Tok...tok...tok
Masih ada yang nunggu cerita ini??
Syukur kalo masih.
-happy reading!-
Sebuah sedan putih berlogo trisula menghentikan lajunya didepan sebuah rumah. Seorang gadis dengan kaki jenjang yang terbalut pantofel tiga senti keluar dari pintu kemudi sesaat kemudian. Dengan wajah datar tanpa ekspresi, ia melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah.
Suara langkah kakinya menggema ketika menapak ubin ruang tamu. Suasananya pun selalu sama tiap kali dia-atau bahkan saudaranya yang lain pulang sekolah. Sepi."Anne?"
Sampai sebuah suara yang begitu lembut menyambutnya ketika hendak melewati dapur.
"Mom," ya, pemilih suara itu adalah ibunya, ah ralat. Lebih tepat dikatakan ibu angkat. Felicia Katherine Wilson. Dan Anne adalah panggilan sayang untuk Brianna.
"Apa anak itu sudah kembali?" Tanyanya dengan nada sarkas pada wanita itu.
Tanpa menghilangkan senyum keibuan diwajahnya, Feli mengangguk, "Dia ada diatas." Katanya. Sama sekali tidak terpengaruh dengan kesarkasan putrinya. Sudah biasa.
Tidak memberikan respon lanjutan pada ibunya, Brianna melanjutkan langkahnya ke lantai dua, tempat kamar saudaranya berada.
*****
Hal pertama yang Brianna dapat ketika kakinya menapaki lantai dua adalah, pintu kamar saudara tertuanya yang terbuka sedikit. Membuat aroma green tea menyapa indra penciumannya. Suara lantunan piano pun terdengar dari dalam.
"Jangan membuat kaki mu pegal dengan berdiri seperti orang bodoh disana." Tanpa melihat siapa yang tengah berdiri didepan kamarnya, suara datar itu menginterupsi dari dalam.
Dengan santai namun syarat akan emosi, Brianna masuk kedalam ruangan itu.
Pemandangan yang menyambutnya ketika berdiri satu meter dari ambang pintu adalah, Brandon tengah duduk membelakanginya didepan kibor piano. Lelaki itu tampak serius dengan permainan pianonya.
"Sampai kapan kau akan seperti ini?" Brianna berujar datar dengan tangan bersedekap didada. Caranya menatap saudara lelakinya sama sekali tidak bersahabat.
Lelaki dalam balutan kemeja flanel biru navi itu menjeda permainannya, lantas melirik saudarinya sekilas, "sampai hari keberangkatan tiba." Ujarnya lalu kembali melanjutkan permainannya. Untuk ukuran makhluk sepertinya, jemari Brandon terbilang lincah menari diatas tuts piano. Brianna pun tidak menyangkal hal itu.
"You know about the annoucement?" Masih dengan bersedekap dada, gadis berambut blonde itu bertanya.
"Of course. From the group chat." Jawab Brandon, sambil mengangkat rendah ponsel yang tergeletak diatas piano.
"Wait," Brianna kembali mengambil beberapa langkah kecil sebelum menyandarkan diri pada rak besi yang berisi tumpukan buku, "you want to come?" Lalu kembali melontarkan pertanyaan. Pasalnya, Brandon bukan tipe yang begitu suka keramaian.
Lelaki itu menghentikan permainan pianonya untuk membalikkan tubuh menghadap Brianna, lantas menarik segaris senyum disudut bibirnya, "aku sudah merencanakan sesuatu yang menyenangkan." Ujarnya.
"Sesuatu?" Brianna kembali menegakkan tubuhnya, memandang saudaranya dengan tatapan tanya sebelum sesaat kemudian ia menyadari sesuatu dari kalimat Brandon. "Jangan bilang kau ingin..."

KAMU SEDANG MEMBACA
Unwanted Story
Random"Bran, y-you..." Seandainya hari itu Zeyra tidak sengaja mendapati teman barunya mengoyak leher seekor rusa, mungkin semuanya tidak akan seperti ini. ***** Kejadian menjijikkan yang Zeyra lihat hari itu adalah awal dari perubahan...