IS || •07

142 19 1
                                    


Sekali lagi

“Cerita ini sama sekali tidak berhubungan dengan kehidupan pribadi setiap tokohnya. Semua kejadian dan alur murni imajinasi Author. Jika kalian merasa familiar dengan kejadian yang ada di cerita ini, itu di karenakan Author mendapatkan inspirasi melalui percakapan yang pernah terjadi di stream Papi.”

 

🕊️Happy Reading🕊️

>><<

Pukul dua pagi, Arion telah menyelesaikan pekerjaannya. Dia melepas kacamata yang sejak tadi bertengger di hidung mancungnya. Punggung dan bahu nya terasa keram karena berjam-jam duduk di depan layar monitor.

“Alhamdulillah hari ini lancar,” gumamnya. Kemudian dia teringat dengan istrinya yang tadi dia temukan jatuh di depan ruang kerjanya, “Oh iya, Roxanna!”

Buru-buru pria itu keluar dari ruang kerja nya. Ketika pintu kamar dia buka, dia melihat istri kecilnya sudah tertidur lelap.

Arion berjalan mendekat ke sisi ranjang dimana istrinya berada, “Syukurlah kamu gak sampai terluka.”

Dia menyibakkan rambut Roxanna yang menjuntai di kening. Sejujurnya Arion merasa bersalah kepada Roxanna karena sudah dengan lancang menyetujui perjodohan mereka tanpa meminta pendapat Roxanna terlebih dahulu.

“Jika kamu sampai marah dan benci ke saya, saya bisa memaklumi nya. Karena kini kamu sudah menjadi tanggung jawab saya, mau seburuk dan senakal apapun kamu, kamu tetaplah istri saya,” batinnya dengan mata yang terus fokus menatap wajah Roxanna yang tengah tertidur lelap.

>><<

Tanpa terasa, waktu sudah berlalu satu bulan sejak Roxanna menginjakkan kakinya di rumah Arion, dan berarti selama itu juga dia sudah menikah dengan pria itu.

Penyelidikannya mengenai pekerjaan suaminya juga belum menemukan titik terang. Satu-satunya tempat dengan bukti krusial pasti berada di dalam ruang kerja suaminya itu. Namun jangankan masuk ke dalam sana, sekedar membuka pintunya saja dia tidak pernah karena Arion yang selalu berada di rumah.

“Kakak,” panggil Roxanna sabtu siang itu ketika dia tengah menonton televisi di ruang tengah dengan Arion.

Arion menoleh ke arah istrinya, “Hm?”

“Kakak gak kerja?”

“Udah selesai tadi pagi, sampai lusa jadwal saya kosong. Kenapa? Kamu ingin jalan-jalan?” tawarnya.

Dia mengira kalau istri kecilnya itu jenuh karena selama menikah, mereka memang belum pernah bepergian jauh. Barangkali, Roxanna ingin jalan-jalan.

Roxanna diam saja, Arion menaikkan satu alisnya, “Hm? Jika kamu ingin jalan-jalan, katakan saja. Kita bisa menginap satu malam kalau tempatnya menyediakan penginapan.”

Roxanna menatap suaminya itu, Arion yang di tatap sedalam itu merasa salah tingkah.

“Aku udah pernah jalan-jalan di semua tempat wisata yang ada di kota ini. Kalau tempat lain, Kakak punya rekomendasi?”

Tadinya dia tidak ingin jalan-jalan, awal tadi tujuannya bertanya hanya sekedar iseng barangkali dia memiliki kesempatan untuk masuk ke dalam ruang kerja pria itu jika Arion memiliki pekerjaan di luar rumah.

Namun Arion malah menawari dirinya jalan-jalan, tentu dia tidak akan membuang kesempatan ini. Dia juga jenuh selalu berada di rumah, pekerjaannya akhir-akhir ini juga tidak begitu sibuk. Jalan-jalan bisa merefresh otaknya yang kusut karena pekerjaan dan berhenti sejenak memikirkan suaminya yang memiliki tingkah mencurigakan.

IDENTITAS SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang