Dion terus memperingatkan Cassie agar menjaga jarak dengan Bara. Tapi sialnya, Bara selalu punya alasan masuk akal untuk mengajak Cassie pergi berdua saja. Yang minta bantuan Cassie buat ketemu client Rusia lah, yang suruh Cassie terjemahin dokumen bahasa inilah, itulah. Ada aja! Bikin Dion jadi curiga. Jangan-jangan Bara nganggep Cassie lebih dari sekedar temen?
"Gue ngerasa dia temen yang bener-bener nyambung aja diajak ngobrol," kata Bara menjelaskan saat Dion bertanya tentang kedekatannya dengan Cassie. "Kami sama-sama ditinggal orang yang kami cintai. Jadi ya we have a lot in common aja. Berasa nyambung gitu gue sama dia." Bara tersenyum. Ia kemudian bangkit berdiri. "Oke, deh! Gue cabut dulu, ya! Mau ada meeting sama client Rusia itu!"
"Sama Nessa lagi?"
"Iya! Bye!" Bara pergi.
"Yoi. Bye!" Dion menatap kepergian Bara sambil ngedumel sebel. "Nyambung-nyambung, dipikir kabel kali nyambung! Lagian, gue nggak bego! Gue ngerti cowok yang cuma temenan sama yang nganggep lebih dari temen."
Dion sebal sekali. Ia terus memperingatkan Cassie agar jaga jarak dengan Bara, tapi tetap saja Bara punya alasan mengajak Cassie pergi. Alhasil, Dion jadi cuma punya waktu berduaan sama Cassie pas training militer aja.
Maka, pagi itu, seperti biasa, Cassie menyuruh Dion berlari mengitari taman, sambil menjaga Bella yang bermain tanah.
"Bella, jangan jauh-jauh mainnya. Di sini aja, sayang!" teriak Cassie pada Bella.
"Iyah, Ante!" balita itu menurut dan berlari mendekat sambil membawa beberapa bunga yang ia petik. Dion yang sudah berlari dua putaran juga ikut mendekat. Ia duduk di sebelah Cassie.
"Sama Bella aja lembut banget. Manggil sayang pula. Kok, ke gue nggak manggil sayang juga?" tanya Dion iseng.
"Gue? Manggil lo sayang? Kesambet kali gue!" Cassie sewot.
"Yeee... beneran! Gue udah capek latihan, nih. Baik-baikin gue dikit napa? Bilang gini, dong! Sayang, capek ya? Mau minum nggak? Gitu, loh!"
"Ogah! Lo suruh aja itu pacar bule lo yang semok-montok-implan itu begitu ke lo! Dia, kan, pacar lo!"
"Lah kok bawa-bawa Siera? Dia bukan pacar beneran! Wah... lo jealous ya sama Siera? Hayooo! Uuuh... gemes, deh! Ternyata si galak ini bisa cemburu juga!" Dion mencubit pipi Cassie. GR banget dia ngerasa Cassie cemburu.
"Apa, sih! Lo ngeselin banget! Cubit-cubit pipi segala. Najong!"
Dion tertawa. Berhasil bikin Cassie ngomel itu sumber kebahagiaannya. "Siera itu gue deketin cuma buat dapet ID card dia. Sekalian cari info tentang Jordan dan Alan Liem!" kata Dion menjelaskan.
"Halah! Kadal! Banyak alesan lo!" Cassie tidak peduli. Tetap saja di matanya Dion hanya playboy tukang membual. Apalagi Siera se-sexy dan se-nyosor itu. Mubadzir dianggurin.
"Yee beneran. Ini gue beneran jujur. Gue nge-date sama dia aja baru tiga kali! Bener-bener cuma kalau ada perlu aja gue nyamperin dia!" Dion berkata jujur.
"Ya terus apa hubungannya sama gueee?" Cassie malas membahas hal-hal begini. Ia duduk memeluk lututnya sambil memutar-mutar cincin di jari manisnya.
Dion mengamati cincin itu. Dan ia jadi sadar jika saingannya berat sekali. Erik. Sosok yang sudah tiada. Ditambah sekarang ada Bara pula. Ahli hukum yang pinternya setengah mati. Cewek kayak Cassie kayaknya bakal tertarik sama cowok pinter macem Bara.
"Btw, lo nggak ada rencana open recruitment pacar baru gitu?" Dion iseng bertanya.
"NGGAK!" Cassie menjawab singkat, padat, jelas, nyelekit.
Pundak Dion langsung turun. "Yaaah..." desahnya. "Walaupun cowok yang nembak lo ganteng banget kayak Tom Cruise, lo juga nggak mau?" katanya masih iseng. Kalau urusan tampang, dia lumayan PD. PD banget malah.
"Ganteng doang buat apaaaa?"
"Ya buat dipamerin ke temen-temen lo!"
"Gue nggak punya temen!"
"Oh ... iya ... lupa!" Dion skak mat. Ia kehabisan ide ngegombal.
"Udah ayo pulang! Udah mulai siang. Bella belum makan, nih!" Cassie berdiri. Mulai risih dengan percakapan nggak penting Dion. Ia berjalan menghampiri Bella dan menggandeng anak itu pulang.
Dion menatap Cassie. Kayaknya emang nggak ada harapan buat Dion. Dion jadi lesu. Ia pulang ke apartemen dan iseng mencari di internet tentang, "Cara menaklukkan perempuan yang juga ditaksir teman yang lebih keren dari saya".
Bloon emang Dion. Saking frustasinya dia kalah saing dari Bara, dia sampai berguru ke internet. Padahal selama ini gelar playboy udah ada di tangannya. Mantannya juga udah berderet-deret, tapi kenapa giliran mau bikin Cassie luluh aja susah banget, ya?
"Sebutkan kelebihan Anda, dan akan kami carikan trik terbaik menaklukkan wanita pujaan Anda," Dion membaca kalimat di website itu. Maka, ia segera mengetikkan kelebihannya. "Oke, kelebihan gue adalah... Satu, ganteng. Dua, ganteng banget. Tiga, ganteng buanget-buanget pol! Empat... hmm... masa ganteng lagi? Apa, ya? Buset! Gue kagak ada kelebihan lain, nih? Seriussss?"
Gubrak! Dion baru sadar kalau dia nggak punya kelebihan lain selain ganteng.
"Ya elah, ganteng doang buat apa? Buat dipamerin ke temen juga dia kagak punya temen!" Dion langsung duduk melorot. Sedih banget rasanya. Apalagi kalau dibandingin Bara, si manusia pintar, lurus, nggak neko-neko itu. Dion yang otaknya pas-pasan dan cuma modal tampang tentu jauh di bawah Bara. Akhirnya, Dion cuma bisa memperingatkan Cassie saja sebagai upayanya membatasi Cassie dengan Bara.
"Lo jangan sering-sering, deh, jalan sama Bara. Ntar lo keceplosan bongkar identitas lo!" kata Dion pada Cassie. "Lo juga musti ati-ati, dia itu cuma pakai alesan meninggalnya Alisa buat deketin lo! Gue tahu bener mana cowok yang lagi PDKT sama mana yang cuma nganggep temen!"
Cassie menatap Dion jengah. "Heh, gue bukan anak kecil lagi. Lo nggak usah ngingetin gue terus-terusan!" kata Cassie. "Lagian, kalau Bara suka sama gue, yaudah biarin aja, ntar juga capek sendiri. Yang jelas, gue nggak bakal bales perasaannya. Termasuk lo, lo berhenti deh gombal-gombal nggak jelas ke gue. Bikin jijik aja! Hal-hal kayak gini, nih, yang bikin gue males kerja bareng orang sipil kayak kalian. Nggak profesional!" Cassie berbalik dan pergi meninggalkan Dion.
Dion diam saja. Ia sudah terbiasa dengan kata-kata dingin tak berperasaan Cassie. Ia tahu betul bagaimana masa lalu Cassie, sehingga ia tidak marah jika Cassie bersikap begitu padanya.
Cassie sendiri, ia harus membangun batas yang jelas karena ia tidak mau mengkhianati Erik. Lagipula, pembunuh seperti dirinya tidak layak hidup bahagia bersama seseorang yang berasal dari keluarga baik-baik seperti Dion ataupun Bara. Ia seperti ingin menghukum dirinya sendiri atas dosa-dosanya di masa lalu. Ia tidak boleh hidup bahagia, agar orang-orang yang ia bunuh tidak selalu menatapnya penuh dendam di mimpi-mimpi malamnya. Ia harus sama menderitanya dengan mereka. Setidaknya dengan begitu rasa berdosanya sedikit berkurang.
*****
Malam itu, Jordan mendapat laporan dari anak buahnya tentang Cassie. Ia melihat kedekatan Cassie dengan Dion serta Bara. Dan ia tahu jika mereka bertiga bekerjasama untuk menghancurkannya. Hal itu membuat Jordan jadi sedikit khawatir akan posisinya.
"Mereka ada di kubu yang sama," gumam Jordan mengamati foto Cassie, "Mereka terlalu kuat jika bersama. Mereka harus dipecah belah."
Maka, malam itu juga Jordan mencaritahu hal yang bisa mengadu domba Cassie, Dion, serta Bara. Dan, seingatnya Alan Liem pernah berkata jika direktur senior itu pernah bertemu Cassie di suatu acara. Jordan pun segera mencari tahu detail acara yang sama-sama pernah dihadiri Alan Liem serta Cassie. Lantas, tak butuh waktu lama, dengan bantuan puluhan orang suruhannya, ia menemukan sebuah benang merah berharga yang bisa menghancurkan kerja sama itu.
"Dokter Cassandra Helen, alias Cassie, dia yang meresepkan obat penenang untuk Alisa, tunangan Bara." Jordan membaca sebuah laporan hasil visum kematian Alisa yang dirahasiakan oleh BCJ. "Ternyata benar, Cassie di bawah pimpinan Robby yang merupakan kolega BCJ, pernah menerima perintah membunuh Alisa. Ini senjata yang bisa memecah belah mereka! Jackpot!" Jordan tersenyum menang. Ia tidak sabar memasuki permainan babak selanjutnya, dan ia yakin pasti akan ia menangkan.
*******
KAMU SEDANG MEMBACA
New York in Love
Fiksi RemajaNessa alias Cassie, jago bela diri, jago menembak, dan sangat independen. Ia kini tinggal di New York, untuk melupakan kisah cintanya yang sangat menyedihkan di tanah air. Lalu, suatu ketika ia bertemu musuh lamanya yang membuatnya terancam dan jadi...