Bab 33

7.9K 231 5
                                    

Sulit bagi Jonatan berada di dekat Rubi setiap waktu ketika tidak ada status yang mengikat mereka. Lelaki itu harus memutar otak supaya bisa berada tidak terlalu jauh dari wanita itu. Bahkan jika bisa, ia ingin selalu memenuhi semua kebutuhan Rubi tanpa perlu diminta. Alhasil, lelaki itu mengontrak tepat di samping kontrakan Rubi. Menurutnya pilihan itu cukup efektif karena setidaknya dengan begitu ia dekat dengan Rubi. Dan mampu memantau setiap perkembangan wanita itu dan juga kehamilannya dengan cukup baik.

Sebulan lalu Jonatan cukup dibuat gelisah oleh kondisi Rubi. Mendadak wanita itu mengelami kontraksi yang cukup parah yang mana membuat Jonatan dilanda khawatir sehingga akhirnya ia memutuskan untuk tinggal lebih dekat dengan wanita itu. Dan sekarang ia sedikit merasa lega karena berada di sekeliling Rubi. Meski begitu, hati Jonatan kurang tenang. Ia juga tidak mengerti mengapa? Ia merasa kurang becus dan gagal menjadi lelaki yang pantas untuk Rubi. Wanita itu tidak memiliki kasih sayang penuh darinya, baik sesudah nikah atau bahkan sampai sekarang, di saat bercerai. Terparah, bahkan sewaktu Rubi hamil besar, waktu Jonatan tidak total menemaninya.

"Kak?!" suara itu terdengar lirih. Dengan cepat Jonatan menoleh dan menatap Rubi yang kebetulan duduk pada ranjang.

Sejenak lelaki itu melepaskan aktivitasnya lalu memfokuskan diri ke arah Rubi.

Sekarang, dalam masa kehamilan Rubi yang ke sembilan, Jonatan selalu siaga di samping Rubi. Tidak kenal waktu! Kadang, tengah malam Jonatan akan mengecek kondisi Rubi di kamar wanita itu. Menyebabkan pola tidurnya tidak teratur hanya untuk memastikan kondisi Rubi. Mungkin, tindakannya cukup terbilang berani dan lancang mengingat tidak ada status pernikahan yang mengikat mereka. Namun, Jonatan tidak perduli. Rubi, wanita itu sendiri bahkan menyetuji permintaannya ketika lelaki itu mengutarkan niat hati. Rubi sendiri tidak mempermasalahkan. Wanita itu, bahkan memberi akses kepada Jonatan untuk di pakai keluar masuk rumahnya. Mereka berdua hanya ingin yang terbaik untuk bayi mereka. Lebih lagi, akhir-akhir ini kontraksi yang di alami Rubi cukup melelahkan. Dan hanya Jonatan yang mampu menangani kondisi itu dengan usapan lembut di atas perut besarnya.

"Tunggu sebentar!" raut cemas langsung mengaur begitu Jonatan menatap wajah kesakitan Rubi. Ketika hendak memencet salah satu tombol untuk memanggil dokter dengan cepat Rubi menahannya."Nggak kak. Aku nggak apa. Cuma kontraksi biasa." Rubi tahu, Jonatan sangat mencemaskannya. Apalagi di masa-masa seperti ini, menunggu kelahiran putri mereka.

Lelaki itu tampak memejamkan mata. Ada kekhawatiran di balik wajahnya. Perlahan, lelaki itu duduk di samping ranjang wanita hamil tersebut kemudian tangannya terulur demi mengusap sayang perut Rubi.

"Kamu yakin, Bi?" Jonatan bertanya cemas. Dengan terang-terangan ia menunjukan kekhawatirannya.

"Hmm."

Raut Jonatan melunak. Ia merasa sedikit lega.

"Kakak." Rubi kembali memanggil lirih. Dan dengan cepat Jonatan menatap wajah Rubi.

"Iya, Bi." Jonatan menyahut cepat dan langung memindahkan tangan untuk menggenggam tangan Rubi cukup kuat tapi tidak menyakitkan.

"Aku mau bilang kalau ... " Rubi menjeda lalu menghirup udara banyak-banyak. Sedang Jonatan menanti dengan sabar apa yang mau disampaikan Rubi.

"Aku sedikit gelisah juga sedikit gugup," tuturnya lalu tersenyum getir.

Jonatan mengangguk mengerti. Bukan hanya Rubi. Ia juga! Bahkan rasa gelisah itu telah merayap masuk dalam diri sejak lama ketika ia mengetahui kalau Rubi tengah hamil.

Tanpa mengatakan apa-apa lelaki itu membawa tangan Rubi kemulutnya lalu dikecup cukup lama. Hal itu semata-mata ia lakukan sebagai pengalihan rasa takut. Lelaki itu sebetulnya takut! Sangat! Namun, ia tak ingin mengakui bahwa dirinya jauh lebih gugup dan takut dibanding wanita itu. Jonatan hanya tidak ingin membuat Rubi bertambah takut lewat kalimat rapuhnya. "Kamu kuat. Kamu pemberani. Bayi kita tentu bangga memilikimu sebagai ibunya."

Bukan Sekedar Pelampiasan Amarah.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang