10. Kebun Anggur

56 7 1
                                    

      Halo...
      Welcome back!!

       Part ini aku publish tanpa ngecek ulang. So, kalau ada salah ketik, tolong bantu koreksi ya.

      Thankyou and

      Happy reading!!

      *****

     Pagi pertama ku di Lauterbrunnen disambut oleh suhu dingib yang segar dan jalan yang tertuip salju tipis. Tunggu, jika semalam turun salju, berarti tidur ku terlalu nyenyak karena lelah hingga tidak menyadari benda padat nan halus itu menghujani desa. Namun meskipun dingin, tidak membuat kami menunda agenda pertama hari ini.

     Pagi ini, dengan penampilan kami yang mirip seperti kepompong karena mengenakan jaket berbulu yang tebal-ditambah sarung tangan, kami sudah berkumpul diparkiran hotel untuk bersiap mengunjungi sebuah kebun anggur yang katanya penghasil buah dan minuman anggur terbaik di Swiss.

      "Baik, karena tidak ada yang kurang. Silahkan naik ke mobil sesuai dengan urutan absen."

      Setelah mengabsen semua siswa, Mr. Frank-guru IPA yang mengajar dikelas 12 meminta kami masuk kedalam mini bus yang sudah disediakan pihak hotel. Lagi, katanya mini bus ini sebagai bonus karena sekolah menyewa banyak kamar, maka dari itu, selain mendapat potongan harga, hotel, memberikan akomodadi sebagai tambahan.

       Kebun anggur yang akan kami kunjungi tidak begitu jauh. Hanya memakan waktu satu jam dari hotel karena letaknya yang benar-benar berada di pedesaan. Aku, Leah dan belasan siswa lainnya masuk ke mini bus pertama. Karena jumlah kami terbilang banyak, maka bus yang digunakan berjumlah lima.

      Aku dan Leah memilih duduk dikursi barisan ketiga, tidak banyak barang yang ku bawa. Hanya sling bag ukuran sedang, buku catatan kecil, pulpen, earphone, power bank, dompet dan hot pack.

      Ku pasang earphone ditelinga kemudian menyalakan musik dari aplikasi streaming, ini ku lakukan untuk menghindari mabuk perjalanan karena rute yang katanya berkelok seperti ular. Setelah musik mengalun ditelinga ku, ku buka jendela disamping dan mendapati Brandon, Brianna dan tiga siswa lain yang kemarin berada dalam satu mobil dengan mereka, masih berdiri disamping rubicon kuning itu sambil berbincang kecil. Mungkin mereka menunggu semuanya masuk kedalam bus kemudian mereka akan mengikuti iring-iringan dari belakang.

      Dapat kurasakan kendaraan panjang beroda empat ini bergerak meninggalkan pelataran parkir setelah memastikan semua siswa telah berada didalam bus.

      *****

     Aku bingung harus menjabarkan seperti apa aroma yang menyambut indera penciuman ketika kami sampai di kebun anggur ini. Aroma segar khas pedesaan jelas ini mencolok bercampur dengan aroma alkohol dari hasil fermentasi anggur.

      Kami melangkah memasuki gedung perkebunan yang lebih cocok dikatakan pabrik sederhana setelah pihak sekolah mengkonfirmasi jika kami adalah rombongan dari SIS.

      Pemandangan pertama yang menyambut kami adalah para pekerja yang tengah memproses anggur-anggur yang sudah dikeringkan ke sebuah tabung besar. Dari hasil yang sempat ku lihat sepintas, biji-biji dari anggur itu dikeluarkan untuk kemudian masuk ke tahap proses penghalusan untuk diambil sarinya.

       Kami kembali melangkah menuju area perkebunan setelah mendengar penjelasan singkat dari salah satu staff soal proses pembuatan anggur menjadi minuman ber-alkohol rendah.

      Ketika kami memasuki area perkebunan, kami disambut oleh hamparan kebun yang luas serta para petani yang tengah memetik buah kecil itu. Penataan kebun ini terbilang rapih. Tanaman anggur yang merambat diatur sedemikian rupa menggunakan kayu. Warna anggur di kebun ini ada yang hijau dan ungu. Ada juga anggur yang sementara dikeringkan.

Unwanted StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang