Tiga

691 33 0
                                    

Rafael duduk seorang diri di kursi baca perpustakaan sekolah. Memanfaatkan waktu untuk membaca buku sebelum bel masuk. Tetapi sekarang bukan itu saja tujuannya mampir ke perpus. Ia sengaja datang lebih pagi karena sudah ada janji untuk bertemu seseorang di ruangan itu. Senyum Rafael mengembang setiap melihat gelang hitam yang melingkar di pergelangan kanannya.

"Rafa!" panggil seorang gadis bersurai hitam terkuncir yang menghampiri Rafael seraya tersenyum. Dia adalah Renata, orang yang Rafael tunggu.

"Hai Re" balas Rafael.

"Tadi gue pikir lo belum dateng loh. Udah dari tadi ya di sini?" Tanya Renata menarik kursi di samping Rafael untuk diduduki.

"Nggak juga kok" Rafael berbohong, padahal sudah lebih setengah jam ia duduk di sana.

"Ooh Okay" Renata mengangguk samar.

"Btw thank you for this" ucap Rafael mengangkat tangan kanan. Renata hanya tersenyum.

"You're welcome, Rafa. Gue juga makasih karena selama ini lo udah jadi temen yang care banget sama gue. Dan selalu bantuin gue. You are the best friend I've ever met, Rafael" tutur Renata menepuk bahu Rafael.

"Iya Re. Always" jawab Rafael.

"Oh iya, kemarin gue dan papa udah ngobrol sama guru bimbel yang pernah gue cerita ke lo. Miss Joanna, remember?"

Rafael mengangguk, "Iya inget"

"Nah, fortunately masih ada dua kursi kosong. Jadi kita berdua bisa gabung. Gue seneng banget akhirnya kesampean join bimbingan Miss Joanna. Lo tau sendiri kan dia terkenal sebagai guru pembimbing terbaik. Dan murid-muridnya semua lulus di Kampus dan jurusan bergengsi. Hopefully I can be like them" kata Renata dengan raut penuh harap.

"Of course you can do it, Re" ucap Rafael.

Renata menoleh pada Rafael, merasa terharu, ia menggenggam tangan Rafael, "Rafael.. thank you for supporting me. Lo juga ya. Sukses bareng pokoknya"

Tidak lama mengobrol, Renata pamit ke kelas duluan karena ada urusan. Kembali tersisa Rafael di meja itu. Bahkan setelah Renata berlalu, senyum itu belum lepas dari wajahnya.

Rafael dan Renata sudah menjalin persahabatan dari kelas 10 namun entah sejak kapan rasa itu hadir dalam diri Rafael. Ia tidak tahu. Yang ia tahu, hatinya selalu damai dan bahagia bila berada di dekat Renata. Gadis itu adalah satu-satunya yang berhasil mengubah hidup Rafael menjadi lebih berwarna.

Jatuh cinta? Sekali lagi, Rafael tidak tahu. Dan ia juga tidak begitu paham tentang cinta terhadap lawan jenis. Bisa jadi ia merasa senang bertemu Renata karena memang nyaman saja. Apalagi mereka yang memiliki banyak kesamaan visi dan prinsip.

Rafael berdiri dari duduk, hendak ke kelas karena sebentar lagi masuk.

"Hai!"

Langkah Rafael membeku karena kedatangan seseorang yang langsung memblokir jalannya. Senyumnya memudar. Tatapannya kembali dingin.

"Good morning, Rafael. Boleh ngobrol sebentar?" tanya si gadis blonde. Ia hanya seorang diri tanpa ketiga anteknya.

"Nggak. Gue buru-buru" Rafael ingin pergi namun ditahan oleh Evelyn.

"Just two minutes, I promise" kata Evelyn memohon. Rafael lalu menghela napas.

"Ok. To the point aja"

"Gue...mau minta maaf soal kejadian kemarin. And I just wanna say thank you. Udah menyadarkan gue kalo apa yang gue lakuin selama ini salah" tutur Evelyn lirih. Gadis itu tampak benar-benar menyesali perbuatannya.

Marry A Scandalous Girl ( Rafael Struick )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang