Bab 17: Pembalasan

1.1K 123 0
                                    

Leana membimbingku keluar dari tempat tidurku. Sedangkan Faye hanya mengikuti kami. Sebelum kami bertiga duduk di sofa, pandangan kami terganggu dengan Dain yang terbaring di atas lantai, sambil mengatur nafasnya. 

Dain tahu, pandangan kami bertiga tertuju padanya. Tapi dia terlalu lelah untuk bergerak atau bicara. Jadi, dia bicara melalui pikiranku. 'Kamu berhutang bir, padaku.'

'Maafkan aku, Dain.'

Aku memandang Leana, memohon padanya. "Bisakah kamu mengurus Dain untukku?"

Awalnya, Leana terdiam selama sesaat. Tapi, akhirnya dia melepaskanku dan mulai mendekati Dain yang masih berbaring. Dia sempat terdiam selama beberapa saat karena terlalu tekejut dan bingung. Ketika Leana mengulurkan tangannya. Perlahan Dain menggerakkan tangannya dan menerima uluran tangan Leana. Akhirnya, mereka berdua keluar dari ruanganku dengan Leana berusaha memapah Dain yang memiliki tubuh lebih besar darinya.

Faye sudah mengambil posisi Leana, tepat disampingku. Dia melingkarkan lengannya pada lenganku dan menarikku dengan lembut ke arah sofa. Kami berdua duduk di atas sofa, dia duduk disampingku. Faye meletakkan tas medisnya di atas meja dan mulai mengobatiku.

"Maafkan aku. Aku sudah keterlaluan padamu."

Faye menunduk, masih fokus mengobati telapak tanganku yang masih terluka. "Aku memaafkanmu, Rhea." Ketika dia selesai membebat telapak tanganku. Faye mendongak dan tersenyum padaku. "Aku mengerti, kamu masih bingung dengan semua ini. Jika kamu perlu bantuan, jangan sungkan mengatakannya padaku."

"Terima kasih."

Pintu ruanganku menjeblak terbuka. Jack masuk dengan tergesa-gesa dan langsung bertanya pada Faye. "Dimana Luke? Apa dia baik-baik saja?"

"Ya, dia sudah lebih baik. Dia ada di kamar tidur Rhea."

Jack langsung berbalik dan bergegas memasuki kamarku. Pintu kamar tidurku tertutup di belakangnya. 

Faye tiba-tiba berdiri. "Tunggu sebentar." Ucapnya sambil berbalik pergi keluar dari ruang tamu pribadiku. Tidak lama kemudian dia datang sambil membawa sebuah nampan yang diatasnya ada sebuah teko teh dan dua cangkir. Dia duduk dan menuangkan tekonya pada dua cangkir yang kosong. Lalu, mengulurkan satu cangkir padaku. "Ini adalah teh chamomile, ini akan membantumu lebih tenang."

Aku menerimanya. Perlahan, aku menyesapnya. Ketegangan mulai meninggalkan tubuhku. Aku bersandar pada punggung sofa sambil menghabiskannya. Terdengar suara pintu terbuka, Jack berjalan mendekati kami berdua. Aku dan Faye mendongak. Tapi, Jack menatapku. "Bisakah kamu membantuku, Rhea?"

Aku meletakkan cangkirku yang telah kosong di atas meja, "Apa yang bisa kulakukan, Jack?"

"Ini tentang sisa pengikut Clark. Sudah menjadi keharusan, untuk kita memburu mereka semua."

Adrenalin yang sebelumnya surut, kini mulai mengalir lagi ke dalam pembuluh darahku. Karena terlalu panik, aku tidak melihat orang yang melemparkan tombak sialan itu pada Luke. Tapi, kurasa aku bisa menebaknya. "Berapa banyak yang harus kita buru?"

"Sekitar dua puluh."

Aku berdiri, "Kapan kita akan berangkat?"

***

Jack mengemudi dengan kecepatan yang gila. Mobil jeep yang kami tumpangi bergerak dan hampir terbang menembus hutan. Hari masih terlalu pagi untuk sinar matahari. Tapi kurasa hari tidak akan ada sinar matahari, karena kabut mulai turun. Beruntungnya, Jack masih bisa menyetir dengan kabut yang mengelilingi mobi jeep kami.

Seolah dia tahu kemana arah yang kami tuju, dia terus-terusan menginjak pedal gas semakin dalam. Hingga membuatku dan dua penumpang dibelakang kami tersentak kebelakang. Dain yang duduk dibelakang, tepat disamping Leana. Berusaha menahan lelahnya, dia bahkan tidak banyak berkomentar. Dilihat dari komat-kamit mulutnya, aku yakin dia sedang menahan agar isi perutnya tidak keluar.

The Hunters Moon (Moon Series #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang