Bab 38: Persiapan

808 74 0
                                    

Pintu mobil baru saja terbuka. Kakiku bahkan belum menyentuh tanah. Tapi tubuhku sudah ditarik.

Luke memelukku.

Ralat, hampir meremukanku.

Aku harus menepuk bahunya beberapa kali agar dia melepaskanku.

Ketika dia menurunkan aku. Kedua tangannya menangkup wajahku. "Apa yang kamu pikirkan?" Suaranya penuh dengan kekhawatiran.

Aku menelusuri lebam-lebam yang ada di wajahnya. "Aku tidak bisa hanya diam saja."

Dia meringis, saat aku menyentuh sudut bibirnya. 

"Apa yang terjadi?"

"Dia mencoba menghajar Damon." Jack menjawab. "Lebih tepatnya, berusaha."

"Aku sempat mengenainya. Aku yakin." Luke membalas sambil memeloti Jack.

"Kita bahas nanti." Jack terdengar lelah dan berjalan melewati kami.

Pandangannya beralih padaku, "Aku merindukanmu." Bisiknya tepat di wajahku. Dia menunduk dan bibirnya menjangkau.

Aku mengangkat satu tanganku dan menutup bibirnya. "Pertama, kita harus merawat lukamu."

"Aku baik-baik saja. Lagipula, aku ingin mendengar semuanya darimu." Dia membungkuk dan meraup kedua lututku. Menggendongku dengan kedua tangannya.

Aku melingkarkan kedua tanganku ke lehernya, ketika dia mulai berlari. Aku sudah tahu, dia akan membawaku kemana. Padang rumput tepi danau. Jadi, aku menutup mataku dan bersandar ke dadanya. Mendengarkan suara detak jantungnya.

"Jangan tertidur," Ucapnya sambil membaringkan tubuhku di atas rerumputan. Dia  juga ikut berbaring disampingku. Meraup tubuhku mendekat padanya. "Kita masih punya waktu seharian penuh." Dia memelukku. Sekali lagi, aku menyandarkan kepalaku tepat di atas dadanya.

Langit di atas kami mulai terang.

"Katakan padaku," Hembusan nafasnya menerbangkan rambut di ujung kepalaku. "aku ingin mendengar semuanya darimu."

Aku memulai dari pengelihatanku di rumah Leana, hingga perpisahanku dengan Mallory.

"Jadi, Mallory ada di pihak kita." Gumamnya pelan sambil memainkan rambutku. "Aku akan mengundangnya, saat kita mulai mendiskusikan persiapan perang."

Kegugupan merambat ke tubuhku. Kuharap, dia tidak merasakan aku tidak gemetaran. Aku belum pernah tahu bagaimana rasanya berperang. tapi, setelah penyusupan terakhirku bersama Mallory. Mayat yang berjatuhan disekelilingku. Penusukan dan penyerangan tanpa henti. Sekarang, aku merasa ngeri.

Kengerian itu datang terakhir, sebagai pengingat. Berapa tubuh yang telah aku habisi? Sebelumnya, aku telah berburu. Membunuh puluhan Rogue tanpa ragu. Karena aku tidak perlu mengkhawatirkan orang lain yang tidak aku kenal. Tapi peperangan ini? Berapa nyawa yang harus melayang? Berapa keluarga yang harus berduka? Berapa orang yang harus kehilangan pasangan mereka?

Bagaimana jika aku kehilangan dia?

Bayangan tombak menembus tubuhnya dan darahnya yang mengenang disekitarku. Bahkan sampai saat ini, aku masih enggan berbaring di atas tempat tidur lamaku.

"Rhea?" Dia mengguncang bahuku dengan lembut.

Itu menyadarkanku. "Ya?"

Luke melepaskan pelukannya padaku, menjauh agar dia bisa melihat wajahku. Dahinya berkerut, "Apa kamu merencanakan sesuatu?"

Aku menaikkan satu alisku, "Apa? Tidak!"

Dia terkekeh, "Bagus," Kedua tangannya menangkup wajahku, pandangannya mengeras. "Ketika aku sadar dan Dain mengatakan apa yang kamu lakukan. Aku hampir saja serangan jantung. Bahkan Faye mengancam akan membiusku, jika aku tetap bersikeras menyusulmu." 

The Hunters Moon (Moon Series #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang