***
Sebuah motor sport melaju di jalanan yang lumayan sepi itu dengan kecepatan di atas rata-rata. Banyak kendaraan yang sudah di selipnya dengan asal sehingga dia mendapat kalimat emas dari pengendara lainnya itu, umpatan.
Laju itu semakin cepat bersamaan dengan emosinya yang semakin bertambah, entah sudah berapa banyak lelehan itu berjatuhan dari matanya karna dia sungguh tidak sanggup menerima kenyataan yang baru saja di dengarnya itu.
Rahang di balik helm itu terasa mengeras dan tatapan yang menggelap. Hingga tanpa disadari, tepat di persimpangan itu, sebuah truk yang melaju tak terkendali.Pemuda itu terkesiap, terlalu terkejut melihat kedatangan truk itu hingga dia tidak sempat untuk menghindar dan kecelakaan itupun tak terelakkan lagi, motor miliknya hancur lebur tubuh itu terpental beberapa meter dan bertubrukan dengan jalan aspal itu.
Bahkan helm yang di pakainya terlepas begitu saja hingga kepalanya itu terbentur sesuatu dan menjadi sunyi bagi pemuda itu.
Matanya masih terbuka sedikit, tubuh itu bahkan sudah berlumuran darah namun bibir itu tertarik membentuk senyuman tipis.
"mama, Riko datang!"batin pemuda itu sebelum semuanya gelap. Dirinya tidak merasakan apa-apa lagi.
***
BRAKKKK
Semula suasana yang tenang di meja makan itu seketika semua terkejut mendengar suara keras dari ruang utama.
Ridwan, Lisa, Cio, Shani dan Zean yang awalnya sedang menikmati makan malam pun terganggu, hingga semuanya langsung berbondong-bondong berjalan ke arah pintu utama untuk melihat kekacauan apa yang sedang terjadi itu.
Hingga tatapan mereka kembali menajam, kecuali Shani dan Zean."APA YANG KAU LAKUKAN ANAK SIALAN?"bentak Cio yang mendapat barang-barang di ruangan itu berserakan dan tentunya karna ulah pemuda yang baru masuk dengan membuka pintu utama dengan keras dan langsung membanting guci mahal yang di pajang disana.
Aran, dengan wajah pucat dan rahang yang mengeras itu menatap tajam ke arah Cio, kemudian tersenyum remeh. Kali ini, dia tidak peduli lagi dengan yang namanya sopan santun.
"Anak kurang ajar, sudah merasa jagoan kamu?"bentak Cio seraya menarik kerah Aran dengan kasar merasa sudah di rendahkan saat melihat senyum remeh Aran.
"Anda pikir, anda sudah terpelajar? seharusnya anda sadar jika anda lebih kurang ajar dari saya!"balas Aran dengan tajam.
Bugghhh
Semua membelalak terkejut, begitupun dengan Ridwan dan Lisa terdiam tanpa tau harus melakukan apa. Zean, pemuda itu hanya membeku disana.
Shani, wanita itu langsung mendekati mereka.
"Mas, apa yang kau lakukan hah? Aran itu putramu mas" bentak Shani pada Cio yang baru saja memberikan bogemam untuk putra bungsunya itu, dia tidak terima perlakuam suaminya barusan.
"Jangan pernah membela anak sialan ini Shani" tegas Cio.
"Sialan? apa ayah sesuci itu hingga menilai Aran seperti itu? INGATKAH AYAH JIKA DENGAN KEJINYA MENYETUBUHI SEORANG PEREMPUAN YANG TAK BERSALAH? IT..."
PLAKKKKK
Lagi, sebuah tamparan itu mendarat di pipi dingin dan pucat Aran, membuat pemuda itu semakin terlihat berat hanya untuk bernafas.
Dan tanparan itu bukan berasal dari Cio, tapi wanita yang membelanya beberapa menit yang lalu.
Aran menatap nanar bundanya yang menatapnya dengan emosi. Ya, yang melayangkan sentuhan itu Shani, wanita yang dia panggil sebagai bunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aran
Teen FictionKisah seorang pemuda rapuh yang harus menghadapi persoalan hidupnya yang rumit dan masalah yang silih berganti menghampirinya. "Aku rela hati dan fisikku terluka asalkan masih bisa melihat senyum dan tawa bahagia mereka yang aku sayangi. Walau bukan...