Waiting Outside the Lines (36)

4 2 0
                                    

Karena harus menunggu lagi entah sampai kapan, mereka bertiga pun akan lebih lama disana. Shotaro masih saja tertarik dengan berbagai pengetahuan dan teknologi di Midorikawa. Sementara Nagisa juga tertarik dengan musik tradisional Midorikawa namun dia sering pergi berdua bersama Nanae. Lain lagi dengan Rin, dia banyak di kamar. Tapi Nanae lun sering mengajaknya mengobrol entah di kamar Rin atau di kamarnya. Tapi yang pasti, Rin lenih suka di kamar. Tokiya pun beberapa kali juga sering mengajaknya berjalan jalan berdua, sekedar makan angin.

Rin selalu memejamkan matanya walaupun dia tak mengantuk di kamarnya. Terkadang jika tak tidur atau tiduran, Rin melukis sesuatu disana. Kali ini entah mengapa dia melukis wajah seorang pemuda tanpa sadar. Ini benar benar kali pertama Rin begitu.

Setelah lukisan tersebut jadi, dia pun memandangi lukisan tersebut.

"The Little Prince"

Keesokan harinya Rin kembali diajak untuk menemani Tokiya ke pesta lagi. Kalian pasti sudah tahu jawabannya adalah Rin kembali menyetujui untuk menemani Tokiya. Ini semua tentu atas permintaan Yang mulia putri mahkota Nanae. Kali ini dia tidak berbohong untuk jalan jalan bersama Nagisa. Ada rapat penting dengan dewan pertanian kota yang harus dihadiri nya.

Seperti sebelumnya, Rin dan Tokiya pergi ke ruang wardrobe untuk berganti kostum dan seterusnya tetap sama seperti sebelumnya. Ini semua karena memang acara tersebut dirancang sesuai sengan SOP para bangsawan. Maka daei itu, Nanae sangat bosan dengan acara seperti itu.

Namun tanpa Rin sadari, ia menenggak satu gelas alkohol ketika ia merasa haus. Ia tak sadar karena matanya sudah sangat mengantuk dan Tokiya sedang izin ke toilet. Ia menyadari ada sesuatu yang salah ketika tenggorokannya terasa panas dan kepalanya sangat berat. Mungkin bagi orang lain menenggak segelas alkohol tak akan langsung berpengaruh apa apa. Tapi bagi Rin, itu sudah dapat menghilangkan kesadarannya. Rin sangat lemah terhadap alkohol, maka dari itu dia membencinya.

Karena hal tersebut, kini Rin tertidur diatas meja di venue pesta. Ketika Tokiya kembali, ia hanya berpikir bahwa Rin sangatlah mengantuk jadi tertidur. Akhirnya dia pun menggendong bridal Rin menuju ke kereta kuda. Semua pasang mata melihat ke arah mereka, namun Tokiya tak peduli. Segera dia masuk ke dalam dan pengawal menutup pintunya.

Di dalam kereta kuda, ia membaringkan tubuh Rin dan meletakkan kepalanya di pahanya. Beberapa kali Tokiya mendengar Rin seperti meracau tidak jelas. Akhirnya Tokiya pun menyimpulkan bahwa Rin sudah meminum sesuatu. Dia pun menenangkan Rin dengan mengelus rambutnya.

Sesampainya di istana, dia segera menggendong Rin kembali dan membaringkan nya di kasur. Namun hal tak terduga terjadi. Rin tiba tiba memeluk Tokiya dan menceritakan segala gundah gulana nya dirinya. Dia bercerita sambil terkadang meneteskan air mata. Tokiya hanya membalas pelukannya dan mengusap jarinya lembut.

 Tokiya hanya membalas pelukannya dan mengusap jarinya lembut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku tak pernah menjadi saksi seberat apa dirimu, Rin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku tak pernah menjadi saksi seberat apa dirimu, Rin. Aku hanya pernah mendengarnya dari bibirmu dan Nanae serta pengawal Kawaguchi. Tapi kuharap kedepannya kau akan bahagia"

Sampai disini Tokiya paham bahwa tadi Rin menenggak alkohol dan Rin lemah terhadap alkohol. Jelas dari bibirnya tercium wangi alkohol. Tokiya pun sangat anti terhadap alkohol. Hampir ia tak pernah ia minum jika ada alkohol di meja makan jamuan kerajaan lain.

Tiba tiba entah kerasukan apa, Rin pun menangkup pipi Tokiya lalu menciumnya walaupun dia menghalangi bibir Tokiya dengan ibu jarinya. Tokiya jelas kaget, bagaimana mungkin Rin melakukan itu. Tapi Tokiya sadar dia begitu karena dibawah pengaruh alkohol. Tokiya tak membalasnya.

"Kau mabuk. Maafkan aku yang telah meninggalkanmu tadi ya"

Lagi lagi Rin kembali mencium bibir Tokiya. Sebenarnya Tokiya sangat benci wangi alkohol. Tapi kali ini dia biarkan Rin menciumnya. Dia tahu Rin sedang menyalurkan emosinya. Tokiya pun membalasnya hanya dengan menempelkan bibirnya saja.

"Maafkan aku karena membalas ciuman mu saat kau mabuk"

'Jika aku punya kesempatan untuk menghapus semua lukamu, pasti akan ku hapus. Sayang saja takdir tak akan pernah menyatukan kita, Rin. Kuharap kau akan mendapatkan jodoh yang bisa selalu membuatmu bahagia'

"Tokiya, i love you"

Saat Rin mengucapkan hal tersebut, Tokiya pun kaget namun setelah itu tersenyum.

"Aku tak tahu kau mengucapkan itu karena kau mabuk atau memang kau menyukaiku. Tapi, i love you more, my queen"

Rin masih terus memeluk Tokiya erat dan Tokiya masih membalas pelukannya dengan sangat erat juga. Dia mencoba memberikan kehangatan yang mungkin pernah miss dari hidupnya. Dia masih menyalurkan rasa sayang dan cintanya pada gadis yang sudah sangat berjasa pada hidupnya itu.

'Ternyata dia begini ketika kemasukan alkohol'

Tiba tiba, Rin kembali menempelkan bibirnya ke bibir Tokiya. Tokiya membiarkannya. Dia tahu Rin masih berusaha menyalurkan cerita kepedihan dan keterpurukan hidupnya yang pernah ia lalui.

Tak beberapa lama, Rin pun menjauhkan bibirnya. Tokiya tahu Rin sudah tidur yang benar benar tidur sekarang. Jadilah dia segera membaringkan Rin di ranjangnya.

Tokiya pun membaringkan sebentar tubuhnya di sampirng Rin dengan posisi menyamping ke arah Rin. Dia kembali membenarkan baju Rin yang kembali tersingkap. Dia memandang wajah tidur Rin yang terasa damai namun terlihat ada kegelisahan.

Tokiya memegang bibirnya, dan dia merasakan sebuh keanehan pada bibirnya. Dia tersenyum, bagaimana tidak? Tokiya sudah tidak lama tidak bahagia seperti ini. Kini entah mengapa Rin memberikan sebuah sengatan baru pada hatinya.

Tokiya mengusap usap pipi Rin serta surainya. Kala dia tahu Rin sudah sangat pulas dan sampai di alam mimpinya, Tokiya bangkit dan menyelimutinya.

"Kau tak pantas untuk terluka Rin. Kau layak untuk bahagia. Bagaimana mungkin ada gadis sebaik dirimu namun menjalani kehidupan yang kejam? Kuharap kau selalu bahagia. Kau tahu? Kau merebut first kiss ku, Rin. Tapi, ini First kiss yang sangat indah, so flawless and really something"

Akhirnya diapun keluar dari kamar Rin kamar dengan tersenyum. Tokiya benar benar melupakan outer dan aksesorisnya yang terjatuh di kamar Rin.

Nanae yang ada di depan pintu kamar Rin pun heran mengapa baju kakaknya sedikit berantakan dan Tokiya keluar dengan raut antara senang dan sedih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Nanae yang ada di depan pintu kamar Rin pun heran mengapa baju kakaknya sedikit berantakan dan Tokiya keluar dengan raut antara senang dan sedih.

'Tak mungkin kam aku bercerita kepada Nanae'

"Jangan ganggu Rin. Dia sangat mengantuk"

"Baiklah"

Upside Down Crown Princess Nanae's LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang