Kantor Biu

339 28 1
                                    

"Apa kau yakin tidak berhalusinasi?"

Lagi-lagi pertanyaan yang sama keluar dari mulut Off. Pria yang tengah menyetir mobil itu masih sangat sangsi dengan cerita singkat yang sahabatnya utarakan malam kemarin.

"Jakapan Puttha itu terlalu tinggi bro. Kelasnya jauh diatas kita." Off bicara blak-blakan. Meski ia bahkan tidak pernah melihat sosok Jakapan Puttha didunia nyata maupun media, tetapi nama itu sangat terkenal. Putra bungsu keluarga Puttha yang amat dicintai keluarganya. Begitulah tagline diberita tentang pewaris kaya itu. "Kau tidak salah mengira dia menyukaimu kan?"

Bible menoleh dengan kesal. "Diamlah Off sebelum aku meninju wajahmu."

"Eitsss pemarah sekali." Off berdecak. "Aku hanya mengingatkanmu bro. Sebelum kau jatuh lebih jauh pada angan-anganmu. Anggaplah kalian memang pernah berhubungan, atau mungkin berkenalan. Lalu bagaimana jika menurutnya kau hanya angin lalu yang tidak sengaja menerpanya."

Bible tahu sifat Off, pria yang sudah menjadi sahabatnya bertahun-tahun itu harus diberi bukti dulu. Kalau tidak begitu mulutnya tidak akan berhenti berkicau.

"Ini Jakapan Puttha." Bible memperlihatkan ponselnya kehadapan Off. Disana ada fotonya dan Biu yang mereka ambil saat melihat sunset di tebing.

"Sebentar," Off merebut ponsel Bible begitu saja. Meneliti foto dua orang yang tersenyum kekamera itu. "Kenapa dia terlihat sangat bahagia. Apa ini benar-benar Jakapan Puttha."

"Ya." Jawab Bible singkat.

"Bro, apa kau menjebaknya?"

"Kenapa kau tidak percaya sekali kalau aku dan Biu memang memiliki hubungan spesial."

Off menyandarkan tubuhnya pada kursi mobil. Cukup pegal karena mereka mengintai kantor Biu selama berjam-jam. "Jangan tersinggung bro. Tapi kita bicara tentang pewaris, Jakapan Puttha juga ternyata sangat manis. Apa yang dia lihat darimu?"

"Sialan kau Off." Bible mengumpat. Namun Off masih sangat tenang.

"Kalau harus bicara jujur, dilihat dari sisi mana pun, kau tidak cocok dengannya. Lihat, gedung tinggi ini adalah milik keluarganya. Kita berdua, meski bekerja seumur hidup tidak akan mampu bahkan untuk menyewanya."

Bible menatap gedung puluhan lantai itu, benar apa yang Off ucapkan. Ia dan Biu sebenarnya sangat jauh.

"Dia mencintaiku Off. Berkali-kali Biu mengatakan itu. Dia bahkan menulis surat untukku."

"Lalu? Kau membiarkan dia pergi. Aku tidak tahu cerita jelasnya, tapi dari yang aku dengar, kau mencampakannya kan?" Off bergeser sehingga tubuhnya menyerong menghadap Bible. "Bible lihatlah, apa orang seperti Biu bisa kau campakan?" Off menunjuk lagi pada gedung tinggi itu, di mana para karyawan mulai berhamburan keluar. "Bahkan dibandingan dengan pekerja di sini. Kita tetap bukan kelas mereka."

"Kau benar." Bahu Bible rasanya melemas.

"Bro, aku sahabatmu. Kau tahu aku akan membantumu untuk segala hal, kan? Tapi menemui Jakapan Puttha sepertinya bukan perkara mudah. Jika kalian benar-benar saling jatuh cinta, kau adalah pihak yang harus menunggu."

"Tapi, dia marah padaku. Aku ingin berbaikan Off."

"Tidak ada cara. Lihat satpam di sana. Kita tidak mungkin melewati mereka. Bahkan jika kau tunjukan foto kebersamaan kalian. Kau hanya akan dianggap penguntit yang membahayakan."

"Lalu aku harus bagaimana Off. Aku benar-benar harus menemui Biu."

"Tunggulah dia sebentar lagi. Jika kalian memang ditakdirkan bertemu lagi, semesta akan mengatur jalannya." Off menepuk pundak sahabatnya setelah mengatakan nasihat bijak itu. "Karena menurutku cara ini tidak akan berhasil. Menunggunya di sini tidak akan berhasil."

"Satu jam lagi. Kalau Biu tidak terlihat, kita pergi."

Off mengangguk setuju. "Oke."

"Terimakasih Off."

"Tidak gratis. Belikan aku minuman malam ini."

"Kau memerasku. Temanmu sedang kesulitan."

"Setidaknya aku tidak minta tiket untuk ke Phuket."

"Sial Off. Kau menyindirku."

"Baguslah kalau kau sadar."

Bible dan Off masih cekcok seperti biasa. Namun mata keduanya begitu awas meneliti setiap orang yang keluar dari gedung.

Berharap Jakapan Puttha salah satunya.

Meski Off masih tidak yakin sahabatnya punya kesempatan untuk meminta maaf—atas kesalahan yang tidak Bible jelaskan padanya—namun ia tetap berharap pria itu bisa melihat pujaan hatinya kembali.

Off melihatnya, ketakutan dimata Bible ketika menemuinya tadi malam.

Jakapan Puttha pasti sangat penting bagi sahabatnya.

Meski ia tidak tahu apa arti Bible bagi pria pewaris itu, ia harap keduanya bisa menyelesaikan masalah mereka dan menyudahi perselisihan.

Karena jika keduanya saling jatuh cinta, bukankah mereka harus bersama?

Sneak peek 7 end

Halo teman-teman 👋🏻

Bagi yang berminat untuk memiliki versi lengkap Treffen bisa hubungi aku secara pribadi via dm wattpad, ig dan twitter (user : estcasse_)

Sampai bertemu disneak peek selanjutnya. Akan ada 3 sneak peek sebelum pdf dikirim.

10 kuota terakhir hanya tersisa 2 ya!

Silahkan hubungi aku secepatnya jika ingin mengisi 2 kuota yang tersisa. Begitu kuota tambahan penuh maka PO pdf akan ditutup.

Terimakasih, salam hangat, estcasse 🫶🏻

TreffenWhere stories live. Discover now