Chapter 2

70 22 32
                                    

"Tuhan sedang berbaik hati padaku yang malang"

•••

3 Tahun Kemudian

Secerah pagi ini, senyuman lebar terlukis jelas diwajahnya yang seputih susu itu. Kakinya melangkah terus menelusuri panjangnya trotoar, berteman ria dengan senandung yang keluar dari bibirnya. Penampilan dan kelakuannya terlihat begitu kontras, namun itulah prinsipnya. Jangan lihat seseorang hanya dari covernya saja.

Tin tin~

Sebuah mobil menepi kearahnya. Bersamaan dengan kaca mobil yang terbuka, gadis itupun menghentikan langkahnya.

"Butuh tumpangan?"

"Agress" Celetuknya.

"Cih. Sok baik, biasanya juga kau meninggalkanku!" Agrees terkekeh, kemudian ia turun menghampirinya. Ia sedikit menundukkan tubuhnya agar sejajar dengan gadis itu.

"Rupanya kau masih marah." Eyra menatap Agress tanpa berkedip, dimatanya Agress selalu berpenampilan sempurna, seperti saat ini. 

"Kau pikir aku anak kecil." Lantas ia mengalihkan pandangannya kearah lain seraya melipat kedua tangannya.

"Ayolah girl, saat itu aku ada panggilan mendadak, kau tidak akan memusuhiku terus menerus sampai nenek moyangkan hanya karena meninggalkanmu yang sedang menghitung bebatuan di sungai. Itu sangat konyol" Agrees menarik sudut bibirnya, melayangkan tatapan meledek pada gadis itu.

Perkataannya memang benar, ia meninggalkan Eyra yang tengah asik bercerita seraya menghitung bebatuan yang ada di sungai kemarin, pria itu harus mengisi perutnya yang terus meminta untuk diisi sebuah makanan, jika tidak ia akan jatuh pingsan, sebab Agress memiliki riwayat asam lambung yang cukup parah.

"Kau ingin ku traktir es krim favoritmu ra? Sepertinya aku memiliki waktu kosong yang sangat panjang siang nanti" Agrees menyentuh pundak gadis itu sontak Eyra menatapnya penuh selidik, membuat pria itu tertawa.

•••

"Haloo, apa kabar nak? Masih kuat kan?" Sebuah cahaya menghampiri nya. Gadis itu menggeleng kuat.

"Lalu apa maumu?"

"Aku juga tak tahu, saat ini aku merasa sangat lelah. "

"Ini belum waktunya nak, masih ada yang harus kau perjuangkan."

"Apa lagi yang harus kuperjuangkan, semuanya sudah hancur, dan aku sudah tidak memiliki siapapun?" lantas sosok dibalik cahaya itu memeluknya, memberikan kehangatan yang tak pernah ia dapatkan sebelumnya.

"Aku janji hidupmu akan lebih baik setelah ini, kau harus menemukan kebahagiaanmu, dan merebut kembali apa yang seharusnya menjadi milikmu" Pelukan itu kian merenggang.

"Apa? Apa sesuatu dariku yang telah direbut?" sosok dibalik cahaya itu hanya menggelang seraya tersenyum.

"Bagaimana kalau aku memberimu sebuah pilihan saja?"

ResetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang