🦋 Prolog

416 11 3
                                    

Cinta bisa datang darimana saja, bahkan rasa tersebut bisa hadir jika terus bersama. Tapi, apakah cinta pada pandangan pertama itu ada? Jika ada, apakah rasanya sama dengan perasaan cinta karena terbiasa?
•••

 Tapi, apakah cinta pada pandangan pertama itu ada? Jika ada, apakah rasanya sama dengan perasaan cinta karena terbiasa?•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kertas pengumuman yang ditempel pada mading membuat beberapa siswa terlihat penasaran. Hari ini merupakan pembagian kelas setelah liburan sekolah usai.

Seorang perempuan hanya berdiam diri dan melihat kerumunan di depannya. Ia tidak ada niatan untuk maju ke depan, melihat namanya ada di kelas apa.

Perempuan itu menghembuskan napasnya pelan. Kedua tangannya saling mencengkram tali tas yang ia gunakan.

"Lo gak mau maju ke depan?"

Pertanyaan seseorang dari arah belakangnya membuat perempuan itu tersentak kaget. Ia meringis dan menggelengkan kepalanya dengan pelan untuk menjawab pertanyaan temannya itu.

"Kenapa?"

"Masih penuh, tunggu sepi aja."

"Oh gitu."

Dea kembali menatap kerumunan mading yang masih terlihat ramai. Matanya beralih menatap seseorang yang ia kenal, dan selalu ia perhatikan dari kelas sepuluh dulu.

"Kelas berapa Fan?"

"Bahasa 1."

Perempuan itu menghembuskan napasnya pelan, berharap ia bisa satu kelas dengan pemuda itu. Setelah dirasa kerumunan mading tidak terlalu ramai, ia melangkah maju untuk melihat namanya.

"Nama gue?" Tangannya melihat satu kertas yang terdapat namanya. Lalu ia melihat nama kelas yang berada di ujung kanan atas kertas, "bahasa 1?" tanyanya pada diri sendiri.

Perempuan itu melangkah mundur dari kerumunan yang semakin sedikit. Ia terdiam seraya mengerjapkan matanya terkejut. Lalu ia berbalik dan melangkah pergi dari depan mading.

"Kok bisa? Sekelas sama dia?"

Perempuan itu memegang dadanya yang terus berdetak dengan kencang. Ia tersenyum tipis dengan pipi yang memerah karena merasa senang.

"Gue sekelas? Akhirnya."

Perempuan itu melangkah menuju lantai dua, tempat kelasnya berada dan lantai khusus kelas duabelas. Ia melangkah dengan kepala tertunduk.

Saat sampai di depan kelas ia melihat dari jendela, memperhatikan beberapa teman sekelasnya saat ini. Ada beberapa yang sudah ia kenali, dan ada beberapa yang terlihat masih asing.

Perempuan itu menghembuskan napasnya pelan dan mulai melangkah masuk ke dalam kelas. Kepalanya masih tertunduk, ia sedikit malu untuk masuk ke dalam kelas dan bertemu dengan teman barunya.

Brukk

"Aduh."

Perempuan itu terjatuh saat seseorang menabraknya dari dalam kelas. Ia menatap seseorang tersebut, niat ingin memarahinya tetapi mulutnya terasa terkunci.

"Sorry banget sorry, lo gakpapa?"

Perempuan itu menatap tangan yang terulur. Ia menerima uluran tangan tersebut dan beranjak dari posisinya.

"Lo gakpapa?"

Perempuan itu menggelengkan kepalanya dengan cepat, "gakpapa kok gakpapa, mungkin gue yang gak liat jalan. Maaf ya."

"Sorry banget, gue gak sengaja nabrak."

"Iya gakpapa."

"Lo di kelas ini juga?" tanyanya.

Perempuan itu menganggukkan kepalanya dengan pelan, "iya, lo juga?"

"Hm, gue juga di sini."

Perempuan itu kembali melihat tangan yang terulur ke arahnya. Ia mengerjapkan matanya terkejut dan paham pemuda di depannya akan mengenalkan diri.

"Ayo kenalan."

"Hm."

"Gue Alfandi Bagaskara Raihan, dipanggil Alfan," ucapnya dengan tangan yang masih terulur.

Perempuan itu menerima uluran tangan Alfan untuk berkenalan, "gue Deandra Kinara Kasih, dipanggil Dea," balasnya dengan pelan.
•••
Haloo... aku datang dengan cerita baru 😊

Sebenernya cerita ini udh mendem lama di otak, tapi baru bisa direalisasikan sekarang muehehe.

Gimana sama prolognya? Suka? Penasaran gak sama part 1 nya? Penasaran dong pasti hehe

Jangan lupa voment yaa gess, biar aku semangat lanjutinnya. Baru up lagi setelah hiatus tiga tahun nih. Jadi butuh disemangatin 😁

To be continue

Dia & Enam Tahun Setelahnya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang