Aku memutuskan untuk bermeditasi.
Isi kepalaku terlalu penuh dengan ingatan dan pengetahuan para Leon terdahuluku dan aku harus memilah-milah ingatan dan pengetahuan mereka. Tapi, yang paling terpenting. Aku telah mendapatkan jawaban tentang ibuku dan Damon.
Sangat ironis, Damon menghabisi kedua orang tuaku dan orang-orangku karena dia dendam dengan ayahku yang mendapatkan cinta dari ibuku.
Kenangan terakhir ayahku adalah ketika Damon membunuhnya dengan keji. Aku tidak mau melihat kenangan itu lagi. Terlalu mengerikan. Disamping itu, aku melihat bagaimana ayahku sangat menyayangi keluarganya dan orang-orangnya. Dia melakukan apapun untuk menyelamatkan semua orang. Bahkan jika dia harus mengorbankan dirinya sendiri.
Bajuku terasa basah karena aku terlalu banyak menangis. Kepalaku pusing karena aku terlalu dehidrasi. Tapi aku masih ingin menelusuri ingatan dan pengetahuan baru ini. Masih banyak yang terlewat dan masih banyak hal yang perlu aku pahami.
"Rhea?" Suara Luke memanggil dari balik pintu kamar tidur lamaku. "Jika kamu tidak membuka pintunya, aku bersumpah akan mendobraknya." Suaranya meninggi dan mengancam. "Sudah hampir dua hari."
Benarkah?
Kurasa baru beberapa jam lalu.
Setelah kami berdua bangun. Luke harus pergi karena ada beberapa hal yang harus dia bicarakan dengan Paman Marco. Sedangkan aku, langsung mengunci diriku sendiri didalam kamar lamaku.
"Rhea!" Luke berteriak dari balik pintu dan suara gebrakan yang keras.
Aku merasakan tempat tidur dibawahku melesak kedalam karena beban berat. Lalu kedua bahuku diguncang dengan keras. Kedua mataku terbuka. Luke telah berada di hadapanku. Wajahnya panik. Pandangannya menelusuri seluruh wajah dan tubuhku. "Apa yang terjadi?"
Satu tangannya terangkat dan mendarat di sisi wajahku, "Katakan." Dia memohon. "Apa yang terjadi padamu?"
Mataku terasa berat untuk terbuka lebih lama dan kepalaku berputar seperti gasing. Mulutku terbuka, tapi tidak ada suara yang keluar. Terlalu lemas, akhirnya aku roboh padanya. Dia menerimaku, memelukku dengan kedua lengannya. Aku mengistirahatkan kepalaku di bahunya. Setelah menelan beberapa kali, aku akhirnya menemukan suaraku. "Aku sudah mendapat jawabannya." Bisikku.
Luke memberikan usapan lembut dan menenangkan pada punggungku dan berkata, "Aku ada disini, Rhea. Aku tidak akan membiarkanmu sendirian."
Aku tahu.
Kedua mataku tertutup dan tidur langsung menelan kesadaranku.
***
"Kita harus pergi sekarang, Luke." Suara Jack terdengar memaksa.
"Tidak," Luke bersikeras. "Aku akan meminta pertemuannya mundur. Mereka tidak akan bisa memulai tanpa kehadiranku."
Aku membuka kedua mataku dan menatap langit-langit kamar tidur kami.
"Dia sudah bangun." Itu adalah suara Leana. Sesaat kemudian. Wajahnya berada di atasku. "Apakah kamu baik-baik saja."
Aku mencoba bangun. Tapi Luke langsung mendorong Leana menjauh dan membantuku duduk. Dia membuatku bersandar di kepala tempat tidur.
"Sekarang dia sudah bangun." Jack menghela nafas lega.
"Rhea?" Luke memanggil.
Aku menoleh padanya. "Pergilah." Jawabku serak.
Ya, ampun. Tenggorokanku benar-benar kering.
Dia menggeleng, "Tidak, sampai kamu lebih baik."
"Aku sudah bangun."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hunters Moon (Moon Series #1)
WerewolfSaat itu adalah malam yang gelap. Aku setengah berlari, ketika mulai menyusuri jalanan yang dingin dan gelap. Beberapa lampu jalanan disekelilingku tidak menyala. Instingku terus-terusan memperingatkan aku untuk berlari. Aku mencoba untuk terus be...