Dua

891 33 0
                                    

Evelyn bersandar di dinding sambil bersedekap dada. Sesekali ia memeriksa arloji yang melingkar di pergelangan kiri. Ia bersama circle nya kini berada di lapangan indoor sekolah sudah hampir lima belas menit sejak bel istirahat berbunyi.

Tak berapa lama muncul seseorang yang sedari tadi mereka tunggu. Dengan wajah kesal Evelyn menghampiri gadis itu lebih dulu. Mendorongnya hingga terjerembab.

"Lo tau kan gue paling benci nunggu?! Abis dari mana lo?!" bentak Evelyn menggema se-lapangan. Untungnya tidak ada siapapun selain mereka. Di pintu depan juga sudah ia tugaskan dua orang laki-laki untuk berjaga agar mencegah orang lain masuk.

"Awh.." rintih Lana memegangi lututnya yang memerah. Alexa mendekat padanya. Bukan ingin menolong tapi justru menoyor kepala Lana.

"Ditanya tuh jawab cupu!"

"So-sorry tadi gue p-pingsan dan—istirahat di UKS" jawab Lana terbata. Bak mangsa yang ketakutan karena sebentar lagi akan diserbu oleh predator.

"Terus? Menurut lo gue peduli?" Evelyn mencengkram kuat pipi Lana hingga gadis itu kesakitan.

"Mau lo udah sekarat juga gue nggak peduli!"

"Ahh" Air mata Lana akhirnya jatuh setelah Evelyn melepaskan cengkramannya.

"Fel!" Evelyn menoleh pada Felicya lalu mengangkat jari telunjuk dan tengahnya ke arah Lana. Memberi isyarat. Felicya kemudian maju menyerahkan—melemparkan empat buku pada Lana.

"Lo kerjain dan kasih ke kita besok! Awas aja kalo besok lo telat lagi! Dan jangan lupa nilai kita harus A+! Ngerti?!!" Evelyn mendorong bahu Lana yang hanya bisa menunduk sambil memeluk buku mereka.

"Hiks..hiks.." Tak sanggup lagi berbicara, Lana hanya bisa menangis. Evelyn yang melihatnya semakin tersulut. Ia lalu mengangkat wajah Lana dengan telunjuknya secara kasar.

"Siapa yang suruh lo nangis cupu?!! Lo pikir gue bakal kasian sama lo hah?!" hardik Evelyn. Namun Lana masih belum membuka suara.

"Kurang ajar lo anj—" tangan Evelyn terangkat. Siap mendaratkan di wajah Lana.

"STOP!!"

The Famous Girls refleks teralihkan ke sumber suara. Seorang laki-laki yang entah bagaimana ia bisa masuk. Dan yang mencengangkannya, laki-laki itu adalah Rafael Struick. Gadis blonde itu pun menarik tangannya kembali.

"How?" gumam Evelyn. Rafael menghampiri mereka. Menarik Lana mundur dan berdiri tepat di hadapan Evelyn. Laki-laki itu juga sempat melihat Felicya dan lainnya lalu bergeleng.

"Jadi ini alasan nggak boleh masuk? Biar kalian bisa bebas nge-bully?" ucap Rafael datar namun dengan tatapan tajam. Tidak takut, Evelyn melipat kedua tangan di dada.

"Iya kenapa? Ini juga bukan urusan lo ya?" balas Evelyn mengangkat wajah karena tubuh Rafael yang tinggi.

"Ini memang bukan urusan gue, tapi gue paling benci yang namanya bullying"

Evelyn menyeringai, "So? Mau ngadu? Just go! I don't f*cking care! Guru mana yang berani ngehukum gue?"

Rafael tak membalas. Bukan takut. Ia hanya malas berargumen dengan mereka yang sudah ia ketahui segala tabiat buruknya di sekolah. Dan bagi Rafael hanya membuang waktu saja meladeni The Famous Girls ini.

Rafael menoleh pada Lana, "Hei, don't worry. Gue akan bawa lo keluar dari sini—" ucap Rafael pada Lana.

"Wow.. who do you think you are huh? A fairy GodMother? Dia masih ada urusan ya sama gue!" potong Evelyn.

Marry A Scandalous Girl ( Rafael Struick )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang