IS || •09

160 18 7
                                    


“Cerita ini di buat tanpa ada hubungannya dengan kehidupan pribadi setiap tokohnya. Semua kejadian dan alur di buat berdasarkan imajinasi Author.”

 

🕊️Happy Reading🕊️

 

>><<

 

 

 “Sebaiknya kalian pergi dari rumah ku. Selama ini aku udah cukup menutup mata dengan perbuatan kalian,” ucap Nenek.

Air mata Nenek sudah mengalir deras di kedua pipinya. Perasaannya begitu hancur, ketika anak yang dia lahirkan justru membela orang lain di bandingkan ibunya sendiri.

Suhardjo menundukkan kepalanya, mulai sadar dengan apa yang sudah dia lakukan. Namun sama sekali tidak ada ucapan maaf yang keluar dari mulutnya, seolah ego nya lebih mendominasi di bandingkan hati nurani nya.

“Aku juga gak sudi lama-lama di rumah reot mu ini Buk! Setelah ini jangan harap kami akan ngasih Ibu makan lagi!” sentak Andini, setelahnya dia berjalan keluar dari rumah sambil menyeret suaminya.

Di susul oleh kedua orang tuanya, mereka pergi meninggalkan rumah Nenek. Meninggalkan luka hati yang dalam kepada wanita tua itu.

Roxanna merapatkan duduknya ke Nenek, kemudian memeluknya dari samping, “Nenek masih punya aku dan Kak Arion, serta ada Mama Julia dan Ayah Kenzie. Nenek gak sendirian meskipun orang-orang itu menghina keluarga kita.”

Nenek diam saja, beliau menangis dalam diam. Berusaha menekan perasaan sakit hati di relung hatinya.

Arion menatap tajam ke arah pintu keluar, seolah masih ada Pakde dan keluarga Andini di sana. Nafasnya masih memburu, gejolak amarah masih tercetak jelas di wajahnya. Nenek yang paling dia sayangi, orang yang paling di hormati di perlakukan dengan begitu buruk oleh salah satu keluarganya sendiri.

“Aku akan mengingat kejadian ini sampai kapan pun itu Pakde. Gak selamanya kehidupanmu berada di atas, tunggu saja sampai kamu menerima ganjaran karena sudah durhaka ke Ibumu sendiri,” batin Arion sambil menggertakkan giginya.

Arion menoleh ke arah dua perempuan yang masih saling berpelukan itu, “Nek, jika di sini Nenek di perlakukan seperti itu, sebaiknya Nenek ikut dengan Arion ke Kota. Ayah dan Mama pasti senang kalau Nenek ikut. Untuk rumah ini, mungkin sebaiknya di sewa kan saja biar ada yang mengurusnya.”

Roxanna melepaskan pelukannya dan menatap Nenek, “Iya Nek, ikut kita aja ya? Nenek sudah tua, jangan tinggal sendirian. Setidaknya ada Ayah dan Mama yang bisa merawat Nenek di hari tua. Roxanna dan Kak Arion akan sering berkunjung ke rumah Ayah dan Mama karena tempatnya gak begitu jauh dari rumah kami. Mau ya Nek? Demi kesehatan Nenek, jangan sampai di hari tua begini, Nenek banyak pikiran.”

Roxanna menyeka air mata yang membasahi pipi Nenek. Wanita tua itu merasa beruntung di tengah-tengah badai yang di rasakannya saat ini.

“Nenek, mau kan?” bujuk Roxanna.

Wanita tua itu menganggukkan kepalanya. Sudah saatnya dia merasakan hari tua yang tenang.

“Nenek akan jual rumah ini. Tetangga sebelah rumah lagi cari rumah untuk anaknya yang mau nikah dua bulan lagi. Meskipun berat, pasti Kakek kalian juga mendukung keputusan Nenek.”

“Nenek yakin?” tanya Arion.

Di balas anggukan oleh Nenek. Sebenarnya dia sudah memikirkan hal ini setelah sekian lama. Beban pikiran yang di sebabkan oleh Andini sudah harus dia hentikan demi kesehatannya sendiri.

IDENTITAS SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang