Almost Full Bloom (28)

5 3 0
                                    

Karena Tokiya mengetahui hal buruk yang diniatkan Haruto kepada adiknya, Tokiya sangat kesal. Bahkan saking kesalnya dia, dia tak bisa marah. Tokiya benar benar meneteskan air matanya. Dia selalu merutuki dirinya sendiri atas kecerobohannya di masa lalu.

"Ayah, ibu, Nanae, paman, Midorikawa, maafkan ke tolol an ku yang sangat tak termaafkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayah, ibu, Nanae, paman, Midorikawa, maafkan ke tolol an ku yang sangat tak termaafkan. Aku membuat kalian semua menjadi susah. Harusnya aku tahu politik busuk Haruto. Tak akan kubiarkan adikku bersama selamanya dengan si keparat itu"

Rin yang tak sengaja melihat itupun jadi berempati kepada Tokiya. Dia mendekati Tokiya dan memegang pundaknya. Tokiya pun segera berbalik badan dan diapun tersenyum melihat Rin. Dia segera menghapus air matanya, namun Rin menahan tangannya.

 Dia segera menghapus air matanya, namun Rin menahan tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Banyak orang mengatakan anak laki laki menangis itu cengeng. Padahal bagiku baik laki laki ataupun perempuan kan sama sama manusia, mereka sama sama memiliki hati, pikiran dan perasaan. Masyarakat meng construct itu menjadi sebuah permasalahn gender, aku tak setuju. Mereka membuat sebuah penggiringan doktrin bahwa perempuan itu lemah dan laki laki harus tanggguh. Ini jelas jastifikasi gila. Setiap manusia baik laki laki dan perempuan membawa keistimewan dan kharakteristiknya masing masing kan? Dan terkadang kepribadian mereka bisa jadi dipengaruhi oleh perjalanan hidupnya juga kan? Bagiku manusia yang bisa meneteskan air mata adalah manusia yang hatinya hidup dan memiliki hati nurani. Menangislah jika itu membuat hatimu lebih lega, sama sekali tak salah, Tokiya"

Tokiya pun tersenyum sambil meneteskan air matanya. Diapun segera menarik Rin ke dalam pelukannya. Tokiya menangis di pundak Rin. Rin bisa merasakan bajunya yang basah karena tetesan air mata Tokiya yang begitu deras. Entah apa yang merasukinya, Rin pun membalas pelukannya dan memejamkan kedua matanya serta menyenderkan kepaala ke dada Tokiya.

Saat Rin ingin melepas pelukannTokiya, Tokiya justru lebih mengeratkan pelukannya seolah olah tak ingin Rin pergi dari hadapannya. Tokiya tak pernah merasakan sebelumnya pelukan yang sangat nyaman senyaman ini, benar benar menenangkan hatinya yang sedang gundah. Rin pun demikian, ia tak pernah merasakan pelukan yang sangat nyaman senyaman ini. Dia ragu, antara karena dia tak pernah dipeluk atau memang dada Tokiya yang senyaman itu. Entahlah, otaknya kembali tak bisa mencerna sesuatu yang selama ini tak pernah muncul di kamus hidupnya. Sejujurnya Rin agak engap karena Tokiya memeluknya seperti boneka, begitu erat dan ini berlangsung sangat lama. Tiba tiba Tokiya pun tertawa karena dia sangat senang ada Rin disisinya, Rin pun entah mengapa juga jadi tertawa.

Upside Down Crown Princess Nanae's LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang