Bab 5: Kesepakatan

2.7K 217 2
                                    

Suara dentingan alat makan dan suara percakapan antara dua pria membuatku membuka mata dan terbangun. Aku berada di atas tempat tidurku. Sekali lagi, ketika aku berkaca. Aku melihat pantulanku yang berdarah-darah dari cermin. Walaupun wajahku sudah dibersihkan. Tapi pakaianku terlihat seperti aku baru saja keluar dari tempat penjagalan. Bekas cipratan darah memenuhi seluruh tubuhku. Bahkan aku masih bisa mencium aroma amisnya yang menyengat.

Saat aku turun dari tempat tidurku. Aku mengerang hebat.

Ya, ampun punggungku.

Tubuhku benar-benar sakit dan kaku. Ketika aku mengamati tanganku dan menyibaknya dari lengan bajuku, ada memar dimana-mana.

"Bagaimana kalian bisa bertahan selama ini?" Tanya sebuah suara.

"Aku bisa bersembunyi. Tapi, sepertinya Rhea tidak bisa." Suara Dain menimpali.

Aku mencoba berdiri dan berjalan menggapai arah pintu. Ketika pintu kamarku terbuka, pemandangan di hadapanku cukup aneh. Dain dan pria tampan itu atau pasanganku duduk berhadapan di sofa apartemen kecilku sambil menghabiskan sarapan mereka. Pria tampan itu tampak merenung saat dia menyantap makananya.

Dain lah yang pertama kali menyadari kehadiranku. "Kamu sudah bangun?"

Aku terdiam cukup lama, sambil memandangi mereka berdua. Dain berdiri dan memapahku untuk duduk di sofa yang sebelumnya dia tempati. Dia juga duduk disampingku.

"Kurasa ada sedikit salah paham diantara kita dan Luke." Dain berkata sambil berhati-hati.

Alisku terangkat bingung, "Siapa Luke?"

"Kamu tidak tahu namanya?" Tanya Dain terkejut.

Aku memutar kedua bola mataku kesal, "Bagaimana aku tahu namanya, kalau kamu menyuruhku kabur saat bertemu dengannya!"

"Sudah kubilang, ada salah paham." Dain membela diri.

Kali ini, pria tampan yang berada di hadapan Dain mulai ikut dalam obrolan kami. Tapi dia mencoba berbicara padaku. "Itukah sebabnya kamu mendorongku?"

Aku berpaling dari Dain dan menatapnya setajam mungkin. "Ya, kamu pasti akan mencoba membunuhku. Lalu, datang untuknya." Balasku sambil menunjuk Dain di akhir kalimatku.

Sekilas, aku melihat kekecewaan melintas dari pandangannya. Tapi dia dengan cepat menghapusnya dan menampakkan raut wajahnya yang sombong. Menarik sudut bibirnya, dia berkata, "Kenapa aku harus melakukannya?"

Mataku menyipit. "Tentu saja, karena kalian sudah pernah melakukannya sebelumnya."

Rautnya menjadi gelap. "Alpha Damon?"

Dain mengambil alih percakapan. "Ya, aku sudah mengatakan padamu sebelumnya."

Luke terdiam cukup lama.

Aku sudah muak dengan keheningan. "Kenapa kamu muncul disini?" Tanyaku membentak.

Luke berkedip beberapa kali, dia tampak terkejut ketika aku membentaknya. "Tentu saja membawamu pulang bersamaku."

"Kenapa aku harus pulang besamamu?" Tanyaku dengan suara rendah dan dingin.

Luke mendengus tidak percaya, "Tentu saja karena kamu adalah pasangan jiwaku, Rhea."

Ketika dia menyebut namaku dari bibirnya. Aku tidak bisa untuk tidak menyingkarkan perasaan hangat yang menyenangkan mengalir ke tulang belakangku. Beruntungnya, saat ini aku sedang dirasuki oleh kemarahan.

"Tapi kamu Werewolf dan aku Lycan. Kita berbeda."

"Lebih tepatnya, seorang dia seorang Alpha Werewolf." Sela Dain cepat dari sampingku.

The Hunters Moon (Moon Series #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang