***
1 bulan kemudian
Sejak kejadian itu, semuanya mulai kembali secara perlahan. Roby yang tetap disisi Dewi dan Dewi yang semakin mencintai Roby.
Cio, bahkan pria itu sudah menghilang entah kemana dan Dewi mendapat kabar jika sahabat yang merusak hidupnya itu akan menikah dalam satu bulan ini, dan Dewi berharap dia tidak akan bertemu dengannya lagi.
Namun kesalahan pria itu ternyata berhasil menanam benih di dalam rahimnya, Dewi kembali termangu mendengar hasil itu. Jika dia tengah mengandung, dan itu adalah bayi Cio.
"Apa yang harus ku lakukan? "lirih Dewi seraya mengelus perut ratanya itu.
"A-aku tidak mau mengandung bayi bajingan itu!"lanjutnya lagi dan meremas perut itu hingga tangan kekar Roby menghentikan kegiatan Dewi.
"Apa yang kamu lakukan, sayang?"tanya Roby dengan lembut.
"Ak..."
"Ini akan menjadi bayi kita, jangan pernah berbuat hal bodoh seperti itu hm?"potong Roby kemudian mengelus pipi Dewi.
"Ayo kita pertahankan dan sayangi bayi ini, dia tidak berdosa. Dia itu darah dagingmu sayang kamu tidak pantas melakukannya" lanjutnya lagi membuat Dewi tertegun kemudian memaki dirinya yang sempat berpikiran yang tidak-tidak.
"Maaf, maafkan mama nak"lirih Dewi mengelus sayang perutnya.
Roby tersenyum, kemudian ikut mengelus perut itu.
"Ayo menikah "pintanya dengan pasti membuat Dewi menoleh kearahnya.
"Sayang?"
"Aku ingin mempercepat tanggal nikah kita. Aku tidak mau bayi kita lahir tanpa ayah"ucap Roby dengan tulus, Dewi menitikkan air mata harunya.
"Makasih hikss makasih sudah mencintai ku"isak Dewi.
"Makasih sudah ada untukku"sahut Roby kemudian mengelus perut itu lagi.
"Bayi ini akan milik kita satu-satunya "Dewi mengerutkan keningnya bingung membuat Roby tersenyum.
"Kamu tau kan kalo aku nggak bisa ngasih anak?"ucapnya dengan tatapan miris.
"Tidak papa, asalkan kamu tetap disisiku itu sudah lebih dari cukup"sahut Dewi kemudian memeluk Roby dengan sayang.
Dan enam belas tahun berlalu, suara tangisan keras bayi lima belas tahun yang lalu kini sudah tumbuh dewasa.
Bayi kecil itu kini sudah berubah menjadi anak yang menginjak remaja yang tampan.Riko, anak yang terlahir sehat, selalu mendapat kasih sayang dari kedua orangtuanya.
Dewi menatap putranya yang sedang bermain dengan sahabat baiknya itu dengan senyum keibuan. Saat ini mereka sedang jalan-jalan ke mall seraya membeli apa saja yang di inginkan kedua lelaki yang sedang menginjak remaja itu.
"Candra! Aran! Kita makan dulu ya. Nanti aja mainnya"kata Dewi menyudahi kegiatan kedua anak yang sedang asik bermain.
Riko dan Aran segera menoleh ke arah Dewi dengan wajah berbinarnya kemudian mendekatinya dengan semangat.
"Ma, candra mau makan bakso!"ucap Riko dengan semangat. Dewi mengangguk kemudian menatap Aran dengan lembut.
"Nak Aran mau makan apa?"tanya Dewi."Mmmmm terserah bibi aja"sahut Aran dengan kalem.
"Yaudah, kita kesana ya"
Ketiganya segera berjalan ke arah yang ditunjuk Dewi kemudian duduk dengan tenang di kursi yang ada disana.
"Kalian disini dulu ya sayang, mama ke toilet dulu. Bentar lagi makanannya datang"kata Dewi yang di balas anggukan kedua anak itu.
Riko melirik Aran yang duduk disampingnya itu kemudian tersenyum jahil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aran
Teen FictionKisah seorang pemuda rapuh yang harus menghadapi persoalan hidupnya yang rumit dan masalah yang silih berganti menghampirinya. "Aku rela hati dan fisikku terluka asalkan masih bisa melihat senyum dan tawa bahagia mereka yang aku sayangi. Walau bukan...