Sudah seminggu, sejak kedatanganku ke wilayah Klan Snow Moon. Sejak itu juga, kepalaku tidak henti-hentinya tersa nyeri. Terkadang, rasa sakitnya seperti seseorang berusaha menghantam kepalaku dengan keras. Aku berusaha untuk mendirikan dinding yang tinggi agar Luke tidak mencoba menembus pikiranku. Samar-samar, aku masih bisa mendengar suaranya yang berteriak putus asa dari sudut kepalaku. Tapi, aku berusaha mengabaikannya.
Ketika sore hingga larut malam. Aku berlatih dan melatih bersama dengan Theor dan pasukan elit miliknya. Sedangkan saat pagi hingga siang. Aku menghabiskan waktu bersama Claire dengan berjalan-jalan atau berkeliling wilayah Klan Snow Moon.
Hari ini matahari bersinar terang. Claire memaksa Theor untuk mencairkan es di hutan belakang kastil, tepat dibawah sebuah pohon yang besar dan rindang sebagai tempat untuk aku dan Claire piknik. Theor melakukannya dan sebagai gantinya, Claire harus berjanji dia tidak akan melangkah ke hutan lebih dalam.
Theor juga memohon padaku, "Kumohon, jangan ikuti kegilaannya." Tepat setelah dia berkata, Liam datang tergesa-gesa dan berkata bahwa ada urusan yang butuh perhatiannya. Theor mendekati Claire dan mencium keningnya, sebelum dia berbalik pergi.
Claire duduk disampingku di atas selimut piknik tebal sambil bersandar di batang pohon. Sedangkan aku berbaring dan berusaha melanjutkan tidurku. Claire mengeluarkan sulamannya dan mulai menyulam sambil bersenandung. Aku sudah tidak tertarik lagi dengan menyulam. Karena kepalaku akan mulai di dobrak lagi, saat aku mulai menyulam.
Sayangnya, kedamaianku berlangsung singkat.
"Tidakkah kamu merindukannya."
Aku membuka mataku dan hanya menatap awan putih di atas cukup lama. Aku tidak mau memikirkannya. "Tidak."
Ada jeda, "Kenapa aku tidak pernah melihatmu tidak menyulam lagi?"
"Karena begitu aku memulai. Kepalaku pusing."
"Apa kamu baik-baik saja?" Suara Claire terdengar khawatir. "Kamu perlu menemui penyembuh? Aku bisa memanggilnya."
"Tidak perlu. Aku baik-baik saja."
"Aku pernah berpisah dengan Theor," Claire memulai. "Rasanya menyesakkan dan...." Dia terdengar ragu. "Ini sudah seminggu, aku yakin L—"
Aku menyela, "Jangan." Desisku. Aku bangun dan menatap Claire. "Bisakah kita tidak membicarakannya?" Aku memohon.
Claire mengangguk pelan. Tapi dia tampak bersedih. Bahkan kedua matanya tampak berkaca-kaca. Ya, ampun. Apakah aku keterlaluan?
Aku menghela nafas, "Maafkan aku."
"Tidak apa." Claire mencoba menghibur. Bibirnya tersenyum. Tapi ada air mata mengalir menuruni wajahnya. Dia mengusapnya dengan cepat. "Astaga, semenjak aku mengandung. Emosiku benar-benar kacau. Aku berubah menjadi anak kecil yang manja." Gumamnya sambil tertawa.
Aku beringsut mendekat dan memeluk bahunya, "Maafkan aku, Claire. Aku hanya tidak mau memikirkannya."
"Aku tahu. Tapi aku yakin dia pasti punya alasan, Rhea."
***
Selama dua hari kemudian, salju terus turun dengan lebat. Angin kencang melanda seluruh wilayah Klan Snow Moon. Theor melarang Claire pergi keluar kastil. Awalnya dia merajuk, tentu saja. Tapi, Claire dengan cepat menemukan aktifitas baru dan aku lah yang menjadi korbannya. Hampir sepanjang pagi hingga siang. Dia menjebakku di dalam rumah kaca yang berada di sisi barat kastil.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hunters Moon (Moon Series #1)
Loup-garouSaat itu adalah malam yang gelap. Aku setengah berlari, ketika mulai menyusuri jalanan yang dingin dan gelap. Beberapa lampu jalanan disekelilingku tidak menyala. Instingku terus-terusan memperingatkan aku untuk berlari. Aku mencoba untuk terus be...