Bab 8: Pelajaran Fisik

1.8K 161 1
                                    

Aku sempat terbangun saat tengah malam, mendapati diriku sendirian di tempat tidurku yang luas. Ketika aku menengok ke atas meja disampingku, ada makanan dingin disana. Sayangnya, aku sama sekali tidak lapar. Aku bangun dari tempat tidur dan meletakkannya di luar pintu ruanganku. Lalu masuk dan berjalan kembali ke arah tempat tidurku.

Saat aku kembali ke tempat tidurku dan menjatuhkan diriku di atas kasur yang empuk, aku sempat memandangi langit-langit kamarku yang tinggi selama beberapa menit yang panjang, hingga rasa kantuk membawaku bersamanya.

Sinar matahari yang menyilaukan, membuatku membuka mata. Saat aku melirik ke pintu balkon disamping kananku, pintu balkonnya yang telah terbuka, tirainya berterbangan karena tertiup angin. Seseorang pasti telah membukanya. Aku bersumpah bahwa ketika aku pertama kali masuk kamarku, hingga aku tertidur. Aku sama sekali tidak menyentuh pintu balkonnya.   Dahiku berkerut bingung, Siapa yang membukanya?

Bangkit dan turun. Aku langsung menuju kamar mandi. Setelah mandi dengan cepat. Aku memakai pakaianku yang paling santai. Mencari celana olahraga dan kaos polos, pada tumpukan pakaian di walk in closed. Tanganku terbang ke arah beberapa pakaian asing yang tergantung. Mulai dari gaun, kaus, celana, rok, sepatu, bahkan ada beberapa aksesoris yang senada dengan beberapa gaun.

Ya, ampun. Aku bisa membuka sebuah butik di dalam lemariku sendiri.

Saat mengikuti Faye untuk pertama kalinya masuk ke sini, aku hanya melirik sekilas pakaian-pakian ini dan tidak terlalu memperhatikannya. Aku hanya berpikir bahwa pasti seseorang telah merapikan pakaianku kedalam rak-rak walk in closed. Seseorang pasti telah meletakkan beberapa baju disini, selagi aku tertidur. Tidak ralat, melihat berapa banyak pakaian dan lainnya. Pastinya beberapa orang.

Ketika aku menemukan pakaian yang aku cari, aku segera memakainya dan pergi keluar. Saat aku keluar dari kamar tidurku dan menutup pintu kamar tidurku di balik punggungku. Seseorang telah duduk dengan manis di atas sofa ruang tamuku. Lengkap dengan sarapan, di atas meja. Dia masih mengamati tablet yang dia pegang, sebelum menyadari kehadiranku. Aku mengambil tempat duduk di seberangnya, tentunya dengan enggan.

Aku melirik ke pintu penghubung. Posisi meja dan vasnya masih sama. Bagaimana dia bisa masuk?

"Kamu tidak mengunci pintumu, Rhea." Luke berkata dengan nada bosan.

Yah, bodohnya aku.

Hari ini dia memakai pakaian yang digunakan untuk berolahraga. Celana kain yang panjang dan sebuah kaus berwarna hitam melekat dengan pas ditubuhnya, menampakkan otot-otot yang tercetak dibaliknya. Aku menelan. Perasaan gugup mulai merayap ke sekujur tubuhku. Aku tidak tahu, apa yang harus aku kataka padanya. Kehadirannya masih membuatku terganggu. 

Luke lah yang memecahkan jedanya, "Kamu akan berlatih denganku."

Tidak, tidak, tidak.

"Kenapa bukan Leana? Bukankah dia seorang Warrior? Aku telah melihat kemampuannya kemarin." Tanyaku bingung. "Aku yakin kamu punya kesibukan lainnya yang lebih penting daripada berlatih denganku." Kuharap dia memahami nada sindiranku didalamnya.

Raut wajahnya berubah menjadi jengkel. Dia menarik bibirnya menjadi garis tipis. "Tidak bisakah kamu melakukan apa yang aku katakan, Rhea!" Bentaknya.

Hah!

Aku tersentak dengan nada bicaranya. "Bukankah aku disini sebagai Warriormu dan sebagai senjata rahasiamu? Bukankah sudah cukup, jika Leana yang melatihku?"

Giginya terkatup rapat sebelum dia berbicara dan mulai meneriaki aku, "Jangan melemparkan pertanyaan padaku! Kamu bahkan tidak menjawab pertanyaanku."

Teriakannya seperti goresan pada dadaku, air mata memberontak keluar dari mataku. Tapi, aku mencoba untuk menenangkan diri dengan menutup mataku sambil menunduk untuk menghindari tatapannya. 

The Hunters Moon (Moon Series #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang