3

1K 110 1
                                    


"Sungguh hari yang panas."ucap Aru sembari menatap langit dibalik halaman rumah tempat dia berjemur

  "Padahal masih pagi."gerutunya

Dari arah jalan terlihat Arman yang tengah berlari pagi

[Sungguh sosoknya benar-benar bagus, membuatku iri saja]

Arman segera menghampiri sang kakak dan mengambil handuk untuk mengelap keringatnya kebetulan handuk itu terletak di sebelah kakaknya

[Lihat perutnya penuh dengan kotak roti yang keras dan kokoh, sungguh seksi walau terhalang baju jika saja ditempat ini ada wanita mereka pasti sudah jeritan kagak jelas]

  Arman cukup heran bagaimana wajah yang tampak datar tanpa ekspresi itu, bisa memiliki pemikiran yang agak-agak

  "Tuan muda ini adalah berkas untuk proyek kita selanjutnya."ucap Damar sembari menyerahkan berkas laporan yang dikerjakannya

Arman segera mengambil duduk di dekat kakaknya dan mulai memeriksa berkas laporan

  Aru tentu saja ikut mengintip sedikit

[Waw bukankah dalam novelnya tanah ini adalah tanah sengeketa, bukankah keberuntungan penjahat sangat baik, walau dipermukaan tanah ini merupakan tanah yang memiliki prospek yang baik, tapi nyatanya karena masalah sengketa ini hanya akan membuat kerugian.]

"Siapa yang mengajukan tanah ini?"tanya Arman

"Lapor tuan itu adalah asisten kedua pak Harto."jawab Damar

"Bukankah dia sudah berpengalaman dan profesional."

"Benar tuan dengan pengalamanya bersama tuan besar semasa hidup, dia dapat dianggap cukup profesional dalam bidang ini."jawab Damar

"Apakah sudah dilakukan penyelidikan atas tanah yang akan kita ambil dari projek ini?"tanya Arman

"Itu...."Damar bingung harus menjawab apa karena itu bukan bidang pekerjaannya

"Ambil ini dan kembali ke kantor selidiki dengan jelas luar dalam soal tanah ini, jangan sampai ada kesalahan."pengingat Arman lalu memberikan berkas itu kembali ke tangan Damar

"Baik tuan saya permisi dulu, tuan pertama Saya permisi dulu."pamitnya kepada Arman dan Aru yang hanya ditanggapi anggukkan oleh keduanya

[Penjahat walaupun masih muda, kemampuannya dalam menilai ternyata cukup bijak, kenapa yah orang seperti itu malah dibuat mati oleh protagonis pria]

Tanpa sadar Arman mengangguk

[Apa yang terjadi pada penjahat kenapa dia tiba-tiba mengangguk apa dia sudah gila]

  Arman terduduk kaku saat mendapati kritikan tidak terduga itu, walau hanya dari pikiran sang kakak

  







••••••

pikirannya (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang