Bab 21

189 15 0
                                    

***

Sekarang, disini lah mereka berempat berada. Di mana tempat banyak wahana bermain membuat Aran dan Zean sangat antusias ingin mencoba semuanya.

"Tante, abang mau mobil mobilan"rengek Zean saat melihat jualan mobil mobilan disana. Tante Anissa menggangguk setuju kemudian mendekati penjualan tersebut.
Sedangkan Aran, bocah itu sedang duduk bersama Farhan ditempat teduh. Dia dilarang untuk berkeliling terlalu lama.

Hei, dia juga ingin melihat sekeliling tempat itu kan?

"Jagoan om mau sesuatu?"tanya Farhan menghibur Aran yang sedang duduk manyun itu. Wajah Aran seketika berbinar mendengar tawaran om nya itu.

"Adek mau naik itu om?"tunjuk Aran dengan semangat ke arah mainan kuda-kudaan itu membuat Farhan tersenyum manis.

"Tapi adek hati hati ya"ucap Farhan kemudian membawa Aran kesana. Namun belum sampai di tempat itu, Zean dan tantenya sudah datang dengan barang barang di tangan mereka.

"Abang beli bola?"tanya Aran dengan wajah berbinarnya menatap bola itu.

"Iya, kapan kapan kita main bola ya dek "ujar Zean kemudian memberikan bola itu dipegang oleh Aran membuat wajah Aran semakin berbinar. Jujur saja dia sangat menyukai permainan bola namun kedua orangtuanya itu melarangnya.

"Abang, adek, kita makan ya. Ini udah waktunya makan siang"ucap Anissa membuat Aran kesal.

"Tapi tante, adek belum mencoba permainan disini. Abang aja udah bermain tadi masa adek belum"kata Aran memanyunkan bibirnya.

"Adek nggak boleh main dulu sayang. Kapan kapan ya"dengan kesal, Aran pergi dari sana. Untuk apa dia datang kesana jika cuma duduk? mending di rumah aja nonton film kartun kesukaanya itu.

"Adek, tungguin kita"teriak Zean sambil mengejar Aran sedangkan Farhan sudah berjalan keparkiran untuk mengambil mobilnya dan Anissa yang mengikuti si bocah kembar. Dia tau, Aran pasti sangat marah sekarang tapi apa boleh buat? keadaan keponakannya yang tidak memungkinkan itu membuat semua orang harus hati hati menjaga keadaanya supaya tidak drop.

"Adek, tungguin abang ih?"gerutu Zean karna dari tadi Aran berjalan dengan cepat.

Zean tiba tiba menarik baju belakang Aran membuat adiknya itu hampir terjungkal kebelakang. Sedangkan bola yang dipegang Aran dari tadi sudah terjatuh dan terguling ketengah jalan.

"Abang!!!! Bolanya jadi jatuh kan!"pekik Aran kesal membuat Zean jadi merasa bersalah.

"Maaf dek. Adek disini dulu, biar abang ambilin"ujar Zean kemudian berjalan menuju bola itu namun benda beroda empat yang melaju kencang kearahnya membuat Zean yang baru mendapat bola itu langsung terhempas dan terguling guling di jalan aspal itu dengan darah yang mengenang disana.

Aran, bocah itu membisu ditempat dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya itu.

"Abang..."lirih Aran kemudian berlari kearah Zean namun lagi lagi sebuah truk yang sepertinya kehilangan kendali melaju kearahnya.

"ADEKK!!!!!"

Yang Aran ingat sebelum kegelapan menyelimutinya, ada seorang wanita yang tergelatak tak jauh darinya yang sudah bersimbah dara dan tak jauh juga darinya ada abangnya yang sudah tak sadarkan diri.

"Abang,,,tante Anissa,,,"lirih Aran sebelum menutup matanya.

Flashback off!

***

"Aran, kamu sudah sadar? mana yang sakit? syukurlah kau sudah bangun"ucapan om Farhan yang tak lain Dr.Farhan yang pertama didengar oleh Aran sebelum dia benar benar sadar jika dia sekarang ada di rumah sakit.

Aran mengerjap pelan, ingin menjawab tapi tenggorokannya terasa perih dan panas.

Dia juga merasa ada yang aneh dengan wajahnya dan benar saja, masker oksigen sudah terpasang disana begitu juga selang medis yang melilit tubuh ringkihnya itu.

"Jagoan om harus tetap bertahan ya"ucapan Farhan kembali terdengar dengan sendu sambil menggemgam tangan dinginnya itu namun lagi lagi Aran tidak bisa menyahut. Tubuhnya terlalu sakit dan lemah sekarang namun dia tidak boleh dan tidak akan pernah mengeluh akan hal itu.

"Terimah kasih tuhan karna masih membiarkanku melihat dunia ini"batin Aran dengan setetes air mata yang jatuh dari sudut matanya itu.

***

AranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang