Shower dinyalakan seolah ia sedang melakukan kegiatan mandi paginya. Padahal yang sebenarnya terjadi, Biu hanya diam bersandar dibalik pintu kamar mandi.
Pria itu mengigit bibir menahan sedih dan kesal karena Bible meninggalkannya disaat sesi panas mereka.
Itu mengecewakan. Tentu saja.
Belum lagi obrolan yang ia dengar, entah siapa yang menelpon si pria muda. Tetapi sepertinya orang disebrang sana cukup penting. Bukan, lebih tepatnya, sangat penting. Sehingga si montir meninggalkannya.
"Biu.."
Tok Tok Tok
Terdengar suara panggilan lembut setelah sepuluh menit Biu berdiam diri di kamar mandi. Sepertinya Bible baru masuk ke kamar.
"Apa kau sedang mandi?"
Tok Tok Tok
"Iya." Biu menjawab lugas. "Tunggu sebentar. Jangan kemana-mana."
"Oke." Terdengar langkah kaki menjauh, entah Bible kembali ke balkon atau tinggal di dalam kamar.
Air hangat masih mengucur, Biu akhirnya melangkah kebawahnya. Membasahi tubuhnya dengan kucuran deras dari atas sana.
Dengan pakaian lengkap, ia membilas tubuhnya.
***
Bible merasa tidak enak dan bersalah. Setelah beberapa saat ia kembali ke dalam kamar dan menemukan Biu tidak ada lagi di atas ranjang.
Lagipula siapa yang mau melanjutkan setelah apa yang ia lakukan?
Bible sadar dirinya telah menghancurkan suasana romantis sekaligus menyenangkan yang tercipta.
Ia membuang kesempatan. Mungkin juga tadi adalah kesempatan satu-satunya, ia tidak tahu bagaimana reaksi Biu setelah ini.
Bible menarik nafas dalam-dalam. Ia lalu berjalan menuju pintu kamar mandi, sepertinya Biu ada di dalam. "Biu.." Panggilnya dengan suara kecil. Kehilangan kepercayaan dirinya.
Tangannya terangkat untuk mengetuk pintu. Jantungnya berdegub kencang, bersiap jika Biu mengabaikannya atau bahkan mengusirnya. Sebab ia memang pantas mendapatkan itu.
Tok Tok Tok
"Apa kau sedang mandi?" Pertanyaan bodoh. Sejenak Bible ingin mengutuk dirinya.
Tok Tok Tok
"Iya." Terdengar sahutan dari dalam sana. Bible memasang telinganya lebih lebar. Berharap Biu akan kembali bicara.
Satu detik. Dua detik. Tiga detik.
Mulutnya kembali terbuka, namun entah apa yang akan ia ucapkan. Otaknya tidak bisa berpikir di saat seperti ini. Ia bingung bagaimana menghadapi Biu.
"Tunggu sebentar. Jangan kemana-mana."
Ada lega luar biasa yang ia rasakan. Biu memintanya tinggal. Meski ia tidak yakin dirinya pantas untuk itu. Tetapi nafasnya berangsur normal. Tak lagi tercekat seperti sebelumnya. "Oke." Hanya kata singkat itu yang keluar dari mulutnya.
Bible kemudian berjalan kembali ke ranjang, mulai memungut pakaiannya, kemudian memakainya kembali.
Pria itu juga turun ke lantai bawah, untuk membuatkan Biu minuman hangat yang mungkin sedikit memperbaiki moodnya.
YOU ARE READING
Treffen
FanfictionLiburan terakhir yang ia lakukan sebelum menjabat menjadi CEO, disalah satu perusahaan keluarganya, berakhir tidak baik. Biu justru malah harus merasakan patah hati akibat pertemuannya dengan Bible, pria asing yang membuatnya jatuh cinta dalam wakt...