Keluarga Puttha

448 71 29
                                        

Bible cukup lelah setelah membersihkan seluruh kekacauan yang ditinggalkan keduanya. Namun meski begitu, ia tak bisa menyembunyikan raut bahagia diwajahnya.

Sesekali Sumettikul muda akan menatap ke arah ranjang, pada pria kecil yang terlelap dibawah selimut tebal.

Biu kelelahan, karena ulahnya tentu saja.

Bayangan ketika mereka bercinta kembali lewat diotaknya, membuat Bible menggeram rendah. Tubuhnya terasa panas, ia menggelengkan kepala cepat. Sebelum hal tidak diinginkan—sebenarnya sangat ia inginkan lagi—membuatnya hilang kontrol akan tindakannya.

Bible mengenyahkan suara desah Biu yang mengema, pria itu meminum air mineral banyak-banyak.

Drttt drttt drttt

Saat sedang beradu dengan pikirannya sendiri, suara dering ponsel bergema. Bukan miliknya. Melainkan ponsel lain yang tergeletak begitu saja di atas meja.

Bible menaikan alisnya, sudah lewat tengah malam. Entah siapa yang menghubungi Biu. "Tidak sopan. Ini bukan waktunya menelpon orang." Bible berdecak tidak suka.

Drttt drttt drttt

Lagi-lagi ponsel mahal itu meraung, membuat sisa kesabaran si montir muda lenyap begitu saja.

Bible mengambil ponsel milik si kecil, bersiap memaki siapa saja yang menganggu malam mereka. "Awas saja."

Drttt drttt drttt

Ponsel itu masih menyala, dering telpon masih terdengar sama. Namun ada satu yang berubah, air muka pria yang lebih muda tiga tahun dari Biu itu.

Bible mengegam ponsel milik si manis dengan erat, sebab tiba-tiba tangannya gemetaran.

Drttt drttt drttt

Raungan dari benda pipih itu semakin menggila, sementara si montir muda sudah benar-benar gila. Bible kehilangan keseimbangannya, jatuh berlutut di atas lantai yang dingin. "Apa ini?" Tanyanya pada diri sendiri.

Telpon itu berakhir, hanya beberapa saat karena kembali masuk sebuah pesan.

From donatur kedua : Kakak baru landing. Ada apa kamu telpon? Perlu sesuatu?
From donatur kedua : Kamu baik-baik aja kan dek? Ada masalah?

Bible hampir saja memuntahkan isi perutnya. Ia begitu kaget hingga tidak bisa merespon kejadian yang berlangsung.

Drttt drttt drttt

Telpon kembali berdering. Masih dari nama yang sama, donatur kedua. Foto seorang pria dewasa dengan jas mahal berwarna hitam yang membalut tubuh proporsional nampak tegas dan berwibawa. Sekali lihat saja, semua orang akan tahu bahwa pria dalam foto bukan orang sembarangan.

"Mengapa, mengapa Biu mengenalnya?"

Sambungan telpon kembali terputus. Sebab Bible tidak berniat mengangkatnya. Ia tidak bunya keberanian untuk berbicara dengan pria yang telah membuat keluarganya hancur bertahun lalu.

From donatur kedua : Apa kamu sudah tidur Biu? Kabari kakak begitu kamu bangun. Kakak khawatir.
From donatur kedua : Dan segera kembali. Kau harus bersiap untuk menjadi CEO dari sekarang. Jangan berlibur terlalu lama. Kakak tunggu dirumah secepatnya.

"CEO? Biu?" Bible menatap kembali pada ranjang. Biu masih diposisi yang sama. Tidur tanpa beban sedikit pun.

"Apa maksudnya? Sebenarnya apa hubungan mereka?" Bible menyimpan ponsel Biu begitu saja. Pria itu setengah merangkak untuk mencari ponselnya sendiri. Ia harus mencari tahu siapa sebenarnya pria kecil yang telah menghabiskan malam dengannya itu.

TreffenWhere stories live. Discover now