13

532 66 2
                                    

  Arman bersandar di sofa empuk miliknya di ruang tamu

   Satu tangannya menutupi matanya

Akhirnya setelah berhari-hari berkerja tanpa sempat istirahat, kini pekerjaannya sudah stabil

  Pada Dasarnya kecuali ada dokumen atau rapat penting, Arman tidak harus pergi ke kantor

"Arman turunkan tanganmu!"seru Aru yang mendudukan dirinya di samping Arman

"Ada apa?"

"Ayo berbaring yang nyaman kakak akan memberikan masker wajah, untuk menghilangkan kantung matamu."ucapnya manis

Alih-alih menatap ke arah Aru Arman melihat ke arah kotak dialog didepannya

[Ayo penjahat bilang setuju! Aku baru membeli produk baru kecantikan, tapi aku gak berani mencobanya sendiri.]

Arman melirik ke arah Aru yang masih tersenyum ke arahnya

"Apa sudah ada standar kelayakannya?"tanya Arman

"Tentu saja, ini mahal! Err...aku membelinya secara online sih? Eh tapi kata pendagang dan konsumennya ini barang bagus, harganya juga mahal jadi udah pasti ini barang bagus."jelas Aru

Beda lagi dengan isi pikirannya

[Ayuhlah penjahat! Toh kalau produknya gagal penjahat bisa cepat ke dokter.]

  Arman yang menatap Aru lalu menghela nafas pasrah akan nasibnya

"Ya sudahlah."ucapnya membaringkan tubuhnya bagai orang yang akan dikorbankan

"Morgan, bawakan masker, handuk bersih dan air anget!"seru Aru

  Morgan yang kini sudah cukup terbiasa disuruh oleh Aru

  Dengan cepat dia membawa barang yang diminta Aru

  Dengan mata berbinar pertama-tama Aru meletakkan handuk bersih yang telah dimasukkan ke dalam air anget dan diperas ke wajah Arman.

     Setelah beberapa menit dia memasukkan masker ke dalam mangkuk kecil lalu menggunakan kuas untuk mengaduk dan mengoleskannya merata ke seluruh wajah Arman

Merasa ada yang kurang Aru pun beranjak ke dapur untuk mengambil sesuatu

  Mata Arman pun ditutup dengan timun yang dibawa Aru dari dapur

  Setelah beberapa saat Aru menghapus masker dari wajah Arman

[Kyaa bagaimana ini!!]

  Membaca seruan panik dari pikiran sang kakak Arman segera beranjak mencari cermin

   Melihat wajah mulusnya berubah menjadi berbintik-bintik merah

"Tenang Arman, jangan panik lebih baik aku harus menghubungi dokter."

  Katanya gak panik tapi tangannya gemetaran saat mengambil ponsel

  Pada akhirnya yang menelpon dokter adalah paman pelayan

         ---beberapa saat kemudian---

"Bagaimana dokter wajah adikku baik-baik saja bukan?"tanya Aru sembari menatap ke arah wajah Arman

[Malangnya penjahat kini wajahnya penuh dengan salep, untung bukan aku yang pakai]

  Arman yang langsung memasang muka cemberut saat membaca pikiran sang kakak

"Tidak apa-apa tuan pertama, kulit tuan muda kedua memang sangat sensitif, jika tuan muda kedua ingin memakai produk kecantikan disarankan untuk konsultasi dengan dokter terlebih dahulu."ucap dokter sembari tersenyum ramah

"Jadi produk kecantikan ini gak ada masalah?"tanya Aru menunjukkan kemasan masker wajah kepada dokter

"Sepertinya tidak, tapi untuk lebih jelasnya lebih baik diperiksa di laboratorium."jawab dokter setelah membaca label pada kemasan masker wajah yang ditunjukkan oleh Aru

[Berarti masker ini gak terlalu berbahaya dong! Sayang banget kalau dibuang]

"Morgan, berbaring!"perintah Aru

  Dengan bodohnya Morgan langsung menuruti perintah Aru dan berbaring di lantai

Lalu Aru mempraktekkan kembali apa yang dilakukannya pada Arman kepada Morgan

"Dokter diam disitu, jangan pergi dulu saya mau coba lagi."ucap Aru

[Sayang banget kan! ini barang, aku beli dengan harga mahal, setengahnya kupakai untuk Arman setengahnya kupakai buat Morgan, jadi gak ada yang ke buang]

[Aku memang pintar]

  Morgan yang hanya bisa menangis tanpa air mata

  Arman dan dokter menatap Morgan dengan penuh simpati tapi tidak ada satupun dari keduanya yang menghentikan tindakan Aru




     

•••••••••••


Cuplikan episode selanjutnya

"Arman! Dimeja mu ada undangan pesta, aku mau ikut pesta!"seru Aru dengan nada tidak mau dibantah

"Kak, pesta yang akan kuhadiri tidak sama dengan pesta yang ada di pikiran kakak."pengingat Arman

"Tidak peduli!!! Pokoknya aku mau ikut!"seru Aru langsung pergi

Meninggalkan Arman yang menghela nafas lelah

pikirannya (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang