Bab 43: Sebuah Anugerah

830 81 0
                                    

Claire langsung berlari dan memelukku. Aku baru saja melangkah memasuki halaman kastil Klan Snow Moon. Syukurlah, Theor menggendong bayi mereka. Claire meremukanku seperti ular piton dengan lengannya. Saat dia puas memelukku. Dia menjauh dan mengamatiku. "Ya, ampun. Aku cemas sekali." Dia menghela nafas. "Senang rasanya, kamu baik-baik saja." 

"Aku baik, Claire." 

Theor bergabung dengan kami. "Bisakah kita masuk dan bicara didalam?"

"Tentu saja," Luke menjawabnya untukku. Sambil melingkarkan lengannya di pinggangku.

Theor dan Claire berbalik untuk memimpin jalan. Ketika kami memasuki pintu masuk kastil. Beberapa staff dan Warrior sibuk berlalu-lalang disekitar kami. Mereka berhenti sebentar untuk memberikan kami penghormatan. Akhirnya, kami sampai di ruang tamu pribadi milik Claire dan Theor.

Sebelum kami duduk, aku berkata. "Bolehkah aku menggendongnya."

Theor mendekat dan menyerahkan Luca padaku. Aku menerimannya, menggendongnya dengan sangat hati-hati. Terakhir kali aku menggendongnya, dia biasanya lebih banyak tertidur. Tapi kali ini dia membuka matanya. Tangannya yang mungil terangkat. Seperti ingin meraih wajahku.

Aku bergegas duduk di atas sofa. Lalu menunduk pada Luca. Saat tangannya menyentuh pipiku. Dia tertawa dengan mengeluarkan jeritan melengking khas seorang bayi.

Astaga, dia tertawa padaku.

"Dia sangat menyukaimu." Claire berkata dari seberangku. Dia duduk tepat disamping Theor yang memeluk bahunya. Mereka tampak senang. 

Luke mendekat ke arahku. Dia mengintip Luca yang berada di gendonganku, lalu mengulurkan satu jarinya ke arah Luca. Tangan mungil Luca yang sebelumnya berada di pipiku kini mengenggam jari Luke. Dia juga tertawa saat memandang Luke.

Tatapan Luke membeku. Ada kerinduan yang mendalam darinya. Seperti tatapan pemujaan. Sebuah air mata menuruni wajahku. Aku berkedip. Satu tanganku yang bebas mengusapnya dari wajahku.

Luke tidak menyadari, bahwa aku baru saja menangis. Dia masih terpaku pada Luca yang mengenggam jarinya. Tatapannya bahkan semakin sendu.

Theor memecahkan keheningan, "Sesuai tradisi," Dia memulai. "Nama tengah bayi yang baru lahir, diberikan oleh seorang Leon atau Leona."

Ada satu hal lainnya, dengan aku memberikan Luca nama tengah. Itu berarti aku telah memberkatinya. Menerimanya, sebagai bagian dari para Lycan. Dia juga akan mendapatkan perlindunganku.

"Rufus." Aku menyebutkan.

Theor dan Claire mengangguk setuju.

'Dia terlalu menggemaskan untuk menjadi seorang Rufus.' Luke menyampaikan ketidaksutujuannya di kepalaku.

'Anggap saja, karena aku merasa bersalah pada Leon Rufus.'

'Kenapa kamu merasa bersalah padanya?' Luke bertanya heran.

'Karena aku telah mengecewakannya.'

'Apakah karena memilihku?'

'Ya.' Aku menoleh padanya. 'Dan aku tidak menyesal, karena mengecewakannya.'

Luke membalas pandanganku dengan senyuman kemenangan.

Theor berdeham. "Apakah kalian selesai bicara? Ini sudah saatnya Luca tidur siang." Ucapnya sambil berdiri dan mengulurkan lengannya untuk mengambil Luca dari gendonganku. 

***

"Aku akan baik-baik saja. Pergilah, " Aku mengusir Luke dari kamar kami dengan lambaian tangan. Berbalik, aku duduk di hadapan meja riasku. Tapi, aku masih melihat pantulan Luke yang  masih berdiri di belakangku. "Bukankah kita berada disini karena kamu akan bertemu dengan ketiga Alpha lainnya? Kamu tidak bisa mengekoriku kemana-mana, Luke."

The Hunters Moon (Moon Series #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang