Bab 52

194 13 0
                                    

***

Sedangkan di ruang UGD, suasana disana terlihat menengangkan. Beberapa suster dan dokter yang menangani pemuda itu hampir menyerah di buatnya.
Seluruh alat medis sudah menempel di tubuhnya namun tetap saja tidak ada perubahan. Mesin pendeteksi jantung itu dari tadi masih menunjukkan garis lurus dan bunyi nyaring nan panjang dari sana.

Tubuh tak berdaya itu memejam dengan tenang, tidak terusik dengan dokter yang memanggilnya seraya menekan-nekan dadanya dan menempelkan benda berbentuk seperti setrika ke dada yang sudah terpampang secara langsung membuat tubuhnya terangkat dan meluruh kembali.

Detak itu menghilang.

Hingga pintu ruangan itu terbuka dengan kasar menampilkan Dr.Farhan dengan penampilan berantakannya.

Dengan segera dia mendekati tubuh ringkih itu dan menatap layar monitor yang menunjukkan garis lurus.

Farhan kalap. Dengan brutal dia menekan-nekan dada itu dengan kedua tangannya setelah menyingkirkan para dokter dan perawat dari sisi brankar.

"Om minta kamu kembali. Ayo Aran, jangan begini om mohon. Jangan pergi. Buka matamu anak nakal"

"Satu, dua, tiga, empat, lima, enam.."

"Defiblatore!"ucap Dr.Farhan yang masih fokus memekan dada itu.

Seorang perawat segera memberikan benda yang di minta farhan setelah memberikan gell.

Farhan segera menerima benda yang mirip setrika itu dan menempelkan di dada Aran.

"160 joule.clearr?"

"Clearr"

Tubuh ringkih itu terangkat ke atas dan kembali seperti semula, namun tidak ada perubahan.

"180 joule,clearr?"

"Clearr"

Lagi lagi detak itu tidak terlihat membuat Farhan semakin ketakutan.

"Jagoan om kuat, Ayo kembali sayang!"

"200 joule.clearr?"

"Clearr"

Dokter dan perawat disana menggeleng, tidak ada harapan untuk pemuda itu.

"Dok ikhlaskan dia!"ucap dokter yang menangani Aran sebelumnya membuat Farhan menatapnya dengan tajam kemudian kembali menatap Aran.

"Naikkan tegangan!300 jou.."

"Dr.Farhan, anda hanya akan menyakitinya. Sudah cukup!"cegah dokter itu lagi, karna itu hanya akan melukai tubuh keponakannya itu.

"Diam atau saya akan memecat mu sekarang juga!"sahut Farhan dengan sorot dingin kemudian menatap perawat itu yang menangguk pasrah, tidak akan ada yang bisa melawan Farhan jika sudah begini.

"300 joule. Clearr?"

"Clearr"

Tetap saja tidak ada detak kehidupan di tubuh keponakannya itu.

"OM MINTA KEMBALI ANAK NAKAL!!!!ARRGGHHH"teriak Farhan karna emosi bercampur dengan perasaan hancur, tubuh kokoh itu akhirnya meluruh. Keringat dan air mata sudah memenuhi wajah pucatnya bahkan tubuhnya sudah terlalu lelah.

Farhan menggemgam tangan dingin Aran, menciumnya.
Dan tepat di pintu ruangan yang tidak di tutup itu, Zean menyaksikannya dalam keadaan hancur. Adiknya pergi meninggalkan orang sekitarnya yang larut dalam penyesalan.

Zean hanya menatap nanar tubuh itu, tidak ada suara tangisan dari bibirnya namun air bening itu dari tadi meluncur dari mata miliknya.

Tatapan Zean kosong, bahkan saat bundanya mendekat dan mengguncang tubuh kakunya. Menanyakan bagaimana keadaan Aran padanya, namun Zean tidak menyahut. Pemuda itu terlihat seperti mayat hidup.

"Zean, jawab bunda nak! bagaimana keadaan Aran?"pertanyaan itu kembali terulang dari bibir Shani seraya menatap tubuh putranya yang terbaring di brankar dalam ruangan itu.

"Bun, adek. Adek udah ningalin kita"lirih Zean dengan suara bergetar dan tatapan kosong dan detik itu dunia Shani seakan hancur. Rasa penyesalan tiba-tiba menyelimutinya.
Shani menggeleng kemudian berlari ke arah tubuh putra bungsunya.

"Nggak, buka matamu sayang hiksss ini bunda. Maafkan bunda nak hikksss maaf bunda menyesal sayang. Bunda mohon buka matamu sayang hikssss" isak Shani mengguncang tubuh putranya itu.

"Bunda janji, kalo Aran bangun bunda akan memperbaiki semuanya. Hikksss ayo sayang, bunda mohon kembali nak" lanjutnya lagi menciumi keningnya dengan sayang.

"Adek, ini bunda. Adek jagoan bunda, ayo nak hiksss kembali. Bunda mohon hiksss"

Titt titt tittt titt

Semua mata langsung tertuju pada layar EKG yang menunjukkan garis naik turun disana, yang berarti detak kehidupan itu sudah kembali sebelum bernafas lega. Ini suatu keajabain.

Farhan tersenyum lega dan segera berdiri dari acara berlututnya kemudian mengelus rambut lepek keponakannya itu.

"Jagoan om memang kuat. Makasih nak"

Aran kembali, pemuda itu kembali.

***

AranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang