Luke berjalan dengan kecepatan biasa hingga kami tiba di luar pelataran kuil. Dia tidak berjalan ke arah tangga. Melainkan ke sudut kiri pelataran. Tepat di bawah salah satu patung Dewi Selene yang terpahat dengan indah. Aku melirik ke bawah, tidak ada tangga atau apapun, yang ada hanyalah rimbunan pepohonan yang tampak jauh dari bawah. 'Jangan bilang, kamu akan lompat daris ini.' Tanyaku was-was dalam pikirannya.
Dia memutar kedua bola matanya, 'Ya, ampun Rhea. Kamu sama sekali tidak takut menyerbu gua penuh Rogue, tapi kamu malah takut ketinggian? Jangan lupa, kalau kita berdua bukan manusia.'
Pada saat itu juga, Luke langsung melangkahkan kakinya ke udara kosong dan kami berdua terjun bebas ke bawah. Aku tersedak dan berteriak karena angin menerbangkan rambutku. Tapi Luke malah tertawa. Dia mendaratkan kami berdua dengan mulus di tanah, setelah itu dia membawaku berlari menembus kegelapan hutan. Hingga hutan akhirnya menipis. Menampakkan sebuah padang rumput luas di tengah rimbunnya hutan. Tepat di hadapan kami ada sebuah danau yang tenang. Luke menurunkan aku dari gendongannya, aku langsung berjalan ke arah danau karena saking terpaku dengan keindahannya. Danau itu menjadi cerminan langit yang bertaburan bintang di atas kami. Di kejauhan danau, aku bisa melihat gunung yang bersalju. Aku terlalu terpaku dengan pemandangan indah di hadapanku hingga tidak sadar, jika kakiku mulai melangkah ke dalam air.
Suara Luke dari kejauhan menyadarkanku. "Jika kamu ingin berenang, kita bisa melakukannya lain kali. Kita disini bukan untuk itu."
Aku mundur dari air dan berbalik ke arahnya. Luke sudah duduk di atas padang rumput sambil melepaskan jaketnya dan menyebarkannya ke atas rumput di sampingnya. Satu tangannya menepuk jaketnya. "Kemarilah."
"Untuk apa kita disini?" Tanyaku sambil berjalan mendekat padanya.
Saat aku sampai di sampingnya, aku duduk di atas jaketnya. Luke menggeser tubuhnya untuk lebih dekat padaku dan menghadap ke arahku, "Kita disini untuk bicara. Aku yakin banyak sekali kesalahpahaman diantara kita yang harus diluruskan." Ucapnya sambil menunduk lebih rendah padaku. Pandangannya mengunciku. Nafasnya yang hangat menggelitik wajahku.
Selama sesaat, aku membeku. Tapi aku tersadar ketika dia mengangkat satu tanganku dan memainkannya dengan kedua tangannya. Dia memberikan sebuah pijatan yang ringan. Itu memberikan aku gelombang perasaan santai. "Tanyakan padaku, apa yang ingin kamu ketahui." Ucapnya dengan suara rendah. Kali ini pandangannya menangkapku.
"Malam itu, saat aku melihatmu bersama dengan Junny......" Aku ragu sejenak. Diam selama beberapa saat.
"Lanjutkan dan aku berjanji akan memberikan semua jawabannya padamu."
"Apakah kalian berciuman malam itu?" Aku akhirnya manyemburkan kalimat yang selama ini selalu ingin aku lontarkan padanya.
Luke malah terlihat terhibur. Dia memiringkan kepalanya, menilaiku. "Kamu cemburu."
Aku merengut, "Kalau kamu hanya main-main denganku. Lebih baik aku kembali." Aku mencoba untuk berdiri. Tapi, satu tangannya tidak melepaskanku, sedangkan tangannya yang lain menarik pinggangku. Menarikku kepadanya lebih dekat lagi. Hingga wajah kami bertemu. Aku bisa merasakan napasnya di atas bibirku. "Sekarang, aku akan memberikan jawabanku, Rhea sayang." Gumamnya sambil menunduk padaku, menyadarkan keningnya pada keningku, dan menutup matanya.
Aku juga menutup mataku.
Kelebatan ingatan yang bukan milikku berkelebatan di pikiranku. Aku memasuki ingatan orang lain.
Aku melihat seorang anak laki-laki yang terlihat sekitar berumur dua belas tahun sedang menemani seorang gadis kecil yang umurnya tidak jauh berbeda dengan anak laki-laki itu, gadis kecil itu sedang duduk menangis dan melingkarkan kedua tangannya mengelilingi lututnya untuk melindungi wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hunters Moon (Moon Series #1)
Loup-garouSaat itu adalah malam yang gelap. Aku setengah berlari, ketika mulai menyusuri jalanan yang dingin dan gelap. Beberapa lampu jalanan disekelilingku tidak menyala. Instingku terus-terusan memperingatkan aku untuk berlari. Aku mencoba untuk terus be...