Bella. Balita itu rupanya kecil-kecil sudah jadi pengikut setianya Dion. Ia terus mengikuti apa yang Dion lakukan. Dion ke kamar, balita itu ikut. Dion ke dapur, balita itu ikut. Pokoknya ngintilin mulu. Tapi giliran minta poop malah deketin Cassie. Curang!
"Bella-Bello, ayo nyanyi sama Om, yuk!" Dion menggenjreng gitarnya dan bernyanyi dengan nada kocak di depan Bella. "Naik-naik ... ke pundak Nunung.... tinggi-tinggi sekali.... Ayo ikutin Bella!"
Cassie yang melihat, jelas melongo. Ternyata kalau bayi diasuh Om-nya memang jadi begitu bentuknya. Masa liriknya diganti naik-naik ke pundak Nunung? Yang bener aja!
"Bella-Bello bolo bolo. Siniiii kejar Om!" Dion si kancil usil itu terus saja menjaili Bella sampai balita itu berlari-lari mengejar Dion.
"Om Yoyon, tungguin Bella. Hehehehe!" Bella tertawa dan berlari dengan kaki mungilnya.
Bella memang sangat akrab dengan Dion karena polah tingkah Dion yang usil dan masih seperti anak kecil. Bella bahkan lebih dekat dengan Dion daripada Dinda, sampai kalau malam lebih sering tidur dikelonin Dion, karena Dinda sering lembur. Ibaratnya, Dion sudah seperti bapak rumah tangga, dan Dinda menjadi wanita karier yang ambis kerja sampai lupa anak. Itu satu-satunya alasan Dinda membolehkan Dion tinggal di apartemennya, karena bisa mengasuh Bella secara gratis. Tapi, kini Dion mulai sibuk di perusahaan start up Bara, jadi Dinda mulai perlu baby sitter.
"Bella, ayo makan dulu! Nanti Mama nelepon marah-marah, loh!" Cassie membawa semangkuk nasi dan sup.
"Nggak mau!" Bella mengunci rapat-rapat mulutnya. Ia hanya mau makan kue dan cokelat.
"Hiiih! Setan cilik! Mau makan aja rewel!" Cassie ngedumel.
Cassie lalu menjawil Dion, "Heh, Yon, bantuin, dong! Ponakan lo harus makan sayur! Makan kue terus itu gluten sama glikemiknya tinggi! Nggak bagus! Kasus anak-anak kena diabetes itu lagi banyak! Nanti Dinda marah!"
"Ya, kan, marahnya ke elo! Bukan gue! Weeek!" Dion malah melet.
"Hiiih Yoyooon! Bantuin gue! Ini ponakan lo harus makaaaan!" Cassie mencubit pinggang Dion dengan cubitan maut andalannya.
"Aaaaa sakit, gila! Biru-biru ini lo cubitin!"
"Makanya bantuin gue!"
"Bantuin? Enak aja! Sun dulu, dong! Sini di pipi!" Dion malah menyodorkan pipinya, minta cium. Menggoda Cassie. Cewek galak kayak Cassie kalau balik digalakin nggak bakal ada abisnya. Jadi, sekalian aja dia godain.
"Hiiih najong! Lo jadi cowok genit amat, sih!"
"Biarin genit! Ntar juga lo lama-lama suka sama gue! Ya, kan, sayang?"
"Heh, lo sekali lagi manggil gua sayang, gua jahit mulut lo! Bacot lo!" semprot Cassie marah.
"Bacot lo! Ehehe!" tiba-tiba Bella meniru perkataan Cassie. Ia dari tadi celingak-celinguk ke kiri dan ke kanan memperhatikan dua orang dewasa di depannya bertengkar.
KAMU SEDANG MEMBACA
New York in Love
Teen FictionNessa alias Cassie, jago bela diri, jago menembak, dan sangat independen. Ia kini tinggal di New York, untuk melupakan kisah cintanya yang sangat menyedihkan di tanah air. Lalu, suatu ketika ia bertemu musuh lamanya yang membuatnya terancam dan jadi...