14

544 57 1
                                    


  Cakra pria paruh baya pemegang saham terbesar kedua setelah Arman di perusahaan itu melemparkan sebuah undangan mewah ke atas meja tempat Damar berkerja

  "Bilang pada Arman untuk menghadiri acara itu."ucapnya

  Damar mengambil undangan itu lalu membuka dan membacanya

"Tuan Cakra, apa bukan anda sendiri yang akan pergi?"tanya Damar pasalnya itu adalah undangan dari perusahaan relasi dan cukup penting

  Dan biasanya karena ketidakpercayaan para pemegang saham kepada Arman yang masih muda, mereka lebih memilih mendukung Cakra yang usianya lebih matang untuk menghadiri acara-acara tertentu.

"Sudah seharusnya Arman mengikuti pesta itu, aku tidak bisa mewakilinya setiap saat bukan."ucap Cakra

  Damar hanya terdiam entah apa tujuan sebenarnya dari Cakra, tugasnya saat ini Hanyalah menyampaikan undangan itu kepada Arman

  "Baik akan saya sampaikan."balas Damar kembali melipat undangan itu dengan rapi dan meletakkannya di meja



••••••

Arman menatap langit -langit di ruang kerjanya dengan desahan nafas panjang

  Tadi sore sembari memberikan berkas penting Damar juga memberikan sebuah undangan pesta

  Judulnya saja pesta tapi isinya jelas para pengusaha yang mencari relasi

  Dalam 30 tahun hidupnya kepergian Arman dalam pesta seperti ini hanya dapat dihitung dengan jari

   Pertama kali saat dia diperkenalkan oleh sang ayah saat masih berkerja magang dan diharuskan untuk mengamati

  Ibunya sendiri juga orang yang suka berpesta dan dia dikenal sebagai 'anak orang lain' di mata orang tua

  Karena hal itu pula dia kesulitan mencari teman seumuran

  Karena kebanyakan anak dari generasi yang sama dengannya enggan untuk berteman dengannya karena tidak mau dibandingkan

  Setelah orang tuanya meninggal dan dia naik jabatan jadi bos, dia sibuk membereskan masalah yang ditinggalkan

   Saking sibuknya dia bahkan tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri apalagi untuk kakaknya

   Saat sakit pun dia harus berkerja jika tidak saat perusahaan mengalami kerugian sedikit saja dia akan disalahkan

  Dengan dalil bahwa ia menjadi pemimpin perusahaan karena keberuntungan bukan karena kemampuannya

  Jujur saja Arman sudah sering mendengar para pemegang saham menjelekkannya dibelakang

    Tapi Arman belum bisa melepaskan perusahaan itu karena dia dibesarkan untuk perusahaan itu

   Arman belum bisa memenuhi permintaan Aru untuk menjual saham miliknya dan pergi dari perusahaan itu

   Dia juga tidak bisa menjawab pertanyaan itu dengan jawaban

  Dia tidak tahu apa yang bisa ia lakukan selain berkerja di perusahaan itu.

         •••••••







Aru yang tengah memakan es krim tidak sengaja melihat ruang kerja Arman yang terbuka, tanpa permisi dia langsung masuk

"Arman!"serunya

  Melihat sekeliling ruangan yang sepi

"Sepertinya Arman tidak ada di ruangannya? Dimanakah Arman?"monolognya sembari memegang dagunya

   Saat dia akan berbalik dia melihat benda bercahaya disekitar meja Arman

  Merasa tertarik Aru pun mendekat dan mengambilnya

[Luar biasa surat undangan didalam novel ini kok bisa memantulkan cahaya matahari? Apakah mungkin ini efek yang hanya ada di dalam novel!?]

  Arman yang berada di kamar mandi selama ini, merasa terganggu dengan pikiran sang kakak tapi dia belum mau keluar karena urusannya belum selesai

[Heeeeiii undangan pesta sudah lama sekali aku aahh .... tidak maksudku sejak masuk dunia novel ini aku belum pernah ikut ke pesta jadi ingin ikut pergi, tapi dimana Arman?]

   Saat Aru akan keluar ruangan, Aru mendengar suara toilet di siram dari arah kamar mandi

  Tanpa basa-basi Aru membuka pintu kamar mandi dengan suara keras

   Arman yang belum membenarkan celananya langsung kembali duduk di toilet dan menutupi bagian penting tubuhnya dengan handuk

"Arman! Dimeja mu ada undangan pesta, aku mau ikut pesta!"seru Aru dengan nada tidak mau dibantah

[Sekalian aku mau berpetualang mencari karakter jelek dalam novel ini, masa iya semua karakternya dibuat cantik dan tampan bahkan untuk para orang tua?]

"Kak, pesta yang akan kuhadiri tidak sama dengan pesta yang ada di pikiran kakak."pengingat Arman

Arman berusaha menampilkan ekspresi serius diwajahnya walaupun gagal akibat efek merona di pipinya

[Penjahat! Jangan menganggu kesenanganku!!]

"Tidak peduli!!! Pokoknya aku mau ikut!"seru Aru langsung pergi

Meninggalkan Arman yang menghela nafas lelah

"Kak tidak bisakah menutup pintu terlebih dahulu sebelum pergi."ucap Arman lemah walaupun ini rumahnya sendiri dia tetap merasa malu jika berdiri sekarang

Aru yang belum pergi terlalu jauh berbalik dan menutup pintu dengan keras

   Sebelum menutup pintu dia berseru sekali lagi

"Arman pokoknya aku mau ikut!!!"

Arman yang akhirnya hanya bisa menganggukkan kepalanya menyerah


•••••••



Cuplikan episode selanjutnya

  Arman yang tengah berjalan mundur terjatuh ke belakang

  Karena kakinya di jegal orang

Alih-alih merasa sakit Arman justru jatuh di pangkuan seseorang

pikirannya (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang