Sakit

439 67 17
                                    

Biu tidak tahu seberapa besar trauma dan rasa sakit Bible hingga pria itu jatuh sakit. Setelah menceritakan tentang masalalunya pagi kemarin, sepanjang malam si pria besar mengigil dalam demam tinggi.

Biu tidak ahli merawat orang sakit, tetapi ia mencobanya. Menelpon dokter yang direkomendasikan staf villa, membeli makanan pesan antar, menganti pakaian Bible setelah membilas tubuh pria itu dengan handuk dan air hangat.

Biu merelakan kantung mata hitam menghiasi wajahnya, sebab ia bangun setiap setengah jam untuk menenangkan Bible yang begitu gelisah dalam tidurnya.

Untuk pertama kalinya, Biu peduli pada orang lain melebihi pada dirinya. Ia memberikan waktu dan perhatian sepenuhnya pada Bible sepanjang malam.

Pria itu harus tahu bahwa bagi Biu, dirinya sangat spesial.

Biu kembali dari lantai bawah setelah memesan sarapan, ia bangun cukup pagi untuk menyiapkan makanan dan obat Bible. Tidak boleh telat, pesan dokter.

Pakaian piyama yang ia gunakan cukup berantakan karena dirinya berlari menaiki tangga, ia lalu meletakan semangkuk bubur dan air putih di atas nakas. Melihat jam yang menunjukan puluh setengah delapan, Biu lalu duduk disamping tubuh Bible.

Si pria besar lebih tenang setelah melewati fajar. Biu menempelkan tangannya dikening Bible. "Masih panas." Gumamnya sedih. "Bible pasti ini sangat berat untukmu."

Biu mengusap peluh yang ada dikening pria besar itu.

Baginya, yang memang terbiasa hidup dikeluarga yang penuh kebahagiaan, tidak pernah ada trauma yang Biu miliki. Semua orang menjaga dan mencintainya, tidak pernah ada luka besar yang ia dapatkan dari dunia. Sehingga Biu tidak tahu bagaimana rasanya menjadi Bible. Meski begitu, dirinya ikut merasakan kepahitan melihat kondisi orang yang dikasihinya itu melemah.

"Bible.." Biu membangunkan dengan lembut, tangannya menguncang pundak besar Bible. "Bible bangun dulu. Kamu harus minum obat."

Bible langsung bereaksi, membuka matanya. "Biu, kamu tidak akan pergi dariku, kan?" Tanya si pria yang baru terbangun dari tidur ayamnya itu.

Biu mengangguk cepat. "Tidak Bible. Apa yang kamu bicarakan."

"Aku mimpi buruk Biu." Bible menarik tangan Biu dan mengengamnnya dengan gemetar.

"Aku di sini Bible. Kau percaya padaku, kan? Ayo bangun dulu." Biu membantu Bible untuk bangun. "Sarapan dan minum obatmu dulu ya. Kalau nanti siang belum ada perubahan, kita ke rumah sakit."

"Tidak. Tidak mau ke rumah sakit."

Biu mengigit bibir gemas. Bagaimana bisa pria berotot yang terlihat jantan itu begitu menggemaskan dimatanya sekarang. Apa yang harus Biu lakukan?

"Kalau tidak mau harus sembuh. Kamu demam semalaman dan masih belum turun sampai sekarang."

"Kamu mau meninggalkanku di rumah sakit?"

Biu memukul tangan Bible pelan. "Jangan bicara omong kosong. Aku benar-benar menghabiskan malamku untuk menemanimu. Bagaimana bisa aku berpikir untuk pergi?" Si kecil melotot. "Cepat buka mulut, kamu harus minum obat tepat pukul delapan."

***

Biu meremas rambutnya, ia pusing karena Bible masih menolak untuk pergi ke rumah sakit. Sebenarnya, keadaan pria itu tidak terlalu buruk, hanya demamnya yang masih belum turun.

Namun Biu sangat khawatir, apalagi ketika Bible memuntahkan seluruh makanan dan juga obatnya beberapa saat lalu.

"Biu.."

TreffenWhere stories live. Discover now