Setelah jawaban iya telah ia berikan pada pertanyaan dari Bible, keduanya kemudian menikmati malam sedikit lebih lama di bukit indah tersebut.
Namun tanpa diprediksi hujan turun begitu mereka sampai di jalan raya. Biu menengadah, menatap tetes demi tetes air yang jatuh membasahi dirinya.
"Hujan.." Gumamnya diantara deru sepeda motor tua. Seumur hidup, sejak dilahirkan ke dunia hingga berusia dua puluh sembilan, ia tidak pernah secara langsung merasakan apa itu air hujan.
Jika ditanya, maka dirinya akan menjawab bahwa pengalaman pertama ini memberi kesan menyenangkan. Tidak peduli dengan pakaian dan tubuhnya yang mulai basah.
"Kita berteduh dulu." Bible membawa motor itu melaju lebih lambat, matanya menangkap sebuah pohon besar yang berjarak sekitar tiga ratus meter, di ujung jalan sebelum tikungan tajam.
"Eh? Kok berhenti?" Biu mengedipkan matanya, ia tidak mendengar ucapan pria besar. "Bible, kenapa berhenti?" Ulangnya, dengan pertanyaan yang sama.
"Kita berteduh dulu ya." Bible memarkir motornya, ia kemudian membawa Biu untuk berjalan ke bawah pohon. "Basah semua. Maaf. Aku tidak tahu akan hujan." Pria itu menyeka buliran air yang membasahi wajah Biu. "Dingin?"
"Iya. Dingin." Biu menjawab dengan jujur tetapi disaat yang sama Bible bisa mendengar nada riang dari ucapannya.
"Maaf.." Bible merasa bersalah. Seharusnya ia tidak mengukir pengalaman buruk seperti ini.
"Sejujurnya, ini menyenangkan." Biu tersenyum lebar, mata pria kecil itu kemudian menyipit. "Bible," Panggilnya pelan.
"Hmm?" Bible yang sibuk menggosok kedua tangan Biu—untuk menyalurkan rasa hangat—kemudian mendongkak.
Biu kembali tersenyum, namun kali ini terlihat sedikit miring. "Ayo kita bermain."
Dalam hitungan detik, Biu menarik kedua tangan Bible kemudian berlari ketengah derasnya hujan.
Pria yang lebih tinggi terbelalak kaget, dalam hitungan detik air hujan merembes membasahi seluruh tubuhnya. "Biu?"
"Bible ayo menari." Biu terlihat gembira, menggerakan tubuhnya. Mengajak Bible berdansa ditengah derasnya hujan yang turun membasahi mereka.
Bible yang semula diam karena kaget, mulai mengikuti keinginan si manis dalam menit kedua.
Ikut menggerakan tubuhnya seirama dengan Biu. Berdansa tanpa beban, memutar pria manis dengan tangan diudara.
"Aku senang." Biu berbisik pada Bible ditengah tarian mereka.
"Kau suka hujan?"
"Aku suka Bible."
Bible hampir tersedak. "Apa?"
"Aku suka Bible. Aku yang pertama suka. Lalu sekarang aku suka hujan, karena kita bisa menari bersama."
Bible menarik Biu hingga menabrak dadanya. Pria itu melingkarkan tangannya dipinggang si kecil. "Biu.."
"Iya?"
"Boleh aku menciummu?"
Biu mengangguk. Ditengah hujan yang semakin deras, ia menutup matanya. Begitu pula dengan Bible yang melakukan hal sama. Belah bibir satu sama lain terikat, saling melumat lembut. Menikmati kecupan ditengah-tengah jalan hutan.
Ditemani motor tua, milik paman penginapan.
***
Biu mengigil. Satu jam bermain dibawah hujan, bukan waktu singkat. Dan lagi, itu pertama kali untuknya. Wajar jika tubuhnya tidak sepenuhnya menerima.
YOU ARE READING
Treffen
FanfictionLiburan terakhir yang ia lakukan sebelum menjabat menjadi CEO, disalah satu perusahaan keluarganya, berakhir tidak baik. Biu justru malah harus merasakan patah hati akibat pertemuannya dengan Bible, pria asing yang membuatnya jatuh cinta dalam wakt...