Bab 7

210 16 0
                                    

***

Aran memicingkan penglihatanya saat beberapa motor menghadang mobilnya yang hendak kesekolah. Kemudian, pria itu berdecak kesal setelah menebak pemuda dengan jumlah 5 orang itu.

Dengan malas, Aran keluar dari mobilnya dan menatap kelima pria itu dengan kesal.

"Woi, kalian gak ada kerjaan apa? gue mau sekolah jadi tolong motor kalian itu di minggirin. Gue mau lewat" ujar Aran dengan santai.

Kelima pria itu tersenyum licik kemudian satu persatu turun dari motor mereka masing masing dan mendekati Aran yang berdiri dengan tenang.

"Gue suka dengan kepribadian lo" sahut salah satu dari kelima pria itu yang disebut ketua mereka.

"Gue bosan dengernya. Udah deh Rik, mending lo belajar aja baik baik supaya tahun ini lo lulus skolah dengan nilai yang pantas" balas Aran terdengar sinis namun ucapan Aran membuat pria yang sering dipanggil Riko semakin tersenyum licik.

"Gue bakal dapetin lo seutuhnya Aran Arzhie Pranata. Lo tunggu aja tanggal mainnya. Gue bakal buat lo bekerja sama dengan gue tanpa bujukan lagi." ucap Riko mengabaikan sindiran Aran barusan. Kemudian berbalik menunggangi motornya dan meninggalkan Aran yang menatap kepergian mereka dengan datar.

"Gila" guman Aran pelan namun Aran merasa ada sesuatu yang akan terjadi. Mungkin, Riko akan kembali melakukan hal licik.

***

Dengan suasana sekolah yang masih sepi, terlihat seorang gadis dengan berjalan sambil menunduk dengan lesu.
Marsha, gadis itu masih memikirkan kejadian semalam saat dia berada dikediaman sahabat kembar nya yang sudah lama tidak dia injak lagi. Namun, Marsha dapat merasakan ada perubahan dari keluarga yang terlihat harmonis itu dulu.

Ada yang berbeda dari aura Bunda Shani dan Om Cio saat dirinya selalu mencari Aran sahabatnya yang juga sudah memberi jarak diantara mereka. Mungkinkah itu hanya perasaannya saja?, batin Marsha.

Masih melangkah dengan kepala menunduk hingga seseorang menarik tasnya dari belakang dan hampir membuatnya terjungkal.

Marsha hampir saja membentak sang pelaku sebelum mulutnya langsung menganga.

"Aran??" pekik Marsha tidak percaya melihat Aran yang menatapnya dengan datar.

"Kalo jalan tuh pake mata. Ruangan lo ada disebelah sana kalo lo lupa" ucap Aran dengan nada mengejek sambil berlalu dari hadapan Marsha yang masih terdiam mencerna ucapan Aran.

Dilihatnya kembali jalan yang ingin dilewatinya hingga dia tersadar jika seharusnya dia berbelok ke kiri dimana kelasnya berada. Dan sepertinya tanpa sadar, dia akan berjalan kearah toilet?

Marsha merutuki dirinya bodoh karna melamun hingga membuatnya sedikit malu dengan Aran.

Marsha berjalan mengikuti Aran yang tidak jauh darinya dengan sedikit berlari. Gadis itu berusaha mensejajarkan langkahnya dengan Aran.

"Ran, semalam lo dari mana sih? kok gak nongol nongol lo sepulang sekolah? padahal gue dirumah hingga jam tujuh malam tapi batang hidung lo gak nampak." oceh Marsha setelah berada tepat disisi Aran.

"Kepo lo"

"Gue cuma peduli sama lo Ran. Kenapa sih lo semakin menjauh dari gue? apa lo gak nganggap gue sebagai sahabat lo lagi?" Aran menghentikan langkahnya dan menatap Marsha dengan intens sebelum senyum tipis tercetak dibibir merah itu.

"Makasih karna lo masih peduli sama gue. Tapi..."

"Tapi kenapa?" tanya Marsha penasaran karna Aran menjeda ucapanya itu.

"Tapi gue gak bisa anggap lo sebagai sahabat lagi" lirih Aran kembali melangkah meninggalkan Marsha yang mematung ditempatnya.

"Jadi lo berusaha lupain gue??" lirih Marsha sambil menatap punggung Aran yang mulai menjauh dengan sendu.

***

AranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang