"Officer! Officer! A lady in a red dress! Copy!" Seorang petugas NYPD mengontak rekannya dengan HT. Mereka berpencar. Dua orang menangani si laki-laki latin yang harus dilarikan ke rumah sakit, dua orang lagi mengejar Cassie.
Tampak di depan club, sang manajer club juga kebingungan karena insiden itu.
"Where did she go? Hey, get me her bag! (Ke mana dia pergi? Hey, ambilin tas dia!)" Manajer itu meminta asistennya membawakan tas milik Cassie yang tertinggal, sepertinya hendak ia serahkan pada polisi yang meminta identitas Cassie. Dion buru-buru mencegahnya.
"Sorry, let me take care of it!" (Maaf, saya aja yang urus!)" kata Dion merebut tas itu sambil memberikan uang minum pada si manajer. Si manajer yang paham maksud Dion, segera mengangguk dan membiarkan Dion membawa tas milik Cassie.
"Thanks!" kata Dion pada manajer itu.
Dion pun segera mengejar Cassie. Ia harap ia bisa lebih dulu menemukan Cassie sebelum para polisi. Tapi mencari seseorang di bawah gemerlap lampu kota NYC, sungguh bukan hal mudah. It's New York, baby! New York!
"Ke mana dia?" Dion mulai frustasi mencari. Lantas, ia membuka tas Cassie. Mencari kartu identitas Cassie untuk mengetahui alamat rumahnya atau informasi apa pun itu.
"Nessa Anastasia?" Dion menemukan kartu identitas. Ia merogoh tas itu lagi dan menemukan topi baseball serta baju ganti, lengkap dengan bra berwarna merah!
"Kenapa dia suka banget warna merah, sih? Sampe ke dalem-dalemnya warna merah?! Buset, so hot!" Dion geleng-geleng kepala, berusaha agar pikiran laki-lakinya tidak ke mana-mana.
Ia kembali merogoh isi tas itu dan kali ini ia menemukan... pistol!
"Oh Gosh! Dia punya ... pistol?" Dion ternganga. Walaupun Amerika melegalkan senjata, tapi untuk apa warga sipil membawa pistol ke tempat umum begini? Siapa dia?
Dion kembali membongkar isi tas itu dan ia menemukan kartu apartemen.
"Smithson C6?" Dion tahu lokasi apartemen itu. "Cuma tiga mil dari sini."
Berlari, Dion segera menuju ke apartemen itu. Ia yakin Cassie pasti menuju ke apartemennya. Lantas, benar saja, ia melihat wanita berbaju merah itu berjalan di keramaian.
Tapi, Dion lagi-lagi kaget saat ia melihat Cassie sedang... MENCURI JAKET! Wanita itu mencuri jaket yang tersampir di kursi seorang pengunjung kafe di coffee shop pinggir jalan. Gerakannya benar-benar halus, seolah ia sudah sering melakukan pencurian.
Cassie terus berjalan tenang sambil memakai jaket curiannya. Bahkan saat di perempatan jalan, wanita itu ikut berhenti menunggu lampu merah. Ia benar-benar berhasil menyamar sebagai warga biasa.
"I didn't see a woman in a red dress, officer! Did she change her clothes? (Saya tidak melihat wanita berbaju merah, Pak! Apa dia ganti pakaian?)"
Oh tidak! Tak jauh dari tempat Dion berdiri, seorang polisi dengan HT tampak berpatroli. Dion segera berlari menghampiri Cassie. Ia juga mengambil topi baseball dari dalam tas Cassie. Lantas, saat ia berhasil berdiri di sebelah Cassie, ia pakaikan topi baseball itu di kepala Cassie.
Cassie jelas kaget tiba-tiba seseorang memakaikannya topi. Ia menoleh. "Who are you?! (Siapa Lo?!)"
"Ada polisi. Arah jam 11!" kata Dion.
Cassie semakin kaget ketika laki-laki itu berbahasa Indonesia.
"Ada polisi. Arah jam 11. Jangan lihat ke sana!" perintah Dion.
KAMU SEDANG MEMBACA
New York in Love
Fiksi RemajaNessa alias Cassie, jago bela diri, jago menembak, dan sangat independen. Ia kini tinggal di New York, untuk melupakan kisah cintanya yang sangat menyedihkan di tanah air. Lalu, suatu ketika ia bertemu musuh lamanya yang membuatnya terancam dan jadi...