"Jadi ini artinya apa dok?" Biu membulak balik kertas yang berisi hasil laporan kesehatannya. Tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh dokter keluarganya itu.
"Anda hamil tuan. Empat minggu." Si dokter menepuk pundak Biu sekali lagi. "Selamat."
"H—Hamil? Aku? Aku hamil?" Biu menatap dokter Torry serius. "Dokter tidak bercanda, kan?"
"Tentu saja tidak tuan." Dokter lima puluh tahunan itu mengambil kertas ditangan Biu. "Tapi kalau anda ingin lebih yakin lagi, anda bisa melakukan USG. Saat memasuki usia kehamilan empat sampai lima minggu, kantung kehamilan serta perkembangan janin sudah bisa terdeteksi."
"Aku mau USG dok."
"Apa tuan Biu ingin ditemani oleh calon suami tuan? Pria yang kemarin?" Sepertinya seluruh pegawai rumah sakit mendengar teriakannya tempo hari. Ketika ia memanggil Bible calon suaminya agar para perawat gatal berhenti menggoda si pria tampan.
"Ah dia?" Biu menghela nafasnya. Sejak dipindahkan ke rumah sakit tempat keluarga besarnya biasa dirawat, Bible sama sekali tidak menampakan batang hidungnya.
Ketika Biu terbangun tempo hari, pria itu sudah lenyap entah kemana.
"Iya, kalau tidak salah, namanya tuan Bible."
"Dia sedang sibuk." Biu mencoba tersenyum meski sesungguhnya ia sendiri merasa sedih karena Bible seolah tidak peduli padanya. "Kali ini aku sendiri saja melakukan USG-nya. Aku juga ingin membuat kejutan untuk semua orang, jadi dokter Torry, tolong rahasiakan dulu kehamilanku ini ya."
"Baik kalau begitu tuan." Torry mengangguk setuju. "Kalau begitu nanti perawat akan datang untuk mengantar anda ke ruang USG."
"Ah, sebentar dok.." Biu tiba-tiba teringat sesuatu. "Aku kemarin mengalami kecelakaan, apa itu tidak masalah untuk bayiku?"
"Kita akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut jika saat USG ditemukan kejanggalan. Tapi sejauh ini, kondisi anda sendiri baik-baik saja."
"Oke dok, terimakasih banyak."
***
"Pria waktu itu, kekasih kakak, kan?"
Bible ingin sekali melempar obeng ditangannya agar adiknya berhenti bertanya. Setidaknya pagi ini sudah sepuluh kali Layana mengajukan pertanyaan yang sama. Jika bukan karena gadis itu baru saja kembali dari rumah sakit, Bible pasti langsung mengusirnya begitu tiba.
"Kak, kenapa diam saja? Aku penasaran."
"Kenapa kau terus mengangguku, tidak lihat pekerjaanku sangat menumpuk."
"Apa kakak sedang bertengkar dengannya? Sensitif sekali." Layana mendengus. Gadis itu kemudian menjauh dari kakaknya yang menatap tajam.
Sementara itu, Bible sendiri tidak bisa fokus pada pekerjaannya. Sejak meninggalkan Biu begitu saja di rumah sakit, ia begitu khawatir.
Si manja itu bahkan tidak bisa sehari saja tanpa dirinya.
"Ada kakaknya, kenapa pula aku harus mengkhawatirkan dia." Bible bergumam kesal pada dirinya sendiri. "Sial. Aku malah semakin tidak fokus."
Pria itu melempar perkakasnya, kemudian melenggos begitu saja entah akan pergi ke mana.
Layana yang duduk tidak jauh dari bengkel melihat kakaknya yang sepertinya kesal. "Benar-benar bertengkar sepertinya? Huh, sepertinya ego kakakku sangat tinggi. Apa dia tidak tahu pria manis menggemaskan itu banyak yang mengincar. Nanti sudah kehilangan baru tahu rasa."
Melihat mobil tua Bible keluar dari pekarangan, gadis itu terus mengomel. Sembari memakan camilan yang ia dapatkan dari kulkas baru di rumah mereka.
"Ngomong-ngomong, kenapa di rumah banyak barang baru ya? AC, kulkas, mesin cuci model terbaru dan tv super besar itu." Ditengah kebingungannya, tiba-tiba si gadis berteriak histeris. "Tidak! TIDAK MUNGKIN." Layana memegang pipinya yang terasa panas. "Apa kakak tinggal bersama pria itu? Hah? Kakak sangat manis. Si pelit itu bahkan membeli barang-barang mahal agar pacarnya nyaman."
Pikiran Layana terus merajut satu demi satu prasangka pada kakaknya dan pria kecil yang ia temui di rumah sakit. Pria kecil yang saat itu sama terluka seperti dirinya.
"Ah, kakakku akan segera menikah. Hore! Mama akan senang."
***
Bible menendangi kerikil. Disaat pikirannya sedang kacau, ia akan selalu datang ke tempat yang sama. Danau pinggir kota yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Berbekal sekaleng bir dingin, pria itu kemudian duduk direrumputan. Menatap pada matahari yang akan segera tenggelam.
"Bahkan setelah mataku melihat bajingan itu secara langsung, kenapa aku masih harus peduli pada Biu? Dia tidak lebih dari adik pembunuh orang tuaku. Sadar Bible! Sadar! Kau tidak boleh larut dalam perasaan bodoh ini."
Bible meremas kaleng minuman yang sudah habis dalam sekali tenggak. "Aku tidak bisa semakin lama bersamanya. Dia tidak boleh kembali lagi. Bagaimana pun, aku harus mengusirnya."
***
Sneak peek 4 end
Halo teman-teman 👋🏻
Bagi yang berminat untuk memiliki versi lengkap Treffen bisa hubungi aku secara pribadi via dm wattpad, ig dan twitter (user : estcasse_)
Dari 50 kuota yang tersedia, tersisa 3 kuota lagi ya.
Sampai bertemu disneak peek selanjutnya.
PDF berisi 31 part season 2 dan 3. Lalu 2 extra part.
Season 2 akan menceritakan bagaiman Biu mengejar Bible, lalu season 3 akan menceritakan bagaimana Bible mengejar Biu.Penasaran dengan ceritanya?
Silahkan hubungi aku secepatnya. Begitu kuota penuh maka PO pdf akan ditutup.
Bagi yang belum konfirmasi, jika 24 jam tidak melakukan konfirmasi maka dianggap batal dan kuota pdf akan diberikan kepada yang lain.
Terimakasih, salam hangat, estcasse.
🥰✨

YOU ARE READING
Treffen
FanfictionLiburan terakhir yang ia lakukan sebelum menjabat menjadi CEO, disalah satu perusahaan keluarganya, berakhir tidak baik. Biu justru malah harus merasakan patah hati akibat pertemuannya dengan Bible, pria asing yang membuatnya jatuh cinta dalam wakt...