Sudah hampir dua hari semenjak kepergian Theor. Claire yang sudah bosan hanya beristirahat di atas tempat tidurnya. Dia bersikeras memaksaku pergi keluar, hanya untuk berjalan-jalan sebentar. Setelah negosiasi yang alot. Akhirnya dia menang.
Aku menyetujui dia berjalan-jalan tapi hanya di lingkungan sekitar kastil, kami tidak akan keluar dari kastil dan disamping itu harus ada Warrior yang berjaga-jaga disekitar kami. Karena penyembuh memperingatkanku, bisa saja sewaktu-waktu Claire melahirkan.
"Kamu malah lebih mengerikan dari Theor." Omelnya. "Dan kamu juga sering meninggalkanku sendirian."
Tentu saja. Semua urusan Klan Snow Moon diserahkan padaku dan Harrow ditunjuk oleh Theor untuk menggantikan posisi Liam yang ikut dengannya. "Aku mencoba meluangkan waktu." Aku membela diri. Sekarang aku tahu penderitaan Theor.
Akhirnya, kami sampai di halaman depan kastil. Mata Claire bersinar, dia beralih padaku dan memberiku pandangan memohon. Aku menggeleng, "Tidak dan sudah waktunya kita kembali."
Sebelum Claire bisa melawan perkataanku. Tubuhnya yang berada disampingku membeku. Tiba-tiba aku merasakan sesuatu basah yang mengalir di atas sepatu botku. Ketika aku menelusurinya. Rok milik Claire juga terlihat basah. "Air ketubannya pecah." Bisiknya di telingaku.
Aku berbalik pada Warrior terdekat dan berteriak. "Panggilkan penyembuh sekarang!"
Warrior itu langsung mengangguk dan berlari keluar. Aku menggendong Claire dan langsung melangkah masuk kedalam kastil, bergegas menuju kamar tidurnya. Saat aku sampai di tempat tidurnya. Aku berhati-hati untuk meletakannya di atas ranjangnya. Sesaat kemudian pintu menjeblak terbuka. Penyembuh itu datang dengan tergesa-gesa. Claire sudah merintih kesakitan.
"Tarik nafas." Ucap Penyembuh wanita itu.
Claire melakukannya.
Kemudian, ada beberapa pembantu yang masuk untuk memberikan bantuan. Aku hanya mundur dan berdiri di sudut ruangan. Sementara yang lainnya melakukan tugas mereka. Lalu aku mendengar jeritan Claire yang tertahan. "Kumohon." Desahnya, menahan sakit. "Dimana, Rhea?"
Mendengar namaku dipanggil. Aku maju dan berdiri disampingnya. Dia mengulurkan dua tangannya padaku. Aku mengenggamnya. "Jangan tinggalkan aku."
Aku mengangguk, "Ya, aku akan ada disini."
Claire berteriak. Keringat dan air mata sama-sama berjatuhan turun dari wajahnya yang terlihat menahan kesakitan. Dia mencengkram tanganku seperti berusaha meremukannya. Aku tidak tahu berapa lama situasi mencekam ini berlangsung. Kuharap aku bisa mengurangi rasa sakitnya dan aku mendengar suara penyembuh wanita itu meneriakkan beberapa perintah dan memandu Claire.
Aku tidak berani melihat ke arah penyembuh wanita itu dan apa yang dilakukannya. Aku hanya berfokus pada wajah Claire. Mencoba menenangkannya. Akhirnya, teriakan Claire berhenti. Sebagai gantinya, kami semua mendengar suara tangisan bayi yang keras. Di sela-sela air matanya, Claire tertawa.
Lalu penyembuh itu datang lagi dengan membawa sebuah kain yang membungkus seorang bayi yang sedang menangis, "Selamat Nyonya, kamu melahirkan seorang putra."
Claire menerima uluran tangan penyembuh wanita itu dan menggendong bayinya. Walaupun dia tampak kelelahan. Tapi kelelahan itu seketika menghilang ketika dia melihat bayinya. Senyumannya yang lebar membuatku ikut bahagia bersamanya.
"Kamu harusnya menunggu ayahmu, nak. Aku ingin sekali menjambak rambutnya saat melahirkanmu. Dia harusnya merasakan bagaimana rasa sakitnya."
Aku tertawa, "Dia baru saja lahir dan kamu sudah mengomelinya."
Seisi ruangan tertawa.
Aku mengabadikan momen bahagia ini kedalam pikiranku. Lalu meraih pikiran Theor. Aku mengirimkan momen ini padanya dan berkata. 'Segera lah pulang. Claire dan putramu sudah menunggumu.'
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hunters Moon (Moon Series #1)
WerewolfSaat itu adalah malam yang gelap. Aku setengah berlari, ketika mulai menyusuri jalanan yang dingin dan gelap. Beberapa lampu jalanan disekelilingku tidak menyala. Instingku terus-terusan memperingatkan aku untuk berlari. Aku mencoba untuk terus be...