Sembilan Belas

570 57 9
                                    

Evelyn menarik napas dalam, menguatkan diri untuk masuk meski dengan perasaan kacau di setiap langkahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Evelyn menarik napas dalam, menguatkan diri untuk masuk meski dengan perasaan kacau di setiap langkahnya. Napasnya memburu, tangannya yang gemetaran mengepal. Evelyn benar-benar takut hal terburuk terjadi.

Bunyi patient monitor terdengar setelah Evelyn melewati ambang pintu. Tenggorokannya tercekat, air mata kembali mengalir deras melihat orang yang ia kenal sebagai pria tangguh itu kini terbaring lemah berjuang untuk tetap bertahan. Evelyn melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.

"Papa..." Evelyn terisak. Ia membungkuk, memeluk ayahnya yang tetap tersenyum menyambutnya di balik masker oksigen.

"Papa bertahan ya? Evelyn masih butuh papa" lirih Evelyn. Mata Jonathan berkaca-kaca. Tangannya bergerak mengusap putrinya.

"Ma..afin....pa...pa..."

Evelyn bergeleng cepat, "Papa kenapa minta maaf, papa nggak salah" Evelyn mencium tangan ayahnya.

"Pa...pa...sa...yang...ka...mu..." kata Jonathan bersamaan dengan bulir bening yang jatuh dari matanya.

"Evelyn juga sayang banget sama papa. Makanya papa harus kuat ya. Evelyn janji akan jadi anak yang baik pa..."

"Evelyn baru aja ngerasa bahagia karena mulai deket sama papa. Masa tiba-tiba papa begini? Evelyn masih mau hidup lama sama papa, papa harus ada lihat Evelyn sukses" 

Jonathan tiba-tiba sesak napas dengan bunyi patient monitor yang semakin beruntun. Evelyn sontak panik.

"Papa? Papa?!" panggil Evelyn melihat monitor dan ayahnya bergantian.

Tiiiiiit.......

Mata Jonathan telah terpejam tak bergerak. Dunia Evelyn seketika runtuh. Ia mengguncang bahu Jonathan dengan sisa tenaga yang ia punya.

"Papa? Papa bangun pa! Papa jangan tinggalin Evelyn pa! Papa?! PAPA!!!" Evelyn berlari keluar memanggil dokter.

"Dok papa saya dok!!" Dokter bersama perawat bergegas ke ruangan. Evelyn ingin ikut masuk lagi namun tak diperkenankan. Bi Sari yang menahannya hanya bisa menangis. Tak lama dokter kembali muncul.

"Kami sudah berusaha semaksimal mungkin agar Pak Jonathan dapat bertahan. Tapi takdir berkata lain. Nyawa Pak Jonathan tidak dapat kami selamatkan. Beliau sudah meninggal dunia"

Evelyn terdiam. Tatapannya kosong. Gadis itu menunduk, kakinya yang melemas tak lagi bertenaga membuatnya jatuh.

"Papa..." gumam Evelyn berlinang air mata. Rafael mendekat dan berlutut, merangkul seraya mengusap bahu Evelyn untuk menguatkan. Bi Sari pun sangat terpukul. Wanita paruh baya itu menangis terisak di kursi tunggu.

Marry A Scandalous Girl ( Rafael Struick )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang