23.1

180 14 0
                                    

[kyaaa semakin lama aku disini mataku dimanjakan oleh banyak pria tampan yang tampak seperti idola]

[Penampilan NPC di dunia ini memang tidak boleh diremehkan walaupun sudah cukup lama aku di dunia ini tapi aku masih tidak bisa menahan perasaan terkejut]

  Sungguh Arman tidak mengerti kenapa dia ada di sini

  Menemani dua orang didepannya yang terlihat amat mesra tapi tidak dengan pikirannya

  Arman pusing melihat berbagai dialog yang bertebangan di depannya belum lagi warnanya juga cerah

  Jika dia tidak berhati-hati dalam berjalan entah sudah beberapa kali dia terjatuh di tanah rata akibat penglihatannya terganggu oleh kotak dialog itu

   Duakkk

"Ouch."

Arman segera menunduk memegang kepalanya

"Kau baik-baik saja?"ucap orang didepannya dengan panik

[Penjahat sangat ceroboh]

[Bukankah cuacanya cukup cerah bagaimana dia bisa menabrak orang]

Arman yang masih memegang kepalanya menatap 2 kotak dialog didepannya dengan perasaan kesal

"Maaf maaf aku tidak seharusnya berhenti di tengah jalan tadi."ucap orang didepan Arman kembali merasa bersalah melihat ekspresi Arman yang tampak kesal

"Tidak apa-apa itu bukan salahmu."balas Arman

"Benar itu Lam, tapi kok kamu gak masuk lebih dulu?"tanya Nara

"Aduh mbak yang mau nikah kan mbak, kalau aku yang masuk tanpa pengantinnya bisa-bisa aku yang dikira akan meningkah."balas orang itu yang ternyata merupakan kenalan Nara

"Kamu kenal?"tanya Aru

"Dia saksi aku didunia ini."bisik Nara

Aru menganggukkan kepalanya mengerti lalu kembali menatap orang itu

"Mbak."panggilnya

"Iiihs jangan natap orang begitu,"ucap Nara menyenggol pinggang Aru

"Oh ya Arman perkenalan ini adik sepupu aku, namanya Putra Alam Diningrat."lanjutnya

"Sama aku gak dikenalin."ucap Aru

"Kan tadi udah."balas Nara gregetan

Arman menyapa Alam dengan senyum

"Kak, kita mau ngapain ke pencatatan sipil?"tanya Arman saat baru sadar bahwa gedung didepannya ini merupakan gedung pencatatan sipil

"Jadi saksi buat pernikahan kita lah."balas Aru dengan enteng

"Hahaha kita udah ngasih tau kamu kan."timpal Nara dengan nada bercanda

   Yang ditanggapi muka cengo dari Arman

  Nara dan Aru saling berhadapan

"Kamu belum kasih tau."bisik Nara mencubit pinggang Aru

"Auch, kukira uda kamu kasih tau."balas bisik Aru sembari mencoba melepaskan cubitan Nara

                        ••••••••••••

Setelah menyelesaikan urusan mereka di kantor catatan sipil, kini keempatnya berada diruang pribadi di restoran dekat situ

  "Aku tidak menyangka kita akan menjadi keluarga."ucap Alam

"Saya juga tidak menyangka."balas Arman

Aru menatap keduanya bingung

"Kak, dia adalah orang yang aku ajak kerja sama saat di pesta terakhir kali."jelas Arman kepada Aru

"Iya sebenarnya ini perjudian yang besar bagi saya untuk menanam modal di perusahaan model ventura seperti milik tuan Arman, tapi beruntung keputusan yang saya ambil tidak salah."timpal Alam

[Pantas saja perusahaan penjahat yang seharusnya bangkrut masih bertahan sampai sekarang]

[Kyaaa tidak disangka arman menggambil keputusan yang sangat bijak]

Aru dan Nara saling berpandangan

"Mbak, apa mbak tidak kembali ke rumah tua?"ucap Alam tiba-tiba

"Kenapa?"tanya balik Nara

"Bukankah setidaknya mbak harus berziarah ke kuburan kakek dan paman?"balas Alam

"Aduh aku lupa!"balas Nara

"Silsila keluarga Soetomo sebenarnya bagaimana?"tanya Aru penasaran

"Hmmm Soetomo dan Diningrat sebenarnya 2 perusahaan yang didirikan oleh 2 orang kakak beradik tapi hubungan keduanya tidak akur, berbeda dengan Diningrat yang hanya memiliki 1 orang istri, keluarga Soetomo memiliki 2 orang istri, Naraya adalah anak dari istri kedua Soetomo tapi saat Naraya kecil ayahnya meninggal karena usia tua dan meninggalkannya sejumlah warisan, ibu Naraya merasa tidak pantas untuk tinggal di keluarga Soetomo karena pemiliknya sudah tidak ada dan hanya ada anak angkatnya yang hampir seusianya jadi dia memilih keluar bersama putrinya, selama bertahun-tahun dia cuma meminta Naraya berkunjung saat hari besar saja dan belakangan Naraya suka berpergian dan hampir tidak ada kontak dengan keluarga Soetomo kecuali bagian warisan dividennya."jelas Nara sembari mengingat ingatan Naraya

"Hubungan keluarga Naraya cukup rumit."pendapat Aru

"Aku berfikiran sama."jawab Naraya

"Lalu kenapa kak Nara bisa berhubungan baik dengan keluarga Diningrat?"tanya Arman

"Oh itu, lucunya kediaman baru yang dibeli ibu Naraya ternyata dekat dengan keluarga Diningrat, bagaimanapun Naraya masih memiliki hubungan darah dengan mereka jadi ibu Naraya selalu mendorong Naraya untuk selalu bersilaturahmi dan sejauh ini hubungan kami tidak hangat maupun dingin,"balas Nara

Alam menganggukkan kepalanya saat dirinya dipandang oleh Arman untuk menanyakan kepastian

"Jujur saja jika dari keluarga ayah Naraya tidak ada yang setuju menjadi saksi pernikahanku, aku hanya bisa membayar saksi hakim, beruntung Alam setuju."lanjut Nara

"Sebenarnya ayah juga setuju tapi terkendala dengan usia jadi aku yang pergi."timpal Alam










                           ••••••••••

Para pembaca sekalian
Mohon dikoreksi untuk chapter kali ini

Apa benar kalau saksi pernikahan hanya diperbolehkan dari pihak ayah???

Dan apakah benar urutannya begini

Ayah, saudara kadung, kakek, paman, sepupu .....

Disini Naraya sudah tidak punya ayah

Silsila keluarga soetomo

                         Buyut
                               |
                           /.         \

                Soetomo.      Diningrat
                    /.   \                      |
                   /.      \                istri
  Istri per-1  istri ke-2.          |
              |.            |.         Putra Alam          
              |.             |.           Diningrat
   Ayah ml.    Naraya soetomo
          |
Ml(yudha)

Chapter 23 aku bagi 2 ya guys

____.      ____
|O|       |O|

         °  °'
\        🔳    
   \
         ••••

pikirannya (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang