Evelyn dan para ART berdiri di samping kasur menunggu dokter Beni selesai memeriksa Rafael. Sudah sejam lebih tapi laki-laki itu belum juga siuman. Evelyn jadi ketar-ketir.
Dokter Beni akhirnya membereskan peralatan medisnya. Dan mulai menuliskan resep obat.
"Rafael mengalami gerd. Asam lambung naik. Penyebabnya banyak, bisa karena stres, makan makanan yang berpantangan atau terlambat makan. Saya sudah resepkan nanti bisa langsung ditebus di apotek terdekat" jelas dokter Beni memberikan kertas itu pada Bi Sari.
"Untuk pemulihan Rafael harus perbanyak minum, hanya boleh makan bubur dan buah-buahan. Harus tepat waktu juga, jangan sampai terlambat karena itu bisa jadi pemicu gerd nya kambuh lagi" lanjutnya.
"Tapi kenapa sepupu saya belum sadar dok?" Ya, Evelyn mengaku demikian kepada Dokter Beni. Menurutnya pria itu tidak perlu mengetahui fakta yang sebenarnya.
"Sebentar lagi juga sadar kok, kamu nggak perlu khawatir" jawab dokter Beni tenang. Mendengar itu Evelyn pun merasa lega.
Dokter Beni sudah pulang, para ART juga kembali melanjutkan pekerjaan. Evelyn telah menyewa kurir untuk menebus obat di apotek. Gadis itu satu-satunya yang masih di kamar Rafael, duduk bersandar dan bersedekap dada di kursi panjang.
Mata yang terpejam perlahan terbuka, Rafael siuman. Evelyn yang melihatnya beranjak ke samping ranjang.
"Ngapain lo disini?" Kalimat pertama Rafael yang terucap saat menyadari Evelyn di sana. Sorot matanya begitu dingin.
"Lo baru sadar udah julid. Bukannya terima kasih, gue dari tadi nunggu lo bangun tau nggak!" protes Evelyn merasa tidak dihargai.
"Terima kasih? Sama orang yang udah bikin gue jadi gini?" Rafael sarkas.
"Y-ya..setidaknya gue bertanggung jawab! Gue langsung panggil dokter buat meriksa lo kan? Nggak biarin lo mati"
"Kalo gue mati lo juga yang masuk penjara"
Evelyn berdecak kesal, "Bacot lo! Dasar lemah, baru 5 biji cabe udah pingsan. Gimana kalo tadi gue taro 10? Mati di tempat kali lo" Cibirnya, memutar bola mata sinis.
"Eh lo yang salah ya naro cabe dalam jus, lo pikir mau nyambel apa" balas Rafael tidak terima.
"Gue ngelakuin itu gara-gara lo duluan. Siapa suruh nggak mau ngejawab pertanyaan gue tadi siang" Perdebatan mereka tak sengaja disaksikan oleh Bi Sari yang mengintip dari luar. Baginya itu terlihat lucu apalagi dengan status mereka yang merupakan suami-istri.
"Kepo banget sama urusan orang" Rafael bergumam tapi Evelyn masih dapat mendengarnya membuat gadis itu geregetan.
"Ihh...ngeselin banget sih!" Ia menghentak-hentak ke arah pintu lalu berhenti, "Kata dokter lo harus banyakin minum, bentar lagi kurir dateng bawa obat lo, minum biar lambung lo nggak bocor!" tuturnya bernada ketus tanpa menoleh.
"Oke" sahut Rafael singkat.
"Loh? Bi Sari dari kapan di sini? Cekikikan lagi" tanya Evelyn. Kepergok, Bi Sari pun gelagapan.
"B-barusan kok non, ini saya mau bawain den Rafael bubur dan obatnya" jawabnya mengangkat nampan berisi semangkuk bubur ayam, air putih dan beberapa obat.
"Ooh"
###
"Rafael gimana Bi?" Evelyn menuang susu full cream lalu duduk di meja makan. Meraih dua lembar roti gandum dan mengolesnya dengan selai cokelat.
"Jam 7 tadi udah saya bawain sarapan sama obat non, kondisinya juga membaik" jawab Bi Sari sembari mencuci piring.
Evelyn mengangguk, "Baguslah"
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry A Scandalous Girl ( Rafael Struick )
FanfictionSeperti judulnya, yap novel ini menceritakan tentang seorang laki-laki yang terpaksa menikahi perempuan dengan penuh skandal. Laki-laki itu adalah Rafael William Struick atau kerap disapa Rafael/Rafa/Raf. Selama tujuh belas tahun hidup ia jalani de...