***
"Turun!!!" perintah Aran setelah memarkirkan mobilnya di parkiran sekolah.
Zean masih terdiam dimobil sambil mengatur nafasnya yang masih berdetak karna terlalu syok.
"Lo masih mau disini?"
"Lo mau bunuh gue hah? dasar adik durhaka. Gimana kalo gue mati jantungan hah? untung saudara kalo gak udah gue lempar lo" Kesal Zean yang mulai turun dari mobil itu dan langsung pergi meninggalkan adiknya yang menatapnya dengan santai. Kali ini Zean benar benar marah.
"Siapa suruh masuk ketempat neraka" guman Aran cuek kemudian berjalan kearah kelasnya tepat di kelas XI IPS-1.
Setelah sampai dikelasnya, Aran langsung disambut oleh kedua sahabatnya yang kadang dewasa dan kadang terlalu lebay. Namun, bersama mereka Aran bisa merasaka kebahagiaan walau sebentar.
"Wahhhh tumben si Aran sudah datang sepagi ini. Biasanya tunggu dihukum dulu baru masuk kelas" Rio, sahabat terkonyol menurut Aran mengandeng pundaknya yang langsung mendapat tatapan tajam dari pria itu.
"Lo sama aja Ri, emang lo kapan hidup tanpa dihukum?" kini pria tinggi dengan mata sipitnya duduk dimeja Aran dengan santai sambil melempar ejekan kepada Rio membuat yang diejek merenggut kesal. Devan.
"Hahahaha jangan buat tampang gitu, jijik gue" lanjutnya lagi sambil tertawa renyah.
"Idihh jijik tapi diketawain. Dasar sahabat laknat lo" ucap Rio makin kesal.
"Lo berdua kalo mau berantam jangan disini. Pusing gue" akhirnya Aran buka suara dengan datar.
"Denger tu Dev, gue juga pusing denger suara lo. Pengen muntah gue"
"Ckk lo gak sadar kali. Suara lo tuh yang cempreng kek janda muda"
Aran hanya menggeleng geleng kepala melihat dua manusia didekatnya itu. Sebelum telinganya rusak, Aran langsung berdiri meninggalkan mereka.
"Woiii anjirrr, mau kemana lo?"
"Rooftop"
"Tapi guru bentar lagi mau datang. Bisa brabe nanti urusan nih"
"Bodo"
Rio dan Devan hanya pasrah melihat temanya yang satu itu kemudian saling menatap sinis yang mulai melakukan perdebatan kecil itu lagi.
***
Seorang gadis dengan rambut dikucirnya terlihat berlari terburu buru. Matanya langsung membulat melihat gerbang sekolah yang baru pertama kali dimasukinya sudah tertutup.
"Maaf pak gue sedikit terlambat. Bukain gerbangnya dong pak please!!!" mohon gadis itu terhadap penjaga gerbang dengan wajah memelas.
Pria dibalik gerbang itu menatap gadis itu bingung.
"Kamu murid baru ya?" tebaknya yang dibalas anggukan oleh gadis itu.
"Astaga. Kamu masih anak baru tapi sudah terlambat. Kali ini bapak kasih kesempatan. Tapi lain kali jangan harap" tegas penjaga itu yang langsung dibalas anggukan semangat darinya.
"Makasih pak" ujar gadis yang sering dipanggil Marsha.
Setelah berjalan dikoridor sekolah itu, Marsha berhenti didepan kelas yang sudah ditunjukkan oleh kepala sekolah tadi. Marsha menarik nafas panjangnya dengan gugup kemudian mulai mengetuk pintu yang sedang melakukan pelajaran Bahasa Indonesia itu.
Semua langsung menoleh kearah pintu dimana Marsha berdiri membuat gadis itu semakin gugup.
"Halo bu" sapa Marsha kepada guru yang duduk dimejanya menghadap murid murid didepanya itu.
"Kamu murid baru itu?" ucap guru yang masih nampak muda itu. Marsha mengangguk pelan dan langsung terdengar bisik bisik dari penghuni kelas itu.
"Baiklah. Sekarang masuk dan berdiri di hadapan semuanya lalu perkenalkan namamu."ucap guru itu dengan lembut.
"Hai. Nama saya Marsha Lanetha, saya pindahan dari Bandung. Semoga bisa berteman baik"ucap Marsha ramah.
"Nah anak anak, ada yang mau bertanya?" sebagian murid disana langsung angkat tangan dan bertanya yang membuat Marsha tersenyum geli.
"Apa lo udah punya pacar?"
"Boleh minta nomor wa gak?"
"Lo mau gak jadi pacar gue?"
"Rumahnya dimana cantik?" dan deretan pertanyaan yang gak jelas lainya.
"Sudah sudah. Marsha, kamu boleh duduk disana ya. Gak usah jawab pertanyaan konyol mereka" Marsha mengangguk sopan kemudian berjalan kearah bangku kosong yang ada dibelakang dengan dua kursi. Marsha sedikit heran, didekatnya ada tas sekolah tapi orang nya tidak ada? Marsha kemudian menoleh kedepan dan acuh kepada orang yang akan teman semejanya itu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Aran
Teen FictionKisah seorang pemuda rapuh yang harus menghadapi persoalan hidupnya yang rumit dan masalah yang silih berganti menghampirinya. "Aku rela hati dan fisikku terluka asalkan masih bisa melihat senyum dan tawa bahagia mereka yang aku sayangi. Walau bukan...