Tiga Belas

556 37 5
                                    

Shht... di follow ya akun author? Gratis kok nggak bayar wkwk

 di follow ya akun author? Gratis kok nggak bayar wkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"EVELYN!!"

Carissa berteriak panik. Ia langsung menghampiri Evelyn dan Rafael yang seketika saling melepas. Keduanya tampak canggung habis berpelukan secara tidak sengaja.

"Are you okay? Kamu kena?" tanya Carissa memeriksa tubuh keponakannya. Evelyn hanya bergeleng, jujur pikirannya masih rada blank.

"Kamu Raf?"

"Aman kok tante" jawab Rafael.

Rusdi tukang kebun rumah yang tadi menyalakan kembang api segera berlutut di hadapan majikannya meminta maaf.

"Maafkan saya non Evelyn, Bu Carissa, den Rafael. Saya tidak berniat mencelakakan non Evelyn. Tangan saya kena api, saya kaget dan ngelempar petasannya. Maafkan saya Bu, non, den. Maafkan saya" Rusdi tak berhenti memohon ampun. Ia sangat merasa bersalah. Tapi ia juga belum siap jika harus dipecat karena kesalahannya itu.

Evelyn yang sudah kembali pada tabiatnya berdecak, "Pak Rusdi gimana sih?! Untung saya nggak kenapa-napa! Kalo tadi kena emang Pak Rusdi sanggup tanggung jawab?! Hidup situ aja susah! Kalian semua juga salah! Tapi tante yang paling bersalah!!" Evelyn menunjuk wajah Carissa saat mengucapkan kalimat terakhir. Para pekerja yang takut menghadapi kemarahan Evelyn hanya bisa tertunduk diam.

"Seharusnya tadi anda nggak usah ngajak-ngajak saya! Saya nggak butuh ini semua!" bentak Evelyn penuh penekanan. Gadis itu kemudian masuk ke dalam rumah dengan perasaan murka.

"Bu, maafkan saya Bu. Tolong maafkan saya" lirih Rusdi berderai air mata beralih menghadap Carissa.

"Iya iya udah, Pak Rusdi berdiri" suruh Carissa.

"Bu Carissa.. tolong jangan pecat saya bu. Saya mohon..." kata Rusdi mengatupkan tangan.

"Nggak ada yang mau pecat Pak Rusdi kok, saya ngerti tadi Pak Rusdi nggak sengaja" tutur Carissa bijaksana.

"Terima kasih Bu Carissa" tangis Rusdi pecah. Ia terharu dan bersyukur mendapat majikan sebaik Carissa. Begitu pula pekerja lainnya. Kebesaran hati Carissa itu yang menjadi alasan utama mengapa mereka merasa betah bahkan bisa sampai berpuluh tahun di sana.

"Yaudah ini semua tolong diberesin ya, acaranya selesai" pinta Carissa hilang semangat. Ia menoleh pada Rafael.

"Maaf ya Rafael"

Rafael tersenyum tipis, "It's okay tante"

"Istirahat." suruh Carissa menepuk bahu Rafael dua kali lalu masuk rumah sambil memijat tulang hidungnya. Tak disangka acara tahun baru yang ia harap bisa jadi momen untuk akrab dengan Evelyn malah berakhir kacau. Sangat kacau.

Marry A Scandalous Girl ( Rafael Struick )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang