34-masa lalu

58 4 1
                                    

Semuanya belum berakhir Ilona. Itu suara Dildara. Dia masih memiliki banyak kejutan untuk Ilona.

Klak...
Suara itu lagi. Air mata yang menggenang menghalangi pandangan Ilona. Ia memegang erat tangan Kaisa.

Hanya dalam beberapa detik, suasana dasar jurang yang mencekam mengeluarkan cahaya putih yang menyilaukan. Dasar jurang itu berubah menjadi kediaman jendral yang penuh dengan keramaian.

Ilona menatap ke sekeliling. Suasana ini, tempat dan waktunya kembali ke awal mula novel Edelweis dan Dandelion.

Kau akan merasakan penderitaan yang nyata kali ini. Ilona, kau masih belum memahaminya? Suara Dildara menggema di ruangan. Hanya Ilona yang bisa mendengarnya.

"Dildara, kau sudah berhasil menyiksaku. Jadi, aku mohon! Berhentilah kali ini. Biarkan aku mati!," mulut Ilona menggigil menahan isakannya.

Ia berlutut memohon pada Dildara. Dia tidak ingin merasakan rasa sakit kehilangan orang-orang terdekatnya untuk yang ke dua kalinya.

Mati? Tidak semudah itu. Kali ini, jalani saja peranmu dengan benar. Aku telah menukar nasib kalian. Dildara meninggikan suaranya. Dia sangat kesal melihat wajah menyedihkan itu. Lemah.

Seorang pelayan muncul di hadapannya sembari memberi hormat. Pelayan yang sangat dikenali oleh Ilona, Cassi.

"Nona, saya akan merias nona," ujar Cassi dengan sangat formal.

Ilona tidak akan bisa lari dari kenyataan yang ada di hadapannya. Ia menatap Cassi yang muncul kembali dalam keadaan yang berbeda. Itu berarti ayahnya, panglima Hadra dan seluruh pelayan di kediamannya muncul kembali. Kaisa juga muncul kembali. Bagus juga! Mulai hari ini, dia akan memastikan Kaisa tak berhubungan dengannya lagi. Hanya dengan begitu, Kaisa tidak akan mati.

"Dimana ayahku?," tanya Ilona sembari mengusap air matanya.

"Jendral akan kembali dari medan perang hari ini. Jendral—mungkin akan hadir di upacara pernikahan nona," Cassi menunduk.

Ilona mendudukkan dirinya di meja rias. Ada yang berbeda dari sebelumnya.

"Cassi, kenapa pakaian pengantinku sangat sederhana? Juga, kenapa perhiasannya hanya sedikit? Apakah mereka salah mengirim pakaiannya?," tanya Ilona. Pakaian ini seharusnya bukan miliknya. Ini pakaian yang di pakai Nayara untuk pernikahannya.

"Nona, putri mahkota tidak ingin pakaian pengantin para selir terlihat mewah. Makanya mengirim gaun sederhana ini untuk nona," Cassi menjelaskan dengan takut.

"Selir?," Ilona mengerutkan keningnya bingung. Beberapa detik kemudian Ia menyadari sesuatu. Wajahnya tampak terkejut. Tangannya berkeringat dingin sembari mengepalkan tangannya.

Kali ini, jalani saja peranmu dengan benar. Aku telah menukar nasib kalian.

"Tidak benar. Nayara tidak boleh menjadi antagonis," Ilona berlari keluar dari kediaman. Membiarkan rambutnya yang masih berantakan.

"Nona... nona, anda mau kemana? Nona...," Cassi mengikuti nonanya yang berlari keluar dengan pakaian berantakan. Namun dia tidak bisa mengejarnya. Nonanya sangat cepat.

Ilona keluar dari kediaman. Tujuannya adalah kediaman perdana mentri. Dia harus bertemu dengan Nayara dan memastikan pernikahannya tidak terjadi.

"Tidak! Nayara, kau tidak boleh menjadi putri mahkota. Kau tidak boleh menjadi antagonis. Kau tidak boleh mati!," gumam Ilona sambil berlari sekuat tenaganya. Air matanya terus mengalir sepanjang jalan. Nafasnya terasa tercekat.

🌸🌸🌸🌸🌸

Kediaman perdana mentri sangat ramai. Banyak orang memberikan selamat atas terpilihnya Nayara sebagai putri mahkota.

Antagonist WriterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang