wakt...